20)•DevAn - Lega atau Tidak?

7K 445 127
                                    

"Sahabat yang tulus adalah ia yang tidak akan meminta imbalan apapun setelah menolong. Sedangkan sahabat kampret adalah ia yang lebih dahulu meminta imbalan sebelum menolong."

Sam sedikit kalah dari Nathan. Nathan sedari tadi mencoba melayangkan pukulan ke wajah Sam, tetapi Sam masih dapat menahan dan membalas. Yang terakhir, Nathan meninju perutnya hingga punggungnya terbentur ke dinding. Sam terduduk lemah memegangi perutnya. Nathan lebih kuat dibandingkan Sam. Nathan mengambil pisau yang terjatuh ke lantai. Sam yang sudah tak berdaya hanya pasrah dengan apa yang akan Nathan lakukan. Tangannya bersiap melukai Sam dengan cara menusuk.

"SAM!!!" jerit Joa panik.

"Aaaaa!!!" jerit Anneth dan Joa sembari memejamkan matanya.

BUG

Deven menerjang punggung Nathan hingga Nathan tersungkur ke lantai. Usaha Nathan gagal lagi! Kini Deven lah yang berurusan dengan Nathan, sudah ke sekian kalinya Nathan mengusik kehidupan Deven. Deven mendekati Nathan dengan penuh amarah, tangannya mengepal erat, dadanya naik turun, wajahnya terlihat murka. Bersiap menghabisi Nathan sekarang juga!

Tanpa mereka ketahui, pisau yang ada di genggaman Nathan tadi sudah melayang jauh. Namun ternyata tepat berada di dekat Navis. Navis yang sadar akan benda itu segera berusaha meraih pisau itu. Semua terfokus kepada Nathan dan Deven tanpa memperdulikan Navis lagi.

Setelah mendapatkan pisau itu, Navis perlahan bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki. Tangan kanannya memegang erat pisau itu, ini belum selesai! Navis berjalan mendekati sofa yang diduduki Anneth dan Joa.

Saat Navis sudah berada di hadapan Anneth dan Joa, barulah keduanya menyadari bahwa Navis belum mati. Keduanya terkejut melihat Navis yang berdiri tepat di hadapan mereka dengan pisau yang tergenggam di tangan kanannya.

"Mau apa lo!? Pergi!" usir Joa sambil memeluk Anneth.

"Lo nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama Anneth," Navis menunda sekejap perkataannya,"atau lo juga mau ada di posisi dia?" tanya Navis dengan seringainya.

"Urusan Anneth itu urusan gue juga!" bantah Joa semakin mengeratkan pelukannya, karena Anneth semakin ketakutan. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin, ia trauma.

"Banyak bacot lo!"

Navis tak ingin berdebat dengan Joa lagi, ia segera melanjutkan aksinya sebelum terlambat. Navis menggerakkan tangan kanannya ke atas, bersiap melukai Anneth dengan pisau itu.

"AAAAA..." jeritan Joa membuat Deven menoleh.

"ANNETHHHH!!!" teriak Deven.

PRAK

Pisau itu terjatuh ke lantai. Navis sudah terpental kebelakang sana karena ada tarikan dari seseorang. Kini Navis sudah tak sadarkan diri akibat benturan keras di punggung dan bagian belakang kepalanya.

Joa membuka matanya perlahan. Satu hal yang terpikir di benak Joa; keadaan Anneth. Ia tidak mempedulikan hal lainnya, ia langsung memutar badannya menghadap ke Anneth. Tidak rela rasanya jika Anneth terluka.

"Neth, lo nggak papa kan? Nggak ada yang luka kan? Mana yang sakit? Nggak kenapa pisaunya kan?" tanya Joa bertubi-tubi karena cemas. Ia menggoyangkan bahu Anneth.

Anneth hanya menggeleng, ia masih merasa ketakutan. Tatapannya masih kosong ke arah depan, tubuhnya bergetar hebat dan keringat dingin.

Mata Joa meneliti dari ujung kepala hingga ujung kaki Anneth. Dirasa tak ada yang janggal dan tak apa-apa, ia menghela napas lega. Setidaknya sahabat tidak apa-apa.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang