Republish | 10/03/20
Terima kasih untuk 6K viewers-nya.
Seperti biasa, kalian selalu luar biasa! ^^Bab selanjutnya akan Hara update setelah cerita ini mencapai 7K viewers.
Atau ...
Kalau followers Hara sudah mencapai 850 followers.
Entah mana dulu yang kalian penuhi. Yang jelas, baik viewers atau followers duluan yang terpenuhi, Hara langsung update.
So, kalian yang baca kisah Mbak Kissy, tetapi belum follow Hara, boleh dong Hara difollow. Enggak sampai semenit kok, ya ... hihihi
And here we are ...
Jangan lupa putar mulmednya.
Mari bersenang-senang!
Happy reading, Dears! ^^
===============
Sudah lima kali Kissy mengacaukan sketsanya. Kosentrasinya mendadak terberai tak tentu arah. Sepekan setelah kearogansian Abrisam memintanya berteman, pria itu seolah-olah sengaja terus muncul membayangi keseharian Kissy.
Jika tidak pagi, dia akan muncul di siang hari dengan dalih makan siang bersama. Namun, jika pada pagi dan siang hari dia alpa datang, maka malam harinya pria itu pasti akan berdiri di depan pintu masuk butik lengkap dengan berbagai camilan selepas makan malam. Sepertinya, Abrisam sedang menunjukkan eksistensinya dalam radar Kissy. Dan Kissy sedikit terganggu akan hal itu.
Remasan kertas kelima pun berakhir di tempat sampah seperti sebelumnya. Kissy memutuskan untuk tak lagi memaksakan diri membuat sketsa. Dia tak akan menghasilkan sketsa apa pun selama pikirannya jenuh.
Dia melipat tangannya di atas meja dan mulai menjatuhkan keningnya. Embusan napas berat lolos dari mulutnya. Bahunya turun beberapa senti. Di saat seperti ini, dia ingin menumpahkan keluh kesahnya pada Rama.
Sayang, pria itu mendadak cuti siaran selama seminggu. Terakhir mendengar kabar dari Rama, pria itu tengah pergi ke Singapura untuk mengurus bisnis orang tuanya di sana. Ada sedikit masalah pada bisnisnya yang memang membutuhkan kehadiran Rama, tidak bisa pria itu selesaikan melalui jarak jauh seperti biasa. Alhasil, penat semakin menyelubungi benak Kissy dengan kealpaan pria itu di sisinya.
Semedi Kissy terganggu dengan dering telepon. Dia mengangkat kepala dengan malas dan menggapai gagang telepon tepat di samping kanannya.
"Halo?"
"Mbak Iccy, di bawah ada-"
"Suruh pulang saja, Na. Aku lagi enggak mood nemuin dia." Kissy memotong perkataan Raina cepat.
"Mbak, tapi ini-"
Kissy menghela napas pelan. "Kamu enggak dengar apa yang aku bilang, Raina? Aku lagi enggak mau ketemu Abrisam. Suruh pria itu pulang. Jelas?" Kissy mulai terpancing emosi. Dia tidak suka mendengar bantahan, apalagi di saat mood-nya anjlok seperti hari ini.
"Bukan Mas Abrisam, Mbak," cicit Raina takut-takut.
Kening Kissy mengernyit. "Bukan Abrisam? Lalu siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...