9)•DevAn - Ibunya

9.7K 536 161
                                    

Selamat malam Minggu buat elo yang belum laku.

Anneth merutuki selembar kertas yang berada di depannya. Dia meremas selembar kertas yang tergenggam di tangannya. Buruk! Apalagi kalau bukan hasil ulangan harian matematika. Sebenarnya sudah ada peningkatan semenjak belajar bersama Deven waktu itu, namun tetap saja Anneth merasa iri dengan nilai teman-temannya yang lebih tinggi dari nilainya.

Anneth memejamkan matanya. Terlihat kekesalan yang begitu mendalam dia rasakan. Joa hanya bergidik ngeri melihat sahabatnya seperti ini. Dia takut kalau tiba-tiba Anneth hilang kesabaran dan melahap dirinya tanpa sisa.

"Udah lah, Neth. Jangan gitu, ngeri gue liatnya," kata Joa sembari merangkul sahabatnya. Rada-rada takut sih sebenarnya.

"Aku cuma butuh otak baru!" celetuk Anneth yang sudah mulai diluar nalar. Otaknya memang sering error, jarang di service ke bengkel.

"Neth, please error nya di tunda dulu, gue laper!" tutur Joa tampak tak berdosa.

"Bukannya mikirin sahabatnya malah mikirin perut!" dengus Anneth melengos membuang wajah.

"Ya kan buat lo juga. Makan itu penting, biar gue bisa bertahan hidup. Terus kalo gue bertahan hidup, gue bisa dengerin curhatan lo. Dengerin curhatan lo sambil ngasih solusi. Kalo udah ngasih solusi, lo bakal tenang. Kalo udah tenang, lo bakal enggak error lagi. Kalo.." Ucapan Joa terjeda oleh ucapan Anneth.

"Udah-udah. Makin puyeng aku. Ya udah sana kalau mau ke kantin," gerutu Anneth sembari mengusap dahinya.

Joa tersenyum merekah mendengar ucapan Anneth barusan. Joa segera berdiri dengan penuh semangat.

"Makaci Annethnya Joa," ucap Joa dengan nada yang di buat-buat.

"Hmm.." Anneth hanya bergumam malas menanggapi perkataan sahabat kampret nya.

Joa berlari dengan kecepatan 2× lipat dari biasanya. Joa akan mendadak menjadi manusia super saat sedang lapar.

Anneth masih terduduk di bangkunya. Hening. Hanya ada suara gemuruh dari luar kelasnya. Tak ada manusia selain dia di kelasnya saat ini. Anneth mengambil buku di dalam tasnya. Novel Harry Potter. Mungkin cara itu dapat mengembalikan mood Anneth.

"Kenapa enggak keluar kelas?" Seseorang tiba-tiba datang dan menduduki bangku di sebelah Anneth.

Anneth menoleh kearah sumber suara itu. Ternyata Friden! Ada perihal apa Friden menemui Anneth?

"Enggak papa. Nanti juga keluar," jawab Anneth tak sedikitpun menoleh, dia masih fokus dengan novelnya.

"Ini apa?" tanya Friden sembari mengambil kertas yang sudah terlihat lusuh di atas meja. Friden melihat sekejap.

"Oh ini, kenapa rendah?" tanya Friden heran dengan nilai yang di dapat Anneth. Padahal Anneth termasuk dalam kelas unggulan.

"Enggak tau, bodo amat. Padahal udah belajar," kesal Anneth.

Friden hanya manggut-manggut mendengar jawaban dari Anneth. Friden melirik Anneth yang terlihat fokus dengan bacaannya.

"Tumben sendiri? Joa?" tanya Friden lagi.

"Joa ku suruh duluan tadi, laper katanya," jawab Anneth singkat.

Friden mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. Ada sesuatu yang harus dia katakan, namun tertahan. Karena ini tentang Joa. Friden agakk merasa ragu dengan jawaban Anneth, mengingat Anneth adalah sahabat dekat Joa.

"Neth.." panggil Friden ragu.

"Hm.." timpal Anneth lembut.

"Gue boleh curhat sama lo?" tanya Friden menatap sepasang mata Anneth.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang