"makasih Dim, kalo gaada lu udah mati kebosenan gue haha"
"Santai aja, yaudah yuk pulang, gue anter"
Bella mengangguk dan ikut berjalan di samping Dimas menuju motornya berada. Sesekali ia mengecek ponselnya, dan orang yang ia tunggu tak kunjung membalas pesannya ataupun meneleponnya.
"Udahlah kayanya Bagja lagi ada urusan mendadak, terus hpnya gadibawa, biasanya emang suka gitu kok" kata Dimas.
Setelah itu Bella menaiki motor Dimas yang akan mengantarnya ke rumah.
🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑
"Ibu, kandungan ibu tidak bisa seperti ini terus. Untuk selanjutnya, ibu harus istirahat yang banyak, bapak tolong dibantu istrinya ya" ucap sang dokter kepada Bagja dan Jena.
"Ohiya pak, kalo bisa, awasi terus istri bapak ini, jika dia terus stress begini, besar kemungkinan akan berpengaruh kepada sang bayi pak, apalagi usia kandungannya masih sangat muda" Bagja tersenyum dan melirik ke arah Jena yang sedari tadi hanya diam.
"Makasih Dok, kalau begitu, kita berdua pamit dulu" setelah meninggalkan ruangannya, Bagja ingin mengambil obat di apotik rumah sakit ini, tetapi ia tak tega untuk membawa Jena berkeliling rumah sakit, jadi ia menyuruhnya untuk menunggu.
Di sisi lain, Haera baru saja tiba di rumah sakit yang sama mengantar tantenya yang sedang mengandung 5 bulan.
Ia tak sengaja melihat seseorang yang familar, duduk di lorong rumah sakit, seorang diri, dan menatap kosong kebawah.
Bisa Haera lihat bahwa ia menyentuh perutnya, berarti ia sedang mengandung juga, sama seperti tantenya. Haera ingin menghampirinya karena tak baik bagi ibu hamil duduk seorang diri, butuh pengawasan penuh.
Namun tiba-tiba seorang lelaki berhoodie hitam datang sambil membawa kantong kresek hitam yang Haera pikir itu obat, merasa bahwa suaminya sudah datang, Haera pun mengurungkan niatnya dan ikut masuk ke ruangan bersama tantenya.
Namun saat ia baru saja selangkah memasuki ruangan, sesuatu datang ke dalam otaknya.
"Itu bukannya Jena sama Bagja?"
Ia keluar lagi dari ruangan, dan orang yang ia lihat tadi sudah tidak ada.
Haera menggidikkan bahunya dan kembali masuk ke ruangan sang dokter. "Kayanya gue terlalu kangen sama Jena deh" kekehnya.
🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑
Hari ini meja Bagja tak berpenghuni. Yap, Bagja tak masuk sekolah, membuat Bella merasa sepi, padahal ia ingin meminta penjelasan kepada Bagja kenapa kemarin ia tak datang.
"Huhh bosennn" keluh Bella.
"Iyelah bosen orang bebebnya gaada" sahut Retha.
"Sono sama mantan lu noh" ujar Frysca sambil menunjuk Dika yang sekarang sedang naik ke meja bersama Adnan seakan akan mereka sedang melakukan konser.
"TUTUPEUN BOTOLMU, TUTUPEUN OPLOSANMU~"
"TARIK MANG!!!"
"YANG SEBELAH SINI MANA SUARANYAAA!!!!"Bella tersenyum kecut dan menggeleng pelan setelah melihat kelakuan Dika dan Adnan.
"woi gawat woi!" Seorang murid dari kelas Bella datang.
"Napa Ga?" Tanya Sadam.
"Dimas woi, tangannya itu aduh gimana ya?"
"Apasih lu, ngomong langsung aja napa, gausah banyak drama"
"Dih, yaudah itu Dimas cedera gara gara main bola tuh, tangannya kayanya yang cedera"
KAMU SEDANG MEMBACA
ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]
Fanfictionᥫ᭡'ִֶָ 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐜𝐡𝐚𝐧 ◜ bella dan segala bentuk cintanya untuk bagja. ©POPELHAZE 2019 ﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌ started : 6/3/19 ended : 6/5/19