"Saat kita sudah mulai saling memahami, ada saja tembok besar yang menghalangi."
Anneth meletakkan tas sekolahnya di atas meja. Lalu ia mengambil duduk di bangkunya. Sementara itu, Deven mengambil duduk di bangku Joa.
"Sekarang kan Oma tinggal di Manado, berarti kamu sendirian dong di rumah?" tanya Deven.
"Iya, tapi itu sampai sore aja. Malamnya kan ayahku pulang," jawab Anneth.
"Tapi kan tetep aja nggak ada siapa-siapa,"
"Nggak papa Deven! Aku bukan anak kecil lagi yang setiap saat harus di jaga ekstra."
Deven memutar badannya menghadap ke Anneth. Ia memegangi kedua bahu Anneth. Sepasang matanya menatap Anneth lekat-lekat.
"Aku nggak mau ya kamu kenapa-kenapa. Kan udah berapa kali aku bilang, kamu nggak boleh sendirian."
Anneth tersenyum singkat."Makasih sudah khawatir, tapi aku beneran nggak papa."
Deven menghela napas panjang lalu menurunkan tangannya dari bahu Anneth. Ia kembali mengedarkan pandangannya ke depan.
"Atau gini aja deh, kamu suruh teman kamu untuk nemani kamu. Kalau perlu nginap aja," pinta Deven.
"Tap-"
"Nggak ada tapi-tapian Anneth. Aku begini karena untuk kamu juga!"
"Ya udah kalau itu mau kamu, aku suruh Joa aja,"
Deven mengernyit heran."Joa? Aku nggak yakin sama tu beo," bantah Deven.
"Deven nggak boleh gitu. Bagaimana pun juga dia itu sahabat kecil ku,"
Deven mendecak."Tapi beneran kan dia itu bisa dipercaya?" tanya Deven lagi.
Anneth mengangguk mantap."Iya Deven! Tenang aja, aku udah kenal dia dari kecil jadi aku tau Joa itu orangnya gimana."
Tangan kanan Deven bergerak mengacak puncak kepala Anneth."Iya, aku percaya," gemas Deven.
Anneth memasang wajah cemberut. Ia merapikan rambutnya lagi. Deven yang melihat itu segera menurunkan tangan Anneth. Kini Devenlah yang merapikan rambut Anneth.
"Masih cantik kok!" goda Deven terkekeh.
Anneth memalingkan pandangannya ke arah lain. Selalu saja salah tingkah seperti ini, padahal hanya hal kecil yang Deven lakukan.
"Ohiya, kak Dana kapan balik?" tanya Deven mengalihkan topik pembicaraan.
"Besok pagi katanya,"
"Ya udah berarti besok Joa harus udah ada di rumah kamu,"
Tangan kanan Anneth bergerak mengacak rambut Deven."Kamu tu kenapa sih terlalu sebegitu nya!"
"Karena aku sa-"
"ANNETHH!!!" teriak Joa tak santai. Ia langsung berlari ke arah Anneth.
Deven mengusap-usap telinganya, nyaris saja gendang telinganya pecah. Deven tertarik keluar dari area bangku Joa, kini berganti menjadi Joa yang duduk di tempat itu.
"Bisa nggak sih selo! Ada orang disini woi!" tajam Deven sembari berdiri.
Joa tak ingin menggubris perkataan Deven, ia masih heboh karena kepulangan Anneth. Joa menggoyangkan tubuh Anneth, saking senangnya.
"Ya ampun Neth, gue tu kangen banget sama lo. Lo kenapa lama banget sih? Lo tau nggak selama lo nggak ada gue tu kesepian, nggak ada temen ngobrol, sebelah gue kosong, dan nggak ada temen nyontek! Lo kejam banget sih mau bikin nilai gue jeblok," cerocos Joa menggebu-gebu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DevAn
FanfictionMengubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu mengubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Harapan Bangsa. Dia ketus, dingin, cu...