Aku tidak tahu pukul berapa kau membaca tulisan ini. Yang pasti aku menulisnya pukul 01.30. Lampu kamar sudah dipadamkan, menyisakan remang cahaya yang keluar dari layar gawaiku.
Tidak bisa tidur. Berusaha memejamkan mata, tapi pikiran tetap bekerja. Percuma.
Aku menghela napas. Kau tahu, disaat sendiri ditengah malam seperti ini, seringkali pikiran tentang sunyi berlalu-lalang. Kosong. Entahlah, aku benci sepi. Dan aku lebih benci jika harus melibatkan orang lain untuk sekedar menghapus rasa sepi ini.Apa kau pernah merasa demikian? Merasa bahwa tidak ada yang bisa mengertimu? Bahkan teman dekatmu sendiri? Entahlah, mungkin juga kita yang terlalu tertutup untuk tidak mau bercerita.
Kosong. Ya, kosong. Aku tahu, orang-orang sekitarku selalu dekat denganku. Tapi, aduh, sulit sekali menjelaskannya. Perasaan macam apa ini? Benci sekali merasakannya.
Ya, pada akhirnya, lagi dan lagi diri sendiri yang harus bisa melewati fase tidak menyenangkan seperti ini.
Tapi aku percaya, aku tidak sendirian.
Hey, coba lihat bulan di atas sana. Menggantung sendirian, bukan?. Tidak, ada bintang, katamu. Tidak, tidak selalu ada.
Hey, coba lihat matahari, menggantung sendirian bukan?. Tidak, ada awan, katamu. Tidak, bukankah jaraknya teramat jauh?.
Kalau begitu angkasa sunyi sekali, ya?
Pukul 02.00 sebenarnya tulisan ini sudah berakhir. Tapi ada satu pesan yang mengganjal untukmu, barangkali kau membaca tulisan ini.
"Hilang. Aku ingin pulang. Tapi tidak sekarang. Kalau boleh aku bertandang. Kerumahmu. Kehatimu. Ke semua tentangmu, Sekali lagi. Agar tiada luka, agar tak pergi, lagi.
Hilang. Aku ingin pulang. Kembali. Sebelum mati.
Hilang. Hilang. Hilang.
Aku ingin pulang"
Demikian untukmu.
Bekasi, 30 Maret 2020
—Syawal.***
Sebenarnya bingung gimana
menjelaskan keresahan gua sekarang ke dalam tulisan ini.Jadi ya seperti itu aja yang mampu gua tulis.
Oiya, Hei.
Sehat-sehatlah selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan yang hampir hilang.
RandomSekumpulan tulisan yang dimulai dari puisi-puisi, lalu berlanjut ke tulisan-tulisan panjang bergenre senandika. Tentang aku, kau, dan cerita-cerita yang lahir dari perjalanan.