11)•DevAn - Olahraga

8.6K 479 161
                                    

"Bukan tentang siapa yang menang. Tetapi tentang siapa yang mengalah. Mengalah bukan berarti kalah."

Siswa-siswi berlarian sana-sini di lapangan, tak dapat di atur. Semua sudah memakai seragam olahraga. Hari ini, kelas XI IPA 1 mendapatkan jadwal pelajaran olahraga. Ada juga kelas lain yang hari ini dijadwalkan untuk berolahraga, yaitu kelas XI IPA 3. Semua siswa yang berada di lapangan masih menunggu kedatangan guru bidang studi.

Anneth, Joa, Nashwa dan Charisa duduk melingkar di lantai lapangan. Kelas mereka dijadwalkan sama di jam olahraga. Mereka sedang mengobrol ria, mulai dari gosip sampai ke curhat.

"Wa, Deven nggak masuk ya?" sahut Anneth di sela-sela obrolan mereka.

"Kayanya sih enggak, sampai sekarang nggak kelihatan," jawab Nashwa. Matanya bergerak mencari manusia dingin itu.

Anneth menghela napas panjang. Anneth khawatir. Sedari kemarin hingga sekarang ia belum juga bertemu dengan Deven. Anneth sudah mencoba mengirimi pesan di Line, DM, sampai Facebook lamanya, namun tak juga di balas oleh Deven.

"Kenapa? Dia belum juga kasih kabar?" tanya Nashwa langsung ke intinya.

Anneth hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat lesu, cemas dan tak tenang.

Beberapa menit kemudian, ada salah seorang guru olahraga yang memasuki lapangan. Guru olahraga kelas XI IPA 3. Namanya pak Fajar. Guru olahraga kedua di SMA Harapan Bangsa.

Pak Fajar adalah guru yang masih muda, belum memiliki istri. Berpostur tinggi, kulitnya sawo matang, manis namun tak tampan. Pak Fajar tak segalak pak Riki. Beliau lebih sabar dan tidak pelit nilai. Hanya saja pak Fajar terlalu sering mengulang bab yang sudah di lalui, sehingga membuat siswa-siswi merasa bosan.

"Selamat pagi semua," sapa pak Fajar.

Semua siswa dan siswi kelas XI IPA 3 segera berbaris rapih setelah melihat kedatangan pak Fajar. Seperti biasanya, pak Fajar selalu menggunakan topi merahnya, membawa buku absensi nya dan handuk kecil yang menggantung di lehernya.

"Kelas sebelas ipa satu ikut berbaris juga!" pinta pak Fajar.

Semua siswa kelas XI IPA 1 ikut berbaris di sebelah barisan siswa kelas XI IPA 3. Mata mereka menuju ke arah yang sama, ke depan. Mereka mendengarkan penjelasan dan celotehan tak penting dari pak Fajar yang berulang-ulang setiap minggunya.

Mata Anneth tak berhenti bergerak mencari satu manusia yang ia cemaskan sejak kemarin. Pandangannya tak lepas dari barisan cowok-cowok kelas XI IPA 3. Berharap ada wajah Deven yang ia rindukan sejak kemarin.

"Oke, di karenakan pak Riki pulang kampung, jadi sementara kelas sebelas IPA satu gabung dengan kita. Kemungkinan kita berbeda pembelajaran. Maka dari itu, kita akan joging pagi ini. Joging ini bertujuan agar kita lebih mengetahui alam sekitar. Paham?"

"Paham pak."

"Untuk rutenya, ikuti saya!"

"Iya pak."

"Kita mulai dari sekarang ya."

Semua siswa berbaris memanjang ke belakang seperti badan ular. Mereka berlari kecil membuntuti pak Fajar. Tidak semua siswa melaksanakan perintah dengan baik. Ada yang hanya berjalan santai bermalas-malasan saja. Tentunya hal itu tak menjadi masalah, karena pak Fajar berada jauh di depan sana.

"Lo masih mikirin Deven?" tanya Joa.

"Iya," jawab Anneth. Wajahnya masih tak tenang.

"Udah lah, dia kan udah biasa bolos kaya gini." Charisa mencoba meyakinkan Anneth agar tidak terus khawatir dengan Deven.

DevAnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang