ㅤㅤTWENTY FIVE

985 182 16
                                    

Bella memandang jalanan yang penuh dengan mobil dan motor yang lalu lalanh dari dalam kaca bening tersebut. Pandangannya memang benar ke arah jalanan, tetapi pikirannya kemana mana.

Dia tak tau akan sesakit ini rasanya patah hati.

Selama ini, kehidupan Bella hanya dipenuhi dengan beradaptasi nya ia dengan lingkungan baru dan belajar.

Ia baru mengetahui apa itu s'uka menyukai' saat ia bertemu dengan Bagja di SMP.

Dan benar benar menjalin hubungan dengan seseorang saat di SMA, kehidupannya begitu membosankan.

Meskipun ia masih memiliki ruang untuk Bagja, tetapi tak tau kenapa ia hanya merasa kecewa dan sedikit sedih mengetahui tentang Dika dan Amel.

"Ini minum dulu" Dimas datang dan meletakkan teh hangat yang baru ia beli.

Ya, Dimas lah yang tadi datang dan mendapati Bella sedang menangis di jalan.

"Lu kenapa kesana?" Tanya Dimas setelah Bella meminum teh.

Bella menarik nafasnya panjang berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum menjawab "diajak sama Dika" jawabnya lesu.

Dimas mengangguk paham.

"Harusnya lu nolak aja pas diajak" Bella hanya menggidikan bahunya.

"Mana gue tau"

"Bukan maksud gue untuk bahas ini lagi, but i thought Bagja already warned you to stay away from him right?" Bella melirik Dimas.

"Inilah alasannya"

Bella masih tak mengerti maksud Dimas apa. Dimas terkekeh sebentar sebelum melanjutkan penjelasannya.

"Amel sama Dika tuh emang udah deket dari dulu, mamah papahnya emang mau ngejodohin mereka, Dika ga nolak kok, cuman dia selalu bilang belum siap aja,"

"Amel di mata orang tua Dika tuh udah sempurna lah, cantik, agamanya taat, pinter masak, pinter akademik juga-"

"Secara ga langsung lu nyindir gue, Dim" potong Bella membuat Dimas tertawa sambil meminta maaf.

"Iya iya maaf"

"Itulah kenapa Bagja nyuruh lu buat ngehindarin Dika, karena ya gini, lu kalo tau tentang mereka, nanti gakau tujuh turunan. Kan ga lucu nanti lu galau karena ditinggal nikah, hahahahaha.

"Ohiya jangan harap buat nyingikirin posisinya Amel, gaakan bisa,"

"Gaada rencana buat nyingikirin juga"

"Iya tau tapi kan siapa tau aja."

Kemudian hening, hanya alunan lagu dari speaker café saja yang terdengar.

"Ohiya kok lu bisa tau gue ada disana?" Tanya Bella.

Dimas terkekeh dan melirik sekitarnya, hingga ia tiba-tiba tersenyum.

"Tanya sama dia aja" ucapnya sambil menunjuk seseorang dari pintu café.

Bella ikut menoleh.

Kaget tapi tidak terlalu kaget.

Bagja Bhadrika berdiri disana memperhatikan kesekeliling café mencari keberadaan temannya.

"Bagja!" Panggil Dimas.

Bagja pun berjalan ke arah meja dimana Dimas dan Bella berada.

"Gimana?"

"Dia nangis di jalan" jawab Dimas sambil tersenyum kecil. Bagja menoleh ke arah Bella, dan benar matanya terlihat memerah.

 ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang