ㅤㅤTWENTY NINE

965 177 13
                                    

"Jena, ayo makan dulu nak" panggil ibu Jena dari luar, Jena-dengan kantung mata yang ada di wajahnya, hanya menggeleng meskipun ibunya tak tau jawabannya.

Kemudian ia membuka pintu dan menghela nafas melihat anak semata wayangnya itu hanya duduk lesu di kasur menatap kosong ke televisi yang sedang menyala di kamarnya.

Ia duduk di kasur dan mengelus rambutnya pelan, satu butir air mata jatuh dari mata ibu Jena melihat anaknya seperti tidak bernyawa itu.

"Gapapa Jena, Jena kuat kok, ibu ga marah sama sekali, ayo dong Jena harus kuat, biar dedeknya juga kuat, kasian kalo kamu stress nanti dedeknya ikut stress"

Jena menoleh ke ibunya dan menangis sambil memeluknya.

"Maafin Jena, Bu, Jena bener bener anak ga berguna, maafin Jena, Bu. Maaf bikin Ibu kecewa" Ibunya mengelus sura Jena lembut sambil memeluknya.

Untuk saat ini, tak ada yang mengetahui keadaan Jena bagaimana, yang mereka tau, Jena sakit, dan sudah seminggu ia tak masuk sekolah.

Jena terlibat dalam suatu akibat dari pergaulan bebas.

Hamil di luar nikah.

Siapa ayahnya? Tentu saja pacarnya.

Jevan.

Itulah kenapa saat itu Jena bertengkar hebat dengan Jevan di depan kelas membuat murid murid dari kelas 12 lainnya keluar melihat pertengkaran tersebut.

Jena sangat takut untuk mengatakan kepada orang tuanya, tetapi rasa sayang dan bersalahnya ia kepada kedua orang tuanya lebih mendominasi.

Ia tidak ditemani siapapun dan langsung mengatakannya kepada kedua orang tuanya.

Tentu saja kedua orang tuanya marah, apalagi ayah Jena, yang bertanggung jawab sebagai wali putrinya hingga nanti ia akan melepaskannya kepada sang suami Jena di masa depan.

Bahkan ayah Jena menampar Jena malam itu karena merasa kecewa terhadap dirinya sendiri, bukan kepada Jena.

Mereka mendiamkan Jena untuk sehari namun kembali menjadi perhatian dengan Jena setelahnya karena rasa sayang sang orang tua kepada anaknya lebih besar.

Ayah Jena selalu rutin mengantar Jena untuk memeriksa kandungannya.

Dan Jena yang terlalu stress dengan semuanya membuat keduanya khawatir melihat keadaannya.

Jena sekarang menjadi kurus kering, pipinya tak lagi berisi, hanya tulang yang menonjol disana, dan kantung mata yang kian hari semakin gelap warnanya.

"Jena makan ya? Demi ibu sama ayah, demi dedek juga" Jena perlahan mengangguk kemudian melepas pelukannya.

Selepas ibunya pergi untuk mengambil makanan. Muncul bubble chat dari aplikasi Kakao Talknya.

Jevandra❣️ :
Apa susahnya sih nurutin ucapan gue?
Lu pilih gue ninggalin lu atau lu aborsiin tuh anak?

Melihatnya saja sudah membuat Jena menangis, ia pun melempar ponselnya sembarang dan berteriak sekencang mungkin membuat seisi rumah panik.

PRANG

Ayah Jena langsung berlari ke kamar Jena dan mendapati Jena yang menangis di lantai dengan tangan yang berdarah begitu juga sebuah gelas kaca yang tadinya utuh menjadi pecah.

Ia langsung mengangkat tubuh Jena ke atas kasur kembali dan membersihkan beling beling yang ada di tangannya sebelum membalut lukanya dengan baju Jena yang ia ambil dari lemari.

 ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang