Aku tahu rasanya kehilangan seseorang, aku pernah merasakannya. Tapi, percuma berdiam diri, meratapi yang tak kembali, duduk termangu seolah menjadi manusia paling nelangsa di bumi. Percuma. Tidak akan merubah apapun.
Jika terus seperti itu maka tidak ada bedanya kita dengan kapal yang merapat di dermaga, terikat oleh tali, terombang ambing kecil terkena ombak, tapi tidak kemana-mana. Atau lebih tepatnya tidak bisa kemana-mana. Sementara kapal yang lain sudah jauh berlayar ke arah yang dituju.
Aku tahu rasanya ditinggalkan seseorang, aku pernah merasakannya. Menjadi patah hati terhebat kala itu. Tidak nafsu makan, lebih banyak berdiam diri di kamar, memantau aktivitasnya dari balik layar media sosial, kemudian teringat bagaimana tawanya ketika aku bergurau atau bagaimana senyumnya ketika aku merayu. Tapi semua itu percuma, tidak akan menarik kembali yang telah pergi. Sebab, perasaan adalah perasaan. Kau tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal.
Kau-tidak-akan-pernah-bisa-memaksanya.
Tidak akan.
Aku tahu rasanya jauh dari seseorang yang dulu teramat dekat, aku pernah merasakannya. Dikoyak kangen ingin bertemu, dihujani tanya yang muncul begitu saja dipikiran; tentang kita yang saling jauh dan penjelasan yang masih rancu.Tapi, percuma terus menerus memikirkannya, tidak akan memangkas jarak yang telah ia bentangkan begitu jauh. Tidak akan. Justru hanya semakin menambah beban di kepala. Ah, mengingat-ingat sesuatu yang membuat sesak itu melelahkan bukan?
Aku tahu rasanya kecewa karena kehilangan seseorang, aku pernah merasakannya. Memicu amarah dan benci. Relung hatiku panas tak karuan. Ingin memaki namanya sekeras-kerasnya. Membalas luka yang sama. Tapi, percuma jika semua itu kulakukan. Tetap tidak akan merubah apapun tentangnya. Ia akan tetap pergi. Jauh, menjauh, dan hilang.
Lagi-lagi, perasaan adalah perasaan. Sesuatu yang teramat sulit diatur. Jika berkata A, maka harus A. Jika ia ingin tinggal, maka bagaimanapun kamu menyuruhnya pergi, ia akan tetap bertahan untuk tetap tinggal. Begitu juga sebaliknya. Jika ia ingin pergi, maka bagaimanapun kamu membujuk, merayu, memaksanya untuk tetap tinggal, ia akan tetap memilih pergi.
Kau-tidak-akan-pernah-bisa-memaksanya.
Tidak akan.
Aku tahu rasanya kehilangan, aku pernah merasakannya. Dan pasti akan merasakannya lagi. Aku sadar, ada selalu berdampingan dengan tiada. Akan tiba suatu hari nanti kita merasakannya, entah kehilangan dalam bentuk apa. Kita tidak pernah tahu. Misteri. Rahasia pemilik rahasia.
Tapi, semoga kita semua tetap kuat ya? Menangis wajar kok, gapapa. Kita juga perlu sedih untuk tahu nikmatnya bahagia.
Apapun bentuk kehilangan yang sedang kamu alami, jangan putus asa ya? Bangkit pelan-pelan sampai bisa berdiri kokoh dan menjadi lebih kuat.
Siapapun kamu yang sedang merasakan kehilangan, semangat!
Kamu tidak sendirian. Dan tidak pernah sendirian.-syawal
***
Boleh minta idenya ga?
Next nulis tentang apa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan yang hampir hilang.
RandomSekumpulan tulisan yang dimulai dari puisi-puisi, lalu berlanjut ke tulisan-tulisan panjang bergenre senandika. Tentang aku, kau, dan cerita-cerita yang lahir dari perjalanan.