Kegiatan belajar mengajar sudah tak lagi dilaksanakan setelah ujian kenaikan kelas diadakan minggu lalu. Murid murid yang masuk kebanyakan untuk memperbaiki nilai, contohnya murid seperti Adnan dan Firdaus.
Hanya saja Adnan tak datang lagi setelah ujian berakhir, jika bertanya kepada Pak Brian-kakaknya yang magang di sekolahnya, Pak Brian hanya menjawab "udah libur duluan dia haha"
Libur duluan dengan mengurung diri di kamar. Sesekali ia menelpon seseorang yang sudah pasti tak akan tersambung karena perbedaan negara dan nomor telepon yang sudah berbeda.
Adnan yang berisik berubah menjadi Adnan yang pemurung. Suasana hatinya sungguh kacau. Tak beda jauh dengan Bella sekarang.
Bella, gadis yang sangat pintar menyembunyikan emosinya dibalik wajah mulusnya tersebut. Ia sedang berjalan sendirian keliling sekolahan, ia tidak bergabung dengan teman temannya karena Retha pun sedang menyendiri.
Tinggalah Haera dan Frysca yang bingung harus berbuat apa.
"Jalan jalan sendiri ga ngajak" seseorang merangkulnya membuat Bella sedikit terkejut, namun saat ia mendengar suara pemiliknya, ia langsung tau siapa.
Dimas.
Belakangan ini, ia selalu bersama Dimas, saat ia diam di kelas, Dimas selalu ada disana menemaninya, saat ia pergi kantin, Dimas akan ikut ke kantin juga, dan saat Bella sedang sendirian di perpustakaan, Dimas juga akan disana siap manjadi sandarannya jika ia menangis.
"Lu nguntit ya?"
"Stalking lebih tepatnya"
"Ih serem"
"Hahaha, ke lapangan yu, nyari kucing" ajak Dimas yang diangguki oleh Bella.
Sesampainya mereka disana, keduanya mendapati Bagja yang kini duduk di tribun menatap kosong ke arah lain. Saat Bagja menyadari kedatangan Dimas dan Bella ia langsung pergi dari sana.
Bella hanya bisa menghela nafasnya.
Hari hari dimana Bagja tak lagi di sekitarannya terasa sepi, walaupun ada Dimas di sampingnya, tetap saja rasanya berbeda saat Bagja berada di sampingnya.
"Bel itu kucingnya" tunjuk Dimas kearah semak semak dimana terdapat kucing liar berwarna abu abu loreng.
"Lucu nih, masih kecil kayanya" Bella hanya diam dan ikut mengelus tubuh kucing tersebut.
Tiba tiba Bella berceletuk "i wish i could explain everything" Dimas menoleh ke arahnya dan menghela nafasnya.
"He probably hate me now" Dimas memilih diam untuk mendengarkan Bella. "Gue bener bener gaada niatan buat malu maluin Jena" suaranya mulai parau.
"Gaada sedikitpun niat kayak gitu" isak tangis Bella pun terdengar, kucing yang mereka temukan itu duduk di pangkuan Bella dan menggosokan tubuhnya di lengan-lengan Bella.
Dimas mengerti keadaan hati Bella sekarang, ia juga tak tau harus berbuat apa. Bagja salah paham. Rasanya Dimas ingin berteriak saja di depan wajah Bagja bahwa ia adalah salah satu menusia terbodoh yang ia temui.
"Gapapa, nangis aja" Dimas memeluk Bella dari samping, ia mengusap tangannya di lengan Bella memberikan ketenangan untuknya.
Di ujung sana, Bagja melihat keduanya, ada rasa sedikit cemburu yang ia rasakan, tapi rasa bencinya karena kejadian minggu lalu lebih mendominasi.
Ia pun memilih untuk pergi dari sana menuju parkiran.
🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑
"Eh Bella udah pulang? Itu bantuin Caca di atas tuh, baru dateng dia" ujar bundanya yang di angguki oleh Bella.
Ia membuka pintu kamar dan mendapati Caca yang sedang kesusahan membuka koper miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ࣧ 𝐃𝐈𝐀 𝐁𝐀𝐆𝐉𝐀 [✓]
Fanfictionᥫ᭡'ִֶָ 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐜𝐡𝐚𝐧 ◜ bella dan segala bentuk cintanya untuk bagja. ©POPELHAZE 2019 ﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌ started : 6/3/19 ended : 6/5/19