Republish | 05/03/20
Bagaimana kabar kalian hari ini?
Masih sanggup berjuang?
Semoga cerita Kissy kali ini mampu memberikan kalian penghiburan di tengah penatnya kehidupan.
Happy reading, Dears! ^^
---------
"Ha? Nikah sama Mas? Enggak salah?" teriak Kissy histeris.
"Nikah? Mbak mau nikah? Sama Mas Rama?" Niar tiba-tiba nimbrung tanpa diundang.
Kissy melotot ke arah Niar yang tengah menatapnya penuh ingin tahu. Dia menempatkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar Niar diam sebentar. Sementara di seberang sana, gema tawa Rama terdengar membuat bising telinga.
"Mas, aku tutup dulu. Nanti aja bercanda enggak lucunya. Kalau diterusin, bisa bikin Niar salah paham. Udah dulu ya, Mas," pamit Kissy sebelum memutyskan sambungan teleponnya.
"Mas Rama ngajakin Mbak Iccy nikah?" tanya Niar antusias sembaru duduk di kursi yang ada di depan meja Kissy.
Kissy berdecak seraya menggeleng melihat kelakuan Niar. Bawahannya satu itu memang suka sekali melihat kedekatan Kissy dengan Rama. Bisa dibilang, Niar adalah salah satu pendukung hubungan Kissy dengan Rama yang memang tak ada istimewa-istimewanya.
"Ada apa, Niar? Ada masalah di bawah?" Kissy memilih menanyakan maksud kedatangan Niar daripada harus meladeni keingintahuan gadis itu.
"Masalah?" Niar mengerutkan kening seolah-olah berpikir. "Enggak ada tuh," jawabnya sambil menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.
Kissy menghela napas lega, bersyukur jika memang tidak ada masalah dengan pekerjaan anak buahnya. Namun, kelegaan itu hanya bertahan sebentar setelah mendengar celetukan Niar selanjutnya.
"Mbak Iccy, Mbak beneran mau nikah sama Mas Rama? Mas Rama ngelamar Mbak, ya?"
"Astaga, Niar! Kamu itu kepo banget, sih. Sudah sana balik kalau enggak ada yang mau dilaporin."
"Yaaah ... Mbak Iccy enggak seru," keluh Niar sambil berdiri bersiap pergi. Namun, dia kembali berbalik dan memanggil Kissy serius. "Mbak Iccy."
Kissy yang sudah menekuri kembali kertas gambarnya pun mendongak, menunggu ucapan Niar selanjutnya.
"Mas Rama berpotensi Mbak tolak, ya?" tanya Niar dengan wajah murung bercampur prihatin.
"Niar!" Kissy memanggil Niar dengan suara rendah penuh peringatan.
Niar meringis lalu tersenyum seraya mengangkat telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. Dia berjalan mundur perlahan dan segera keluar dari ruang kerja Kissy.
"Dasar si Niar! Kurang kerjaan banget memang tuh anak," gerutu Kissy sebelum fokusnya kembali pada coretan desainnya.
Namun, Kissy tersentak kaget kala pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Niar kembali. Gadis itu terengah seolah-olah baru saja berlari menapaki tangga dengan tergesa.
"Ada apa lagi?" tanya Kissy.
"Anu ... itu, Mbak. Aku ke sini tadi itu sebenarnya buat ngasih tahu kalau di lobi bawah klien kita lagi ambil baju pesanannya." Niar mengusap sebulir keringat yang jatuh di dahinya.
"Terus? Kamu kan bisa handle kalau soal itu, Niar."
"Mmm ... klien kita mau ketemu Mbak Iccy katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...