21)•DevAn - Malam Minggu

8.4K 473 375
                                    

"Malam Minggu. Banyak yang menunggu, namun banyak juga yang terganggu. Dan ternyata yang terganggu salah satunya kamu."

Semenjak kejadian itu, Deven menjadi lebih ekstra dalam menjaga Anneth. Tentu saja ia tak ingin kejadian itu terulang kembali. Apalagi sampai geng kutil, komplotan Nathan yang melakukannya.

Sejujurnya Deven tak mengizinkan Anneth bersekolah pada hari ini, mengingat kemarin Anneth baru saja mengalami trauma dan ketakutan yang besar. Ia takut ini berdampak kepada kesehatan Anneth. Tetapi Anneth sendiri yang memaksakan diri untuk tetap bersekolah. Alasannya, agar tidak ketinggalan pelajaran. Alasan yang basi di telinga Deven, tetapi ia juga tak tega jika terus memaksa Anneth. Terpaksalah Deven mengiyakan, menyetujui permintaan Anneth.

Anneth dan Deven sudah sampai di parkiran. Seperti biasa, mereka langsung menuju ke kelas Anneth. Deven akan tetap berada di kelas Anneth dan menunggu hingga Joa datang. Dengan alasan, ingin memastikan Anneth tetap di dalam garis aman. Agak berlebihan sih, tetapi itulah bentuk kasih sayang dari Mr Christiandi.

"Kalo kemana-mana jangan sendirian ya," pesan Deven.

Anneth mengangguk semangat seperti anak kecil. Senyumannya tak memudar sejak Deven menjemputnya tadi.

Deven mengacak puncak kepala Anneth."Pinter,"

"Iyalah kan sekolah," balas Anneth.

"Emang udah pinter?" tanya Deven balik.

"Belum." Anneth menunjukkan cengiran tak berdosanya.

Hening suasana di dalam kelas itu. Hanya ada Anneth dan Deven karena memang masih cukup pagi. Deven menangkat tangan kirinya, melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia kembali mengedarkan pandangannya ke arah Anneth.

"Sore ini di rumah kan?" Akhirnya Deven membuka suara, memecah keheningan yang ada.

"Siapa?"

"Pak Edo!" tajam Deven.

"Hah?"

"Ya elo lah!"

"Oh, aku dirumah kok. Aku nggak mau pindah rumah," ucap Anneth tak berdosa.

Deven menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Mengapa setelah kejadian kemarin Anneth menjadi semakin nggak waras!

"Emang kenapa?" tanya Anneth normal.

"Kenapa apanya?" tanya Deven balik, pura-pura polos.

"Kenapa nanya gitu?" tanya Anneth lagi.

"Emang kenapa?" tanya Deven balik.

Seketika obrolan menjadi ajang wawancara antar kedua pasangan tak waras!

Anneth mendengus sebal. Deven berhasil membuatnya kesal. Bibir Anneth maju beberapa senti, tampak manyun. Siapapun yang melihatnya pasti tak tahan ingin mencubit pipinya! Sangat menggemaskan!

"Udah nggak usah di manyun-manyunin. Mau?" goda Deven.

Anneth dengan cepat menarik bibirnya agar kembali seperti semula. Matanya menyorot tajam ke arah Deven. Melihat Deven yang terkekeh membuatnya semakin kesal.

"Gue bercanda kok," terang Deven, tangannya bergerak mengacak puncak kepala Anneth.

Anneth masih terlihat cemberut. Tak ada senyuman yang terpampang di wajahnya.

"Pagi-pagi jangan marah ih, ntar di gigit sapi ompong loh," canda Deven.

"Nggak lucu!" sengit Anneth.

Tangan kanan Deven bergerak meraih pipi Anneth, ia menjepit rahang Anneth hingga pipi tembemnya tertekan. Deven tersenyum lebar memandangi Anneth.

Anneth menarik bibirnya masuk kedalam, ingin tersenyum rasanya. Apalagi Deven menatapnya begitu tulus.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang