Republish | 13/02/20
"Sebuah lagu terakhir dari Judika-Bukan Dia Tapi Aku-menjadi penutup jumpa kita malam ini. Stay tune terus di Suara Hati FM dengan saya-Iccy Fasa, Selasa di jam malam seperti biasa. Salam hangat dan sampai jumpa!"
Kissy meletakkan earphone yang sejak dua jam lalu dikenakannya. Sebuah ibu jarinya terangkat, menanggapi hal serupa yang Rama lakukan di luar ruang siaran. Dia lantas bergegas mengambil tas jinjing yang diletakkannya di bawah meja dan beranjak keluar.
"Besok topik yang diangkat seru, nih, Cy. Ada dua, sih. Kamu mau ambil yang mana buat siaran? Atau kamu bawa dulu aja. Aku sudah tulis semuanya." Rama mengulurkan dua lembar kertas ketika Kissy menghampirinya.
"Enggak salah topik, nih, Mas? Harus banget, ya, cinta salah sasaran gini topiknya?" Kissy membaca sekilas coretan kertas dari Rama.
Rama menipiskan bibir sejenak. "Why not? Dalam cinta, semua hal bisa terjadi, 'kan?"
"Iya, tapi enggak saingan sama saudara sendiri gini kali, Mas. Nanti, kalau misalnya yang enggak sengaja curhat dua saudara yang sama-sama suka sama satu orang, apa enggak bikin mereka bunuh-bunuhan? Kalau aku sok bijak biar salah satu dari mereka ngalah, ujung-ujungnya aku yang kena. Aku belain dua-duanya pun enggak mungkin. Bukannya mereka yang bunuh-bunuhan, aku yang besoknya mereka bunuh karena dikira memprovokasi. Topik lain, deh, Mas," protes Kissy saat dia mendapat topik yang rawan untuk dibahas.
Rama terkekeh menanggapi Iccy. "Enggak akan bikin kamu kena siram air cucian lagi kok kayak waktu kamu bahas pelakor. Topik ini terjamin aman buat dibahas. Lagian, ini bahasan buat siaran hari Selasa. Kamu pelajari saja dulu. Kalau enggak, kamu pilih topik satunya."
Kissy mencebik dan tersenyum masam kala mengingat akibat dari siarannya dua bulan lalu. Jelas melekat dalam ingatannya bagaimana seorang ibu-ibu muda menghampiri rumahnya dan mengguyur Kissy dengan air bekas cucian. Masalahnya sepele. Ibu itu tidak sengaja mendengar pendapat Kissy saat siaran yang terkesan membenarkan tindakan orang ketiga dalam rumah tangga. Padahal saat itu, Kissy hanya berusaha menjadi pihak netral dengan menghadirkam sudut pandang lain. Aapalagi momentnya pas dengan adanya curhatan seorang wanita mantan pelakor.
Tak ingin berlama-lama memutar kejadian naas itu, Kissy segera melarikan fokusnya pada lembar kertas yang belum dia baca. Bola matanya bergerak mengikuti sederet kalimat yang tertera di sana.
"Gila kamu, Mas. Beneran bakal mati aku kalau bahas yang satu ini. Ogah. Aku milih bahas topik yang pertama saja," cetus Kissy sembari bergidik ngeri dan melayangkan tatapan horor pada Rama.
Berbeda dengan raut pias Kissy, Rama malah tergelak seolah baru saja mendapat Jackpot. Matanya yang sipit, kini membentuk satu garis. Kesempatan yang bagus andai Kissy mau pergi tanpa sepengetahuan Rama.
"Oke. Next time saja kamu bahas soal cinta satu malam itu. Yang jelas, topik itu enggak bisa diangkat waktu siaran Sabtu. Banyak dedek gemes yang lagi dengerin."
Kissy menghela napas berat. Dia tidak menyangka bahwa Rama benar-benar menginginkan dirinya membahas hal yang sensitif itu.
"Oh, iya, Cy. Gaji kamu bulan ini baru Pak Deril transfer," lanjut Rama.
Seketika Kissy semringah mendengar kata "transfer". Dia segera mengeluarkan ponseelnya guna mengecek kebenaran ucapan Rama. Bola matanya kian berbinar kala melihat pesan yang memberitahukan transaksi tersebut.
"Alhamdulillah. Bisa makan aku, Mas," seru Kissy.
"Halah. Kayak yang gaji penyiar radio itu gede saja. Lagian, aku tahu kalau penghasilan usahamu itu sebenarnya sudah cukup buat hidup tanpa perlu capek-capek siaran." Rama menuntun Kissy berjalan menjauhi ruang siaran. Gadis itu masih takjub melihat layar ponselnya tanpa peduli rekan lain sedang sibuk mempersiapkan siaran selanjutnya.
"Namanya suka dan hobi, mau gimana lagi, Mas? Lagian, bantu orang buat mecahin masalah dengan kasih solusi yang tepat itu adalah sesuatu yang enggak bisa dinilai dengan uang. Apalagi buat remaja tanggung yang memang butuh didengar dan dituntun agar enggak terlalu terpuruk karena cinta monyet. Mereka masih terlalu muda buat mendalami cinta yang sebenarnya belum perlu di usianya saat ini."
Keduanya berhenti di ruang tunggu studio radio, beberapa meter dari pintu masuk. Rama berdeham dan mengacak rambut Kissy dari belakang. Dia memiringkan tubuh, memandang Kissy dari samping. "Kayak kamu yang sudah ahli saja, Cy. Aku yakin kalau kamu juga kayak mereka dulunya. Iya, 'kan?"
Kissy memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan mengembuskan napas berat. "Karena aku pernah salah dalam cinta, aku enggak mau banyak orang lagi yang kayak aku," ujarnya dengan mata sendu menatap ujung flatshoes-nya.
Belum sempat Rama menanggapi, teedengar suara pintu dibuka. Tak lama kemudian, suara barintone pria menginterupsi keduanya. "Maaf, Mbak Kissy?"
Kissy lantas mendongak, sementara Rama menoleh. Kening Rama membentuk lipatan-lipatan halus memandang seorang pria yang tak asing baginya. Beberapa waktu berpikir, dia tetap tidak ingat di mana dan kapan dia bertemu dengan pria itu.
"Maaf?" tanya Rama dengan alis terangkat seakan menanyakan siapa pria di hadapannya.
Berbeda dengan Kissy yang membelalak saking kagetnya mendapati pria yang sempat membuatnya dongkol. Tanpa berbasa-basi, Kissy langsung berujar sinis, "Kamu? Mau apa ke sini? Minta maaf? Sorry, sudah basi!"
Tbc
Happy reading! ^^
Jangan lupa vote dan comment, ya ...Big hug,
Vanilla Hara
21/03/19
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...