ㅤㅤ EIGHTEEN

1.1K 200 12
                                    

"kak?"

Hani tiba tiba masuk ke kamar Bagja, dan mendapati Bagja sedang duduk di kasurnya menatap kosong ke arah jendela.

"Kak, kenapa tadi gamau makan? Mamah udah cape buatin loh padahal"

Bagja tak menjawab. Lampu belajar menjadi salah satu penerangan di kamarnya. Membuat siluet Bagja yang kekar nampak.

"Kak, tadi Hani denger kakak sama kak Bella ngobrol di tangga"

Bagja menoleh sedikit.

"Maaf kalo Hani terlalu ikut campur, Hani juga gatau kenapa kakak kayak gini ke Kak Bella,"

", jangan bikin Kak Bella pusing sendiri kak, kesannya iya Hani lebih mihak kak Bella, tapi Hani sama kak Bella sama sama perempuan, Hani ngerti banget perasaan Kak Bella sekarang,"

Bagja menghela nafasnya.

"Hani,"

"Apaa?"

"Udah malem, tidur sana" ujarnya tanpa menatap ke arah adiknya tersebut.

Hani diam sebentar sebelum mengangguk dan kembali ke kamarnya.

Bukan maksud Bagja untuk membuat Bella seperti ini, sudah dijelaskan bahwa ia memiliki alasan tersendiri.

Terlalu banyak pikiran di otaknya, ia pun memilih untuk tidur.

🌑🌘🌗🌖🌕🌔🌓🌒🌑

Hari telah berganti menjadi Senin. Hari dimana Bagja menjanjikan akan terjadi sesuatu di hari ini yang berkaitan dengan relanya Bella melepas Bagja.

Bella sedari tadi hanya duduk di mejanya di temani Dika yang duduk di depan mejanya.

Dika sedari tadi hanya membicarakan tentang kucing peliharaannya yang ada di rumah.

Topik yang membosankan.

Tipikal Dika.

Namun Bella dengan antusiasnya mendengar seluruh isi topik tersebut.

"Terus tuh Bel, kucing gue tuh kan ya mainnya sama anjingnya tetangga terus, anehnya mereka sahabatan gitu, itu kalo nikah, gue sama majikannya si anjing besanan kaga ya?"

Bella tertawa puas mendengarnya.

"Kayanya sih besanan, siap siap ae bikin kondangan buat kucing lu hahahaha"

"Utututut nih pasangan masih anget ya nempel terus" goda Jena yang baru datang bersama dengan Maretha.

"Minggir Dik, tempat duduk gue" usir Maretha.

"Duduk sana dulu elah, masih sibuk ngobrol nih"

"Halah bucin"

Lalu Bagja datang bersama dengan Dimas.

"Widih, jadian bener ternyata, jadinya move on beneran Bel dari Bagja?" Tanya Dimas sambil mengacak rambut Bella gemas.

"Weys, Dim, tangan lu" peringatan dari Dika membuat Dimas tertawa.

"Protective lu, padahal biasanya juga gue giniin," Dimas mencubit pipi Bella.

"trus gue giniin" kemudian menarik hidung Bella.

"Bahkan gue giniin" kemudian wajah Dimas mendekat ke arah pipi Bella. Namun terhalang dengan tangan Dika.

 ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang