"Kok lu berani banget kesini?" Tanya Caca sambil menghampiri Bagja yang sekarang sedang duduk canggung di ruang tamu sendiri.
"Adek gue tuh. Lu juga kok bisa disini? Setau gue lu ada di Surabaya"
"Kangen sama Bella haha."Bagja mengangguk.
"Lu, kenapa masih ngejauhin Bella?"
Bagja menoleh ke arah Caca sebelum menghela nafas panjang.
"I don't think it's a good idea for me to be near her, lu tau kan gimana berdampaknya gue karena kejadian itu? Guee....ngerasa bersalah setiap ngeliat dia,"
"Gue bukan temen yang baik, kalo waktu itu gue ga kesandung, Bella gaakan kayak gini," lanjutnya. Ia menunduk dengan tangan menutupi wajahnya berusaha mencari ketenangan.
"Ja, tapi sekarang dia gapapa kok, emang ingatannya ga kembali, tapi dia kan sekarang bisa beradaptasi dengan lingkungannya ini, dia gapapa kok"
"Gue yang kenapa-kenapa, Ca" kata Bagja sedikit menyentak Caca.
"I'm glad she's fine, but that's not okay for me, she has been going through all of this, adapting with her new environment, without me,"
"because what?"
"It's because im loser!"
Wajah Bagja memerah menahan emosi, Caca menggigit bibir, mengingat bagaimana dulu Bagja menangis tersedu-sedu di lorong rumah sakit setelah mengetahui Bella kehilangan ingatannya.
Dan Bagja yang terus murung karena ingatan Bella yang belum kembali, sampai ia menjadi rebel, saking stressnya karena Bella.
"But if you push her away, it's not gonna make a difference, lu bakal terus dihantui sama bayang bayang rasa bersalah lu"
"Terus gue harus apa?"
"Go talk to her"
David, orang yang mendengar percakapan keduanya keluar dari tempat persembunyiannya membuat Bagja dan Caca kaget.
"Eh Bang David"
David meletakkan nampan yang sedari tadi ia bawa untuk Bagja.
"Maaf lama bawa minumnya, tadi gelasnya jatuh, jadi di bersihin dulu" alibinya.
"Iya, Bang, gapapa padahal"
David mengamati keduanya sebentar.
"Kalian deket ya ternyata" ujarnya.
Caca melirik ke arah Bagja yang sekarang terlihat kebingungan harus menjawab apa.
"I-iya dong, kan kita temenan dari kecil, bareng sama Bella ituloh kak" Caca tersenyum ke arah David.
David mengangguk paham setelah itu ia berpamitan untuk kembali ke dapur.
Tiba tiba bunyi ringtone dari ponsel Bagja terdengar.
Caca mengintip sebentar siapa si penelepon tersebut, saat ia tau siapa, ia menatapnya diam, kemudian arah pandangnya ke arah Bagja yang sekarang juga sedang melihat ke arahnya.
Reza.
Si penelepon.
"Kalo lu gamau gaakan gue angkat deh" kata Bagja.
"Engga gausah, angkat aja gapapa" cegah Caca, setelah itu ia sedikit memberi jarak antara ia dan Bagja.
Bagja pun menekan tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Halo Za, kenapa?"
"...."
"Lahiya? Kok gue baru tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]
Fanfictionᥫ᭡'ִֶָ 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐜𝐡𝐚𝐧 ◜ bella dan segala bentuk cintanya untuk bagja. ©POPELHAZE 2019 ﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌ started : 6/3/19 ended : 6/5/19