"kang, kopinya dua ya" pesanku pada akang penjaga warung di bawah kaki gunung Gede Pangrango ini. Ya, aku menginap di warung atau lebih tepatnya tempat istirahat para pendaki sebelum berangkat mendaki. Sebuah warung yang didalamnya terdapat beberapa Kasur lantai. Tempat favoritku berada di lantai dua, karena saat membuka jendela kamar atas maka akan terihat dengan jelas gunung Gede Pangrango. Sebuah pemandangan yang mahal di tempat yang sederhana. Sangat memesona.
Temanku membakar rokoknya, dua cangkir kopi hitam mengepul, uapnya membelai halus udara dingin. Ah, rasanya kopi di dataran tinggi bogor seperti ini tak kalah istimewa dengan kopi di kedai pada umumnya. Kalau dipagi hari seperti ini masyarakat di sekitar sini sibuk beraktivitas di pasar. Di depan warung-warung ini memang terdapat pasar yang setiap paginya ramai. Sayur-sayuran serta buah-buahan terlihat segar di atas dipan-dipan. Pedagang mainan anak-anak sibuk menawarkan dagangannya pada anak-anak yang ikut orang tuanya ke pasar. Beberapa kali aku memotret aktivitas mereka, kesan yang hangat di tempat sedingin ini.
seusai mengopi dan sarapan serta sedikit berbincang-bincang dengan salah satu rombongan anak muda yang baru datang, aku dan temanku merapikan barang-barang kita lalu kemudian berpamitan untuk beberapa menit kemudian bertemu hening di Telaga Warna.
Sebuah telaga yang dikelilingi tebing tinggi serta pepohonan yang menjulang tinggi. Yang jika kita kunjungi di hari-hari biasa tidak begitu ramai. Justru disaat itulah suasana di Telaga Warna ini sangat hening. Suara burung serta monyet liar saling bersahutan menyatu dengan angin yang bergesekan dengan pepohonan, menciptakan alunan semesta yang kusebut dengan suara alam.
Sungguh memesona.
Yang kumaksud hening adalah tidak adanya suara bising knalpot kendaraan yang memekakkan telinga atau teriakan-teriakan seseorang. Hanya ada suara alam. Rasanya seperti melarikan diri dari penatnya kota. Seperti air di Telaga Warna ini, tampak tenang. Seperti itulah suasana Telaga Warna ini. Sangat memesona, bukan?
Terlebih bagi orang yang tidak menyukai keramaian sepertiku, Telaga warna ini adalah gambaran suasana yang tepat untuk orang sepertiku. Hening yang menyenangkan dalam artian yang berbeda. Bahkan entah apa yang membuatku merasa bahwa ini sangat sempurna, meski tanpa seseorang yang disebut "kekasih". Telaga warna telah menggambarkan definisi hening, sunyi, dan sepi dalam waktu yang bersamaan.
Bekasi, 21 November 2019
—Syawaludin syihab***
Hai.
Sengaja publish tengah malem. Hehe.
Oiya, info saja sih, gapenting juga sih, tapi ingin bilang aja sih, ya pokoknya Tulisan Yang Hampir Hilang itu bergenre senandika, atau bisa dibilang ini tuh tulisan pribadi. Hal-hal yang bersangkutan tentang diri sendiri.Dah, ah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan yang hampir hilang.
RandomSekumpulan tulisan yang dimulai dari puisi-puisi, lalu berlanjut ke tulisan-tulisan panjang bergenre senandika. Tentang aku, kau, dan cerita-cerita yang lahir dari perjalanan.