Lantai Dua

47 9 0
                                    

"semesta punya cara yang unik untuk mempertemukan dua manusia"

***

Sudah kurang lebih setahun rasanya bangunan serba hijau itu tak aku kunjungi. Lapangan yang dikelilingi tiga gedung jurusan yang berbeda rasanya ingin sekali kupijak kembali. Aneh, hidup memang penuh kejutan, dahulu saat aku pertama kali memasuki bangunan serba hijau itu rasanya seperti memasuki dunia lain, dunia yang seluruh semesta berbanding terbalik dengan apa yang aku harapkan.

Tapi dasar hidup, memang penuh kejutan. Saat 2 tahun bersekolah di bangunan serba hijau itu, saat masa-masa aku menjadi anggota organisasi sekolah dan menjadi mentor bagi siswa-siswi baru, saat itu pula hidup memberi kejutan. Gadis berpakaian seragam olahraga asal sekolahnya yang lama sedang bernyanyi di-iringi temannya yang bermain gitar di tengah lapangan. Sejak saat itulah rasanya hari-hari seterusnya aku ingin berlama-lama di bangunan serba hijau ini.

Ibu, tapi sungguh anakmu ini pemalu untuk sekedar berkenalan dengannya.

Kau tahu, ternyata semesta punya cara yang unik.

Apa pandanganmu terhadap anak laki-laki yang sering membawa dan membaca novel ke sekolah? Terlihat seperti perempuan? Atau terlihat sangat aneh?

Akulah laki-laki itu.

Justru karena novel yang sering kubawa dan kubaca di sekolah aku dan gadis itu berkenalan dalam artian bukan sebatas tahu wajah dan nama. Gadis itu juga menyukai dunia sastra. Sungguh kejutan dan kebetulan yang menyenangkan. Ah, kalau kau baca Tulisan Yang Hampir Hilang ini dari awal pasti kau bisa menduga kusebut apa gadis ini.

Berawal dari membahas buku sampai membahas organisasi, lalu membahas hal lain, lain, dan lainnya. Obrolan seperti tidak pernah kehabisan topik. Sampai ke perhatian-perhatian kecil, hingga sampai pada moment setiap pagi yang tak pernah bisa kulupakan.

Akulah lelaki itu, yang kau tunggu keterlambatannya setiap jam masuk sekolah. Akulah lelaki itu, yang kau tunggu di lantai dua depan ruang kelasmu. Akulah lelaki itu, yang tidak bisa menahan senyum saat diperhatikanmu dari lantai dua. Kau tahu, aku lelaki yang akhirnya senang atas keterlambatanku sendiri.

Ah, sudah kurang lebih setahun tidak melihat kau berdiri di lantai dua-mu.

Hidup penuh kejutan, entah bahagia entah tangis. Dan cukup kutulis tentang betapa bahagianya di perhatikan dengan caramu. Perihal tangis yang runtuh atau luka-luka yang tak disengaja biar membekas sebagai lara paling bahagia.

Kau tahu, aku tidak bermaksud apapun saat menuliskan ini, bila ada ketidaksukaan terhadap apa-apa yang kutulis, kau berhak memintaku untuk menghapusnya. Dan tentang pembaca yang mungkin jenuh membaca tulisanku yang lebih mirip catatan pribadi ini, berpindahlah. Tapi, jika kau ingin menetap, mari kita nikmati luka bersama.

Semoga dari sekian banyak tulisan tidak cuma mewakili perasaanmu, barangkali ada pelajaran atau apapun itu yang baik, petiklah dan semoga tak berhenti di kamu.

Entah pada pukul berapa kau membaca tulisan ini, terima kasih dariku sebanyak-banyaknya.

Bekasi, 25 Agustus 2019
Tertanda
—Syawal

***

Hallo.

Tulisan yang hampir hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang