Bab 26 Bagian 1

8.3K 855 64
                                    

Republish | 16/03/20

Pagi, Dears! ^^

Kalian luar biasa banget sih the power of nuntut update capatnya. Pada bawa massa dari mana coba? Bikin Hara terharu atas 30K lebih viewers dan yang sudah follow Hara. Terima kasih, Dears! ❤

Bab selanjutnya akan Hara update setelah 32K viewers atau 875 followers, ya. SIAP?

So, here we are ...

Mari bersenang-senang dan putar mulmednya!

Happy reading! ^^

==========

Abrisam meletakkan amplop beserta foto-foto itu di atas meja. Dia menumpukan siku tangannya di atas lutut, lantas menutup wajahnya frustrasi. Mengetahui kenyataan dari sesuatu yang tak sengaja dilakukannya, benar-benar membuat nyali Abrisam menciut. Bukan takut akan kemarahan Adhiyaksa, melainkan bagaimana dia akan menunjukkan mukanya di depan Kissy lagi esok hari.

Jantungnya berdenyut nyeri membayangkan bagaimana kekecewaan Kissy bila tahu siapa yang secara tak langsung membuatnya kehilangan bayi. Mungkin saat ini Kissy masih belum mengingatnya, tetapi jika Adhiyaksa sungguh ingin dia melepaskan Kissy, maka tidak menutup kemungkinan kakaknya itu akan membeberkan rahasianya.

Sial! Abrisam bagai di skakmat kali ini. Jika dia terus nekat membuat Kissy menjadi miliknya, dia tidak akan sanggup menanggung risiko kalau Kissy berbalik membencinya suatu hari nanti. Namun, jika dia melepaskan perasaannya, dia lah yang serasa berada di ambang kematian. Terlebih saat mulai membayangkan Adhiyaksa lah yang berdiri mendampingi Kissy kembali. Tidak! Itu tidak boleh. Lantas bagaimana dengan Amira nantinya?

Abrisam mengangkat wajah, membiarkan dagunya ditopang dengan ujung-ujung jemarinya. Matanya berpendar selaras dengan pikirannya yang berlari ke sana kemari mencari solusi terbaik. Kepalanya serasa berat saat dia malah menemukan jalan buntu. Permasalahan yang menjerat mereka saat ini benar-benar seperti benang kusut. Sangat sulit diuraikan, tetapi bukan tidak mungkin untuk diselesaikan.

Adhiyaksa berdeham seraya menyamarkan senyum miring yang sempat tercetak jelas di bibirnya ketika melihat bagaimana kacaunya Abrisam saat ini. Padahal dia hanya mengeluarkan satu buah kartu mati adiknya itu. Masih ada satu kartu lagi yang bisa dia gunakan untuk memukul mundur Abrisam lebih jauh.

Tak dipungkiri, Adhiyaksa sangat tahu apa yang sedang Abrisam pikirkan saat ini. Adiknya itu tidak akan mudah untuk mundur secara sukarela. Abrisam pasti mencoba mencari celah. Sayang, Adhiyaksa sudah menutup semua celah yang mungkin Abrisam temukan untuk membalikkan keadaan.

Kali ini Adhiyaksa lah yang sedang menguasai medan perang. Dia tak lagi lemah seperti lima tahun lalu yang memilih diam. Dia benar-benar bertekad akan membangun kerajaan kecilnya kembali. Bekal dan kemampuannya sudah lebih dari cukup untuk menyingkirkan segala penghalang, termasuk seorang raja dari kerajaan Prasaja jika memang memungkinkan. Sudah Adhiyaksa katakan bukan kalau dia tidak kembali dengan tangan kosong, melainkan dengan strategi matang?

"Seperti yang Kakak bilang kalau secara tidak langsung aku juga bersalah. Tapi Kakak harus tahu kalau aku tulus menolongnya saat itu. Aku akui kalau aku memang ikut andil dalam perginya Kissy dari Paris. Aku tidak akan mengelak karena aku memang sengaja melakukannya. Lantas apa yang Kakak harapkan setelah mengabsen satu per satu dosaku?" tanya Abrisam setelah sekian lama mereka terdiam.

Adhiyaksa mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong. "Sebuah penebusan dosa," jawab Adhiyaksa santai, tetapi terdengar sungguh-sungguh.

Abrisam menoleh dan menatap Adhiyaksa secara saksama. Melihat kakaknya tak berniat menjelaskan lebih lanjut, Abrisam akhirnya mengerti apa yang Adhiyaksa sebut sebagai "sebuah penebusan dosa" itu.

"Jika maksud Kakak, aku harus menjauhi Kissy, maka maaf. Aku tidak bisa." Abrisam berdiri dengan tatapan yang masih tak beralih. "Aku sudah melamarnya. Dan aku tidak akan membiarkan Kakak menghancurkan rumah tangga Kakak sendiri demi kembali pada masa lalu Kakak," sambungnya.

Adhiyaksa tertawa lebar mendengar ocehan Abrisam yang begitu menggelitik telinga. Bajingan kecil itu bisa-bisanya membual di saat dirinya tidak memiliki satu kesempatan pun untuk melawan keinginan Adhiyaksa. "Masa lalu?" Adhiyaksa bertanya sambil menahan tawa. "Aku dan Kissy tidak pernah menjadi masa lalu, Adikku, asal kamu tahu itu. Dan apa katamu tadi? Rumah tangga yang harus aku pertahankan?" Adhiyaksa tertawa mengejek. "Rumah tangga yang mana? Kamu bahkan tidak tahu apa-apa tentang rumah tanggaku," lanjutnya.

Abrisam mengetatkan rahang. Dia tidak suka melihat kakaknya mempermainkan sebuah ikatan perkawinan sekaligus meremehkannya. "Terserah apa mau Kakak. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku tidak akan pernah melepaskan Kissy dengan mudah sekalipun dia akan membenciku nanti."

"Lalu?" Adhiyaksa memotong tiba-tiba.

"Aku akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Kissy dan memohon ampun di bawah kakinya. Apa pun akan aku lakukan untuknya asal tidak dengan melepasnya," putus Abrisam sebagai jawaban beberapa menit lalu sibuk menimbang. Dia akhirnya memilih keputusan yang paling berisiko, tetapi akan memberinya peluang jika dia berhasil melewatinya.

Abrisam memutar tungkainya dan hendak berderap pergi. Namun, langkahnya tertahan kala Adhiyaksa bersuara dan melontarkan kalimat demi kalimat bak belati yang menusuknya dari belakang.

"Silakan kamu akui dosamu langsung padanya. Tapi, apa kamu sudah tahu kalau Kissy sampai mengalami depresi karena kehilangan bayi kami? Apa kamu sudah mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi padanya saat kamu kembali membuka traumanya dan datang dengan gagah mengakui bahwa kamu pelakunya?"

Adhiyaksa menegak anggur putihnya sembari menyilangkan kedua kaki, kembali pada posisi semula saat Abrisam pertama kali datang.

"Dan lagi ... apa kamu sudah tahu kalau perampokan butik Kissy sudah direncanakan? Coba pikirkan, siapa yang bisa membuat butik yang awalnya tak tersentuh tiba-tiba mengalami perampokan. Sama seperti ketika aku harus melihat bagaimana calon anakku dibunuh. Pikirkan penyebabnya. Kali ini karena aku, atau ... karena kamu, Abrisam? Aku yakin kamu sudah paham siapa yang benar-benar kita lawan, Adikku."

Tbc

Sudah dapat apa dari bab ini?

Kalian penginnya Kissy ketemua sama siapa duku buat nyelesein masalahnya?

1. Ketemu Abrisam

2. Ketemu Amira

Apa mau ketemu Rama aja biar dibawa kabur dan biarin tuh kakak adik rebutan hal gak guna? Wkwkwk

Buat kalian yang penasaran sama hidup Adhiyaksa sebelum ketemu Kissy sampai bareng Kissy di Paris, silakan mampir di lapak BREAK UP.

But, buat kalian yang penasaran sama hidup Kissy di masa mendatang, silakan mampir di lapak TOO LATE TO FORGIVE YOU.

Sila vote dan komentar bagi yang berkenan.

Sampai ketemu di lain kesempatan, Dears! ^^

Big hug,
Vanilla Hara
03/01/20

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang