"Tak ingin berpikir ke depannya. Jalani dulu yang ada."
***
"Gimana dok?" tanya Anneth.
Dokter itu tersenyum simpul."Perkembangan kondisi pasien sangat pesat. Ini luar biasa. Karena fisik pasien cukup kuat. Dan mulai sekarang pasien tidak perlu makan ataupun minum lewat selang lagi. Pasien sudah bisa makan makanan normal," jelas Dokter itu.
"Ya iya lah, dok. Kan disini ada pacar saya," celetuk Deven mengerling ke arah Anneth. Langsung di pelototi oleh Anneth.
Dokter serta suster yang berada di tempat itu hanya terkekeh melihat keduanya. Baru saja sembuh total, Deven langsung menggoda Anneth.
"Sudah boleh pulang dok?" tanya Deven.
"Besok baru di perbolehkan pulang, karena pasien masih harus dalam pengawasan dan pemeriksaan saya setelah sadar ini," cetus Dokter itu.
Anneth dan Deven hanya manggut-manggut mengerti.
"Ya sudah, kalau gitu permisi. Saya masih harus memeriksa pasien lain," pungkas Dokter itu.
"Iya dok, makasih." Anneth menyahuti sambil tersenyum.
"Hati-hati diabetes dok ngelihat senyum pacar saya," ucap Deven sedikit berteriak.
Pipi Anneth merona merah, detik berikutnya ia menggerakkan tangan kanannya ke bahu Deven. Anneth tak segan mencubit bahu Deven hingga berbekas kemerahan.
"Saya juga permisi, semoga selalu langgeng ya," ucap suster di sana.
"Iya sus, makasih." Deven menyahuti.
Suster mengikuti dokter yang melangkah ke arah pintu keluar. Setelah keduanya keluar dari ruangan itu, barulah Anneth mengomeli Deven.
Anneth mendudukinya bangku yang berada di samping ranjang Deven. Wajahnya di tekuk, ia masih kesal dengan godaan Deven di depan dokter dan suster tadi. Anneth merasa malu.
"Kenapa sih?" tanya Deven lembut.
Tidak ada jawaban dari Anneth. Anneth masih mengedarkan pandangannya ke arah lain dengan ekspresi wajah yang cemberut.
Deven mengulas senyuman kecil. Dengan ekspresi Anneth yang seperti ini malah membuat Deven semakin gemas. Bagaimana tidak? Anneth terlihat persis seperti anak kecil yang sedang ngambek karena tidak di belikan mainan. Wajahnya di tekuk, bibirnya maju beberapa senti dan pandangannya ke arah lain.
Deven menumpukan tubuhnya dengan kedua sikunya. Kemudian ia mengambil posisi duduk. Matanya masih mengarah ke ekspresi lucu Anneth.
"Kamu ngapain sih pake bilang gitu di depan dokter sama suster," rajuk Anneth yang kini bersedekap dada.
"Memangnya kenapa? Kamu nggak mau jadi pacarku?" tanya Deven secara tidak langsung ia seperti menyatakan perasaannya.
"Y-ya nggak gitu, ya maksudnya jangan gitu juga bikin aku malu di depan mereka," ucap Anneth gelagapan.
Deven tersenyum miring. Deven mencondongkan tubuhnya ke depan mendekati wajah Anneth. Jarak antara keduanya cukup dekat.
"Jadi kamu mau?" bisik Deven.
Hembusan napas Deven terasa menerpa wajah Anneth. Sontak tubuh Anneth bereaksi aneh. Tubuhnya serta kakinya gemetar, jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mulai terasa di tangannya.
"Mau apa?" tanya Anneth polos.
Deven terdiam sejenak. Tangan kanannya bergerak menyentuh dagu Anneth, ia mendongakkan kepala Anneth hingga menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...