Semalam Hujan, Nona

54 5 0
                                    

"Hujan tak pernah sembunyi-sembunyi
Padahal, cara hujan terang-terangan adalah jatuh berkali-kali"

—Syawalsyhb

***

Aku merebahkan tubuh di bangku panjang tempat istirahat para perkerja. Hari ini cukup melelahkan, target produksi sedang tinggi-tingginya. Aku mengembuskan nafas perlahan, udara dingin berembus, mendung semakin pekat warnanya karena menyatu dengan gelapnya malam. Beberapa menit kemudian, hujan turun.

Rekan kerjaku yang lain asik mengopi dan merokok. Terlihat dari wajah mereka tampak senang karena akhirnya hujan turun setelah kemarau panjang. Aku memilih untuk rebahan, meregangkan tubuh agar lebih rileks.

Hujan semakin deras disertai gemuruh petir sesekali. Aku memejamkan mata... Hujan ya?

Dan lahirlah puisi ini.

Semalam Hujan, Nona.

Mendung bergelayut di ambang pilu
Malam yang muram, Nona
Di senyap dan sunyinya
Suaraku tak bersuara
Hanya gemuruh perasaan
Yang tertahan

Semalam hujan, Nona
Kudapati sekitaran pelupuk
Sudah berkabung
Berduka cita atas
Apa-apa yang dulu kusebut cinta

—Syawalsyhb

Entahlah, kata-kata tersebut muncul begitu saja di kepalaku. Sudut pandangku pada saat itu ingin mengimajinasikan hujan yang akhirnya turun setelah kemarau panjang.
Tak jauh beda dengan luka yang tak bisa disuarakan, perasaan yang tertahan, lalu ketika mencapai batasnya, basah disekitaran pelupuk adalah bentuk duka cita atas apa-apa yang dulu kau sebut cinta.

Judul "Semalam Hujan, Nona" adalah perumpaan berkabar yang tak bisa terang-terangan. Menyamarkan namamu dengan sebutan Nona adalah sebenar-benarnya keterangan bahwa aku tak mampu terang-terangan.

Kau tahu, menulis tidak jauh beda dengan berbicara. Saat siapapun membaca tulisan ini, secara tidak langsung kau telah mendengar suaraku dalam artian yang berbeda. Saat kau membaca seluruh episode "Tulisan Yang Hampir Hilang" ini berarti secara tidak langsung kau telah mengenalku. Tidak penting siapa aku, bagiku, berbicara melalui tulisan adalah interaksi paling romantis.

Hujan mulai mereda, waktu istirahat sebentar lagi habis, aku bangkit dari posisi tidurku, gerimis kecil jatuh begitu gemas di permukaan. Ah, bahkan hujan lebih pandai terang-terangan. Rintiknya tak pernah sembunyi-sembunyi. Padahal, jatuh berkali-kali.

Bekasi, 10 November 2019
—Syawalsyhb

***

Tulisan ini mengimajinasikan seseorang yang pada akhirnya
seperti hujan setelah kemarau panjang.

Hei.
Jumpa lagi, ya

Tulisan yang hampir hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang