31)•DevAn - Tak Ingin Kehilangan

6K 404 155
                                    

"Seperti yang sudah-sudah, penyesalan memang selalu ada di akhir dan sampai saat ini ketakutan ku masih sama.
Yaitu takut kehilangan."

*

KRING...

Lonceng tanda berakhirnya ujian akhir semester di hari terakhir sudah berbunyi. Semua siswa dinyatakan telah mengakhiri pertempuran nya di tingkatan masing-masing. Selepas itu, mereka hanya akan menunggu nilai yang mereka dapatkan, entah itu murni atau hasil orang lain.

Anneth menghela napas panjang. Merasa lega telah menyelesaikan dan mengerjakan soal-soal ujian dengan lancar jaya.

"Kantin yuk, Neth, mereka udah ngumpul disana," ajak Joa dengan semangat yang tinggi.

"Ayo."

Kemudian mereka bangkit dan berlalu meninggalkan kelasnya.

***

Sebagian besar siswa-siswi langsung pulang ke rumah masing-masing, ya karena sudah habis masanya. Tetapi di hari-hari berikutnya, mereka harus tetap masuk sekolah sampai di hari pembagian raport.

Namun tak sedikit juga yang memilih untuk pergi ke kantin sekolah. Lapar telah tiba, haus telah menyapa, kantinlah tujuannya.

"Kelas gue muridnya pinter semua, nggak ada yang mau kasih contekan," gerutu Charisa, langsung ditertawakan oleh William.

"Itu namanya pelit!" ujar William disela-sela tawanya.

Tawa William menular ke yang lain. Charisa menjadi semakin jengkel saja.

"Lebih parah di kelas gue, si Bayu mendadak pura-pura tuli. Pengen gue lempar dia ke benua Afrika," cerita Joa terlihat antusias, mengepal kedua tangannya.

"Mangkanya jangan bisanya nyontek mulu," sahut Nashwa lembut namun menohok.

Tawa mereka pecah lagi. Memang seperti inilah cara mereka untuk bersahabat. Setidaknya awet sampai mereka naik kelas dua belas.

"Tapi kan udah selesai tuh, udah nggak ada beban lagi, lega rasanya," sela Alde.

"Nggak terasa ya kita bakal jadi senior di sekolah ini," sahut Joa, tatapannya seperti sedang menerawang jauh ke depan.

Charisa tersenyum-senyum sendiri, tatapannya seolah sedang mengingat suatu kejadian.

"Inget nggak waktu Alde PLS? Sepatunya hilang satu, dan yang nemuin Nashwa," mulai Charisa memasang wajah ala-ala mak comblangnya.

Semua lantas tertawa terpingkal-pingkal, kejadian itu memang benar adanya. Seketika mereka harus kembali mengingat masa lalu, dan mengenang masa itu lagi.

"Iya! Itu kan awal kedekatan mereka. Alde pake malu-malu kebo lagi," tambah Joa di sela tawanya.

Alde hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Raut malu secara jelas terpampang di wajahnya, ah benar-benar memalukan. Ia menjadi geli sendiri mengingat masa-masa itu.

"Waktu itu mau kenalan sama Nashwa aja masih, gugup sampai-sampai gagap." William menimpali, kedua alisnya bergerak naik-turun.

Dan mereka tertawa lagi. Yang biasanya William yang selalu menjadi objek bully-an mereka, sekarang malah berbalik menjadi Alde dan juga Nashwa.

Dan Anneth? Dia hanya menyimak. Tertawa? Tidak. Dia hanya mengulas senyuman kecil. Entah kenapa rasanya sulit sekali sebahagia mereka.

Sedari tadi Anneth selalu melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang