"Tik..tik..tik..
Rintik jatuh di keduanya
Menjelma kesedihan"...
Ia duduk di bangku taman sendirian
Menatap tepat ke dasar rerumputan
Kala itu langit sedikit mulai kelabu
Namun juga masih tampak teduhEmbus angin membuat rerumputan bergoyang
Serta anak rambut yang ia kuncir juga demikian
Dari raut wajahnya tersirat kesedihan
Tampak jenuh menunggu seseorangBeberapa kali ponsel di tangannya ia arahkan ke telinga
Dengan harap menunggu teleponnya diangkat
Namun ia malah berdecak kecewa
Menginjak-injak rumput di taman kota ituBeberapa menit ia tetap bertahan
Detik bergerak langit ikut berubah
Mulai dirundung mendung
Tapi ia tetap bertahanHingga sampai didetik kesekian
Tangis dan hujan jatuh bersamaan
Entah siapa yang lebih dulu mencapai permukaan
Basah di pipi atau di rerumputan?Sementara dilain tempat
Lelaki yang ia tunggu sedang merapal namanya
Dengan rintihan diujung nafas terakhirnya
Sebuah kecelakaan membuat ia menemui ajalGadis di bangku taman itu tidak tahu
Kekasihnya mati dalam perjalanan
Sebelum sempat meredakan konflik semalam
Bahkan sebelum sempat memberi cincin lamaran.Bekasi, 07 Oktober 2018
—Syawaludin Syihab
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan yang hampir hilang.
RandomSekumpulan tulisan yang dimulai dari puisi-puisi, lalu berlanjut ke tulisan-tulisan panjang bergenre senandika. Tentang aku, kau, dan cerita-cerita yang lahir dari perjalanan.