"Saat kebersamaan itu selalu ada. Akan ada pula rasa kehilangan jika tak ada salah satunya."
Terik panas matahari sangat menyengat di tubuh siswa-siswi SMA Harapan Bangsa. Upacara telah selesai dilaksanakan. Semua siswa sudah merasa gerah dan membutuhkan air. Mereka berbondong-bondong menuju ke kantin. Saking ramainya, terkadang ada siswa-siswi yang tidak kebagian tempat. Terpaksa mereka harus menunggu atau membeli makanan dan membawanya ke kelas-jika tidak malu.
"Alhamdulillah dapet tempat," kata Nashwa, menghela napas lega.
"Untung gercep," sahut Charisa sembari menyeka keringatnya dengan beberapa lembar tisu yang sudah tersedia di atas meja.
"Gila panas banget hari ini," keluh Anneth mengibaskan tangannya.
Tempat pemesanan masih terlihat antrean panjang bak semut-semut yang sedang berbaris. Anneth, Joa, Nashwa dan Charisa menghela napas berat secara bersamaan.
"Gimana ni antreannya udah kaya macet nya Jakarta gini," kesal Joa menatap ketiga sahabatnya secara bergantian.
"Aku haus, sumpah," kata Anneth dengan keringat yang semakin banyak bercucuran di dahinya.
"Lo pikir lo aja? Kita juga, Neth!" sahut Joa sembari merogoh saku bajunya, tampak akan mengambil sesuatu.
Ikat rambut. Joa segera mengikat rambutnya, sudah tak tahan dengan suasana panas hari ini. Di tambah lagi dengan hatinya yang tak kunjung dingin.
"Ck. Gue lupa lagi bawa ikat rambut, shit!" Charisa berdecak kesal.
"Antrean udah pendek belum?" tanya Anneth, matanya terarah ke meja pemesanan.
"Kaya nya enggak bakal selesai kita nunggu," kata Nashwa menduga-duga.
Tiba-tiba ada yang menarik ikat rambut milik Joa, dan alhasil ikatannya terlepas. Joa sontak memegangi rambutnya.
"Aduh! Apaan sih!" protes Joa sembari menoleh mencari pelakunya.
Joa mendapati William yang tertawa puas. Dengan posisi yang masih terduduk, Joa menjitak kepala William.
"Aw! Sakit Jo!" kata William, meringis kesakitan mengelus kepalanya.
"Kembaliin enggak?!" ancam Joa menatap tajam mata William.
William menggeleng."Enggak! Ble.." ejek William menjulurkan lidahnya.
Joa bangkit dari kursinya dan mencekal lengan William agar tak lari. Mereka yang menyaksikan hanya tertawa dan geleng-geleng melihat tingkah Joa dan William.
"Kembaliin, Will! Panas tau enggak!" rengak Joa berusaha merebut kembali ikat rambut nya yang berada di tangan William.
"Enggak!" William menggeleng lalu terkekeh menggoda-goda Joa. William memberontak dan berlari dari Joa. Joa mengejar kemanapun William pergi, asalkan bisa mendapatkan ikat rambutnya itu.
Mereka berdua memang seperti itu. Jika bertemu tak pernah akur, selalu saja ada yang jahil.
"Ada-ada aja mereka," kata Anneth sembari geleng-geleng.
Anneth menoleh, dia terkejut saat mendapati Deven yang sudah berada di sebelahnya dengan posisi berjongkok. Deven melirik sekejap.
"Loh Deven?! Tiba-tiba kok ada disini?" tanya Anneth tampak kebingungan.
"Nih." Deven menyodorkan air mineral ke hadapan Anneth. Tanpa basa-basi Anneth menyahut dan meminum air itu.
"Makasih," lalu meminum air itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...