Gadis Manis Penghuni Ruang

118 10 3
                                    


"Ada janji yang kuingkari;
Tentang puisi gadis manis
yang dulu enggan kubagi"

***

Ada ruang di sudut terpencil hatiku
yang di sana hanya kuizinkan seorang
masuk dan menetap di dalamnya.
Ruang itu tercipta sejak saat kau hadir dan mengubah cara pandangku terhadap dunia; terhadap hal-hal yang menyudutkan; terhadap hal-hal yang harus dihadapi.

Lalu perlahan di dinding-dinding ruangan itu mulai penuh oleh tentangmu; tentang cerita-ceritamu; tentang apa yang kau suka; juga tentang perasaanmu. Bahkan sebenarnya bukan hanya penuh tentangmu, tapi juga tentang aku yang ada di dalamnya.

Di langit-langit ruangan itu impian kita bersahutan. Tentang kau yang ingin menjadi penolong banyak manusia dengan jalur medis; juga tentang aku yang dulu ingin menjadi arsitek dan kini berubah ingin menjadi penulis seperti penulis idolaku : Tere Liye.

Di kotak musik yang ada dalam ruangan itu juga terdapat suaramu dan suaraku. Bukan lagu, tapi obrolan berjam-jam yang isinya cerita-cerita yang lahir dari segala arah; yang terkadang kita rela menahan kantuk hanya karena mungkin ingin obrolan itu tidak cepat berakhir.

Di jendela ruangan itu juga sering kali angin masuk kedalamnya berupa harapan-harapan tentang apa sebenarnya 'kita' selama ini? Kau yang pernah terang-terangan dan aku yang sembunyi-sembunyi. Entah muara dari ingin kita sama atau malah berbeda? Atau sebenarnya akulah orang bodoh yang melewatkanmu?

Dan di pintu ruangan itu aku pernah memilih keluar, meninggalkanmu sendirian di dalamnya. Banyak sekali ketidakmungkinan yang berlalu lalang di kepalaku; tentang ketidakpantasanku bersanding denganmu. Sebab aku merasa suatu hari nanti kau akan menjelma bintang dengan seluruh kualitasmu—sedang aku hanya seorang yang memandangmu dengan kagum. Tapi tak apa, tetaplah terang dan bersinar.

Semetara hatiku berontak tak terima atas pernyataan pikiran. Ada suara yang menggema di dalamnya, namun selama ini aku kunci dalam ruang kedap suara.

Kini rindu sangat runcing untuk membuatku terbunuh oleh penyesalan sebab melewatkanmu. Rasanya ingin kuketuk kembali pintu ruangan itu; lalu menyapamu; menanyakan kabarmu; dan memintamu untuk membiarkan aku tinggal di dalamnya.

Tapi biarkan aku terbunuh berkali-kali oleh rindu itu sendiri. Karena dengan begitu kau akan tetap hidup dalam ruangan itu. Dan semoga dengan begitu aku tak mengecewakanmu lagi.

Biar kusimpan dirimu dalam ruangan itu,
Biar kumilikimu melalui puisi-puisi,
Biar kau selalu ada, di hidupku.

Tertanda,
Syawal.

Tulisan yang hampir hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang