Bab 28 Bagian 1

7.8K 828 79
                                    

Republish | 21/03/20

Morning, Dears! ^^

How's your life today?

First, let me say my apologizes when I was late to update this story. I'm really sorry because there was something wrong a few days ago. So, I can update this story this morning.

Thank you for 34,5 more viewers and who followed me. You're amazing! ❤

Next chapter will be updated soon. Just keep giving me your votes and comments as much as always you can and you want. 😘

So, here we are ...

Let's have fun with my story and listen the mulmed! ^^

Happy reading, Dears!

============

"Sejak kapan?" tanya Kissy akhirnya, membuka pembicaraan setelah sekian menit mereka saling diam.

Dia dan Abrisam mendiami ruang tamu. Dia yang mempersilakan Abrisam masuk karena dia merasa tidak akan sanggup mendengar apa pun yang akan pria itu bicarakan. Firasatnya tiba-tiba memburuk. Kissy bisa merasakan ujung jemarinya yang mulai tremor, tak selaras dengan dua cangkir teh di depan mereka yang mengepul. Pikirannya bertambah carut-marut sejak mengetahui fakta bahwa Abrisam adalah saudara Adhiyaksa Prasaja. Pantas saja pria di depannya itu tidak pernah memberitahukan nama belakangnya selama mereka saling mengenal. Damn it!

Abrisam menatap Kissy dengan sorot penyesalan. Sejak Adhiyaksa memberitahukan segala hal yang tidak pernah dia ketahui, tekad Abrisam untuk mengakui segalanya bertambah kuat. Namun, kali ini bukan untuk kepentingannya, melainkan untuk kebahagiaan Kissy yang dulu pernah dia renggut. Dia rela mengesampingkan perasaannya yang rentan remuk redam bila Kissy berakhir membencinya. Kendati demikian, saat ini tidak ada prioritas lain baginya selain mengembalikan semula hal ke tempat semula. Urusan Kissy dengan Adhiyaksa bukan lagi ranahnya. Di sini dia akan membicarakan tentang dosanya dan memastikan keselamatan Kissy dengan caranya-seperti yang selama ini Adhiyaksa lakukan-bukan hal lain.

"Sejak awal. I mean ... sejak aku tahu hubungan kalian lima tahun lalu di Paris." Abrisam mengembuskan napas berat sebagai jeda. Banyak hal yang ingin dia utarakan kali ini. Akan tetapi, yang keluar dari mulutnya hanyalah satu kata. "Maaf," lanjutnya singkat.

Kissy tak bisa menimpali apa pun. Seluruh kata-kata yang menggantung di ujung lidahnya seakan-akan ikut tertelan bersama salivanya yang berubah pahit dan berakhir mengganjal di tenggorokan. Jika memang Abrisam mengetahui hubungannya dengan Adhiyaksa, maka besar kemungkinan pria itu mendekatinya dengan niat tertentu.

"Jangan terjebak lagi dengan permainannya. Kadang, rasa penasaranmu itu perlu diabaikan agar kamu terhindar dari masalah yang mungkin suatu saat enggak akan bisa kamu atasi. Jika memang Abrisam begitu menyukaimu, dia enggak akan mendekatimu dengan cara mempermainkan rasa penasaranmu. Itu bukan cara main seorang pria sejati."

Tiba-tiba peringatan Rama tentang sosok Abrisam mendominasi benaknya. Terjawab sudah pertanyaannya akan kalimat yang Jatmiko lontarkan di ruang rapat kala itu. Kissy kemudian tertawa miris saat akhirnya sadar apa yang melatarbelakangi Abrisam berusaha keras mendekatinya bahkan sampai melamarnya.

"And finally I really know what's your reason trying to be closer," ujar Kissy tanpa tenaga. Dia mengangkat kepalanya sedikit, menyejajarkan tatapannya dengan Abrisam. "It's just your games. Sejak awal niatmu hanya ingin mempermainkan aku."

Kissy tertawa sumbang, menunggu penyangkalan Abrisam akan dugaan yang dia buat. Namun, pria itu tetap diam. Melalui sorot mata Abrisam, Kissy tahu kalau pria itu tengah membenarkan apa yang dia katakan. Tak ingin semakin digulung emosi, Kissy mengalihkan pandangan ke objek lain. Dia masih butuh kewarasan untuk mendengar apa yang seharusnya dia dengar dari Abrisam.

"Aku tidak akan menyangkal apa pun tentang itu. Sejak aku tahu kalau kamu menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Kakakku, aku memang sudah merencanakan banyak hal untukmu. Beberapa di antaranya berhasil meskipun di tengah jalan semua rencanaku berubah dan menjadi bumerang untukku," jelas Abrisam beberapa menit kemudian.

"Beberapa di antaranya berhasil? Apa maksudmu, Abi?" Kissy mengerutkan kening seraya memicingkan mata. Di saat emosi sedang berusaha menguasainya, Kissy masih bisa menyebut nama pria yang sudah berani bermain-main dngan hidupnya.

"Aku yang membuat hubungan sosialmu berantakan saat di Paris. Aku juga yang membuatmu tidak bisa melanjutkan kuliah desainmu di sana," aku Abrisam dengan helaan napas berat di ujung kalimat. "Semua aku lakukan agar kamu tidak punya alasan untuk tetap tinggal di sana dan menjauh dari Kakakku, terlepas pertemuanmu dengan Amira waktu itu."

Hati Kissy mencelos. Dia ingat bagaimana beasiswanya dicabut tiba-tiba. Dia juga masih ingat bagaimana teman-teman Indonesia-nya mencemooh dia habis-habisan sebagai simpanan pria beristri dan menatapnya begitu hina. Dia ingat semuanya, sangat jelas malah. Hal lain yang memang sudah menggerogoti jiwanya selain kematian bayi yang dia kandung kala itu.

Mata Kissy memanas. Semua kejadian masa lalu itu kembali terlihat jelas. Rasa kecewa, marah, benci, sedih, dan lainnya menggumpal dan menghantamnya hingga merepi. Dia menatap Abrisam nanar, tak percaya bahwa semua yang terjadi padanya disebabkan oleh pria yang beberapa bulan ini mendeklarasikan diri sebagai temannya.

"Beasiswa yang kamu dapat berasal dari perusahaan orangtua Amira. Aku yang meminta Papa agar mengajukan pencabutan beasiswamu kepada Benazir Corp. karena Amira menolak mentah-mentah usulanku. Aku juga yang menyebarkan rumor, ah ... tidak. Maksudku, hubungan gelap kalian pada sahabat-sahabatmu. Aku sendiri yang memastikan kepulanganmu ke Indonesia dan selalu mengawasimu di mana pun kamu berada. Entah itu di Bali atau sejak di Jakarta." Abrisam lagi-lagi menjeda ucapannya dengan helaan napas sembari menunduk dalam.

"Aku bahkan pernah berniat untuk menidurimu, menghamilimu, lalu mencampakkanmu hanya untuk mencari tahu apa kelebihanmu dibandingkan wanita baik-baik yang Kakakku nikahi sampai dia mengkhianati pernikahannya." Abrisam kembali mengangkat pandangannya dan menatap Kissy yang sudah syok dan pucat dengan napas tercekat. "Aku ingin kamu sadar di mana tempatmu seharusnya. Pelacur sepertimu memang layak diperlakukan seperti itu."




Tbc

Enough for this morning. We'll see you again soon!

Enjoy ... 😘❤


Big hug,
Vanilla Hara
09/01/20

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang