Bab 11 Bagian 2

10.4K 1.1K 5
                                    

Republish | 06/03/20

Selamat malam minggu, Zheyeng!

Ada yang nungguin cerita ini, enggak, sih?

Bilang iya di sini buat kamu yang nungguin cerita ini update!

Sebesar apa sih kamu pengin cerita ini update rutin?

Kenapa?

Happy reading, Zheyeng-kuh! ^^

==============

Kurang ajar! Hanya itu yang memenuhi kepala Kissy saat ini. Pria seperti Abrisam memang tidak akan jauh-jauh dari kata tersebut. Apa yang Abrisam tadi katakan? Gaun yang dia kenakan tidak ada bedanya dengan telanjang? Huh! Nothing different in his mind! Abrisam jelas tidak tahu apa-apa tentang mode. Pria itu bahkan menghina profesi yang sekian tahun Kissy lakoni.

Kissy berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dada, membuat dadanya yang berisik terlihat semakin naik. Dia mengangkat dagunya dengan pongah, menantang Abrisam tanpa rasa takut. Toh Kissy yakin kalau pria itu tidak akan berani macam-macam.

"Apa yang Anda katakan barusan? Tidak ada bedanya dengan telanjang?" tanya Kissy, bukan untuk memastikan, melainkan untuk menyindir ucapan tak berotak Abrisam.

Abrisam mengangkat kedua alisnya, takjub akan keberanian Kissy yang tak mau tunduk pada ancaman. Namun, Abrisam bukanlah pria yang bermodalkan omong kosong. Tanpa tedeng aling-aling, Abrisam maju memerangkap Kissy dengan tangan kirinya. Sementara sebelah tangannya yang bebas, bergerak menyambangi lipatan belahan gaun Kissy sebatas paha.

"Pikirkan sekali lagi keputusanmu, Kissy. Aku bahkan bisa membuatmu kehilangan gaun ini hanya dengan satu tangan," geram Abrisam bersamaan dengaan tatapannya yang menajam, mengisyaratkan keseriusan.

Kissy sempat mengerjap sebentar, tetapi tetap pada kekeraskepalaannya. Baginya, dia sama sekali tak melanggar etika apa pun dalam menghadiri pesta. Apa yang dia kenakan bahkan sesuai dengan dress code yang diminta.

"Silakan! Itu pun kalau Anda punya nyali besar untuk mempermalukan pesta di hadapan banyak orang. Maaf, saya ralat. Maksud saya ...." Kissy mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, membuat Abrisam mengikuti apa yang dia lakukan.

Musik jazz masih terdengar sayup-sayup. Tawa mempelai dan para tamu berbaur memeriahkan suasana. Alunan musik yang lembut dan romantis mendorong banyak pasangan beradu dalam satu gerakan dansa.

"Di hadapan banyak pria. Saya yakin mereka akan mendapatkan hiburan menarik dari tubuh saya," lanjut Kissy hampir menyerupai bisikan.

Untuk sejenak, Abrisam terlihat sedang berpikir. Kening pria itu berkerut dalam. Rahangnya mengeras dengan geraman tertahan. Namun, dalam beberapa detik yang cepat, raut wajah pria itu berubah menakutkan. Tidak ada amarah, melainkan seringai miring yang sulut diartikan.

"Baiklah. Kamu yang menantangku. Jadi, akan aku lakukan, tapi tidak di sini."

Usai menyelesaikan ucapannya, Abrisam langsung memanggul tubuh Kissy. Letak kedua tangannya sangat memudahkan Abrisam melakukan hal tersebut. Dia lantas berjalan cepat melewati sisi ruangan yang sepi untuk keluar, menghindari menarik perhatian tamu lain.

"Kau gila! Turunkan aku!" teriak Kissy geram sembari memukul-mukul punggung Abrisam. Kissy menendang-nendang udara, berharap Abrisam merasa berat lalu memutuskan untuk menurunkannya. Sebelah high heels-nya bahkan sudah terlepas dan terjatuh entah di mana.

"Harusnya kamu menurutiku sebelum aku melakan tindakan yang lebih impulsif seperti ini, Nona Kissy." Abrisam berjalan pasti memasuki lift tanpa tergaanggu sedikit pun dengan pergerakan yang Kissy lakukan.

Tbc

Seperti biasa, tinggalin jejak berupa vote atau komen.

Ingat, jalangkung aja ninggalin jejak berupa hawa dingin. Masa kalian enggak, sih? 😂

Hara tunggu tanggapan kalian demi kelanjutan cerita ini.

Dijawab pertanyaannya ya, Zheyeng! ^^

Big hug,
Vanilla Hara
24/08/19

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang