Bab 8 Bagian 1

12K 1.2K 10
                                    

Republish | 04/03/20

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Jadi, sudahkah kalian menerima kenyataan atau masih sibuk dengan banyaknya pengharapan?

Bagi kamu yang masih sibuk berharap, persiapkan hatimu sekuat mungkin. Terluka karena sebuah harapan itu tidak ada obatnya selain sebuah pelarian. Namun, pelarian yang kamu lakukan akan memunculkan harapan baru yang tak ada habisnya. Satu-satunya penyelesaian adalah berdamai dengan kenyataan. Demgan begitu, kita bisa memprediksi seberapa banyak usaha dan doa yang harus dilakukan untuk mewujudkan sebuah harapan menjadi kenyataan.

Untuk kamu yang berhenti berharap dan terluka begitu dalam, tenanglah! Kamu boleh terpuruk malam ini, tapi tidak untuk esok. Kamu boleh menangis dan meraung serta merutuk malam ini, tapi bukan sampai esok. Bangkitlah! Tuhan sedang menempa hati dan jiwamu untuk lebih tulus, ikhlas, dan kuat dari sebelumnya.

Selamat membaca sebuah penghiburan sederhana ini. Semoga Kissy bisa mengobati luka kalian selain menyemangati untuk berjuang lebih tangguh lagi!

Happy reading, Dears! ^^

==============


"Iya, Niar. Sementara anak-anak liburin dulu aja enggak apa-apa. Aku lagi jagain Mas Rama ini. Dia masuk rumah sakit semalam."

Kissy tengah menelepon di dekat jendela kaca yang langsung menghadap taman rumah sakit. Dini hari tadi Rama dipindahkan ke kamar inap sesuai permintaan Kissy. Ruang VIP di lantai tiga.

"Oh, gitu. Kamu yakin bisa handle semuanya?" Kissy kembali menyahut setelah sekian detik menyimak lawan bicaranya.

"Iya, Mbak Kissy tenang aja. Desain buat wedding klien terakhir sudah Mbak buat?" tanya Niar.

"Sudah. Di meja kerjaku. Desainnya sudah aku buat. Cari desain yang sudah aku beri tanggal dan paraf."

"Ok. Dan untuk weddingnya Jatmiko, gimana ini kelanjutannya, Mbak?"

Kissy menghela napas berat. Sebisa mungkin dia menghirup banyak oksigen untuk mengisi paru-parunya. Bukan tanpa alasan. Permasalahan yang ditimbulkan pihak Jatmiko sungguh membuatnya sakit kepala. Hilang tanpa kabar dan tidak bisa dihubungilah yang menjadi penyebab utama. Sampai saat ini, pihak Jatmiko tidak ada iktikad baik menjelang hari H yang sudah mereka sepakati. Terlebih gaun dan jas pengantin pesanan mereka sudah lebih dulu selesai beberapa hari lalu.

"Sudahlah. Kita fix cancel pesanaan mereka. Sepertinya mereka memang tidak jadi menikah. Lagi pula, kita enggak menyalahi kontrak. Mereka juga tahu bahwa uang yang sudah masuk enggak akan bisa dikembalikan jika di lain hari mereka membatalkan. Apalagi ini tanpa kejelasan sama sekali," jelas Kissy sembari menekan pelipisnya dengan ibu jari.

"Siap, Mbak. Nanti gaunnya aku pajang di patung dekat kaca."

"Hm. Makasih ya, Niar."

Niar tidak menyahut. Kissy mengira sambungan telepon mereka sudah terputus. Namun, layar ponselnya masih menampilkan kontak Niar.

"Mmm ... Mbak Iccy seharian bakal di rumah sakit, 'kan? Mau aku bawain makanan enggak, Mbak?" tanya Niar hati-hari setelah cukup lama terdiam.

"Enggak usah. Nanti aku makan di kantin rumah sakit aja. Tolong handle-in dulu urusan butik. Nanti siang kalo Mas Rama siuman, aku bakal ke sana sebentar buat ganti baju."

Usai menjelaskan titahnya panjang lebar, Kissy pun mengakhiri panggilan teleponnya. Dia menyilangkaan kedua tangan di dada. Matanya jauh menerawang pada taman yang terlihat ramai. Beberapa pasien dan walinya sedang jalan-jalan dan sesekali bercengkerama hangat menikmati terik matahari pagi.

Pikirannya melalang buana pada kejadian semalam. Keanehan akan kebersamaannya bersama pria asing bernama Abrisam dan salah tingkahnya saat mendengar perkataan terakhir Rama. Kissy memikirkan itu semua. Terlebih ketika memorinya tak henti memutar ulang panggilan Rama untuknya.

"Iya, istriku."

Satu kata yang membuat Kissy merasakan gejolak tak tentu. Dia bahkan sibuk berpikir bagaimana harus bersikap pada Rama ketika pria itu siuman.

Apa aku pura-pura enggak dengar aja, ya, semalam? Mas Rama pasti akan ngerasa canggung kalo aku tanya kenapa semalam dia manggil aku istrinya. Dia sadar kan semalam? Enggak llagi ngigo, 'kan? Gumamnya dalam hati.

Puas berjibaku dengan pemikiran tak tentunya, dia membalikkan badan. Manik matanya langsung bersirobok dengan manik mata Rama yang juga tengah menatapnya dari atas brankar. Keduanya saling diam, mencoba berbicara lewat isyarat mata.

Tak tahan dipandangi begitu lekat, Kissy berdeham untuk membersihkan tenggorokannya yang saama sekali tidak gatal. Dia menggaruk pelipisnya salah tingkah.

"Mmm ... Mas Rama sudah lama bangunnya?" tanyanya kikuk. Dia mendekat perlahan.

Rama masih memandang Kissy tanpa putus. Dia bahkan mengikuti gerak-gerik wanita itu yang mendekat ke arahnya. Kedua alisnya yang tebal menyatu seiring dahinya yang berkerut.

Merasa tak diindahkan, Kissy pun mencari peetanyaan lain. Dia tak tahan berada dalam naungan pengawasan Rama seperti itu. Dan pilihannya jatuh pada benda bening di atas nakas.

"Mas Rama mau minum?" tanyanya lagi.

Rama tetap bergeming, membuat Kissy semakin saalah tingkah. Dalam sekali tarikan napas, dia bertanya, "Iccy, sejak kapan kamu di sini?"

Tbc

Jadi, maksud duda ganteng apa? Bikin Kissy kebat-kebit aja.

Tinggalin jejak, ya! Aku tuh seneng kalo lihat vote sama komen kalian. Terima kasih buat yang sudah vote apalagi sudah komen di part sebelumnya meskipun cuma sebiji. Ini buat kalian. 😙😙😙

So, ada yang mau tahu penampakan Abrisam, si Duda, dan Mbak Kissy??

Big hug,
VANILLA HARA
14/07/19

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang