Pagi

22 3 0
                                    

Tentu saja perjalanan malam sangat menghemat waktu untuk cepat sampai ke tujuan. Tapi, jalanan sepi, tidak banyak kendaraan yang lewat, maksudku tidak sebanyak saat pagi atau siang.

Pukul 02.30 aku berangkat bersama temanku. Menaiki motor. Aku yang menyetir. Tujuanku sederhana, makan mie rebus soto di dataran tinggi Bogor. Ah sudah lama sekali, jadi kangen rasanya. Terakhir kali ke dataran tinggi Bogor adalah tahun lalu.

Jalanan lengang. Beberapa kendaraan berlalu lalang, truk kontainer pengangkut barang hilir mudik membuat debu jalanan berterbangan.
Aku melaju dengan kecepatan 80 sampai 100 Km/jam. Menyalip kendaraan di depan. Beberapa kali temanku mengantuk membuat helm kita beradu dan sedikit membuat oleng. Wajar, ia tidak sempat tidur sehabis pulang kerja shift 2, langsung berangkat ke Bogor bersamaku.

Butuh 2 jam hingga kami sampai ke dataran tinggi Bogor. Lihatlah, dataran tinggi Bogor ramai, seakan kota ini tidak pernah tidur. Warung pinggiran jalan buka 24 jam. Orang-orang ramai memenuhi warung pinggir jalan.

Aku dan temanku juga berhenti di salah satu warung. Memesan indomie dan kopi. Kami berdua duduk di salah satu lesehan. Aku melirik jam tangan, sudah pukul 03.45, sebentar lagi subuh.

Tiga puluh menit kemudian azan menggema di langit dataran tinggi Bogor. Orang-orang berjalan menuju masjid terdekat, menunaikan apa yang telah menjadi kewajiban.

Lihat, tiga puluh menit kemudian lagi semburat merah jambu mulai melukis langit. Aku dan temanku sudah kembali ke warung. Ah, bukan main. Lihatlah, awan berarak di atas sana seperti di tumpahkan cairan merah jambu, menambah cantik dan memesona. Memikat siapa saja yang melihatnya. Cantik nian.

Aku jadi teringat nasihat lama, kurang lebih seperti ini;

"Lihatlah, ketika embun pagi turun nun jauh di pegunungan atau di hamparan pesawahan, ketika fajar baru saja merekah di kaki langit, ketika lelap malam digantikan pagi, ketika ayam masih sibuk berkokok,
Hal-hal seperti itu menjadi saksi dan mengiringi langkah semangat para pencari nafkah"

Bagiku, pagi selalu menyenangkan. Entah pagi dimanapun. Pegunungan, laut, kota, desa, tetap menyenangkan.

Lihatlah, satu hari berganti setelah mungkin hari kemarin sangat melelahkan, mengecewakan, atau menyakitkan. Hari ini, bisa kita perbaiki.

Pagi, artinya semangat-semangat baru untuk hari ini baru saja merekah. Petiklah dengan percayalah diri.

Pagi, artinya harapan-harapan baik baru saja muncul dipermukaan, berjuanglah dengan sabar.

Pagi, artinya kejutan-kejutan kecil untuk hari ini masih menjadi misteri, ambilah pelajaran dari apapun hal yang tak terduga itu.

Pagi. Lagi-lagi pagi kesekian di dataran tinggi Bogor. Lihatlah, hamparan kebun teh membentang luas. Mengkilat-kilat terkena embun yang membasahi dedaunannya. Satu dua petani kulihat berjalan menuju perkebunan. Entah ingin menanam atau memanen. Yang pasti, rekah cahaya fajar mengiringi langkah semangat mereka.

Pagi. Bukankah selalu menyenangkan? Ayolah, sudahi dulu harapan akan notifikasi "selamat pagi" darinya masuk ke handphone mu. Masih banyak hal-hal yang jauh lebih menyenangkan daripada itu.

Pagi. Oiya, jangan lupa mulai dengan doa dan niat baik.

-Syawal

***

Hi, Pagi.
Yuk, mulai dengan niat baik.

Tulisan yang hampir hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang