Republish | 07/03/20
Happy reading! ^^
Vote sebelum membaca,
Comment di akhir cerita ...-----------
Ini sudah ketiga kalinya Kissy mengembuskan napas berat. Otaknya tidak bisa diajak berkompromi barang sedetik pun. Ingatan masa lalu dan kejadian tadi malam bersama Abrisam melayang tak tentu dalam benaknya. Dia bahkan merasa sudah gila ketika sepanjang malam terus mempertimbangkan penawaran Abrisam untuk datang ke Historical Cafe−kafe favoritnya.
“Mbak Iccy lagi penat, ya? Lagi mikirin banyak orderan wedding goun pas musim nikah begini ya, Mbak?” Niar memberanikan diri menyapa atasannya itu setelah berkali-kali mengamati tingkah Kissy yang tidak seperti biasanya.
Sebenarnya, Niar ingin menanyakan kepergian Kissy yang tiba-tiba semalam, meninggalkannya sendirian di pesta. Akan tetapi, melihat wajah Kissy yang jauh dari kata baik-baik saja, maka Niar memilih mengurungkan niatnya.
Kissy menegakkan tubuh yang sebelumnya bersandar pada sebuah lemari bahan untuk melakukan pengecekan, meskipun berakhir dengan melamunkan hal yang tidak jelas. Untuk yang kesekian kali, dia menarik napas panjang dan mengembuskannya dalam satu kali gerakan. Sontak tindakannya itu semakin membuat Niar penasaran.
Niar mendekat dan mengambil alih datar check in bahan dari tangan Kissy. Dia lantas mengusap bahu Kissy lembut dan berujar, “Mbak Iccy kayaknya butuh liburan. Semua desain gaun yang urgent untuk minggu depan sudah Mbak Iccy selesaikan. Sekarang, giliran kami yang merealisasikan. Mbak Iccy liburan aja, deh. Ke mana kek gitu.”
Kissy menggeleng tegas. “Aku enggak bisa ninggalin kerjaan yang lagi hetic kayak gini. Nanti kalau ada klien yang ngajuin perubahan desain saat fitting, memang kalian bisa handle?”
“Maksudku, liburan tipis-tipis aja, Mbak. Hangout kek gitu. Nonton film atau kongkow-kongkow ria kayak anak muda kebanyakan. Lagian, Mbak Kissy sudah lama enggak kelihatan refreshing. Kalau enggak sibuk di butik, pasti sibuk siaran. Sesekali menyenangkan diri sendiri, Mbak.”
Kissy mengibaskan sebelah tangannya seraya menjawab, “Sudahlah, enggak usah. Enggak ada teman juga. Masa mau nonton sendirian. Kelihatan banget jomlonya dong aku, Niar.”
Niar tergelak sejenak. “Ya ... ajakin Mas Rama, dong. Dia kayaknya juga butuh refreshing habis sakit. Atau ... kalau nekat mau pergi sendiri, ke salon aja, Mbak. Perawatan biar dekat jodoh,” balas Niar seraya mengedipkan sebelah matanya sebelum meninggal Kissy yang mengangkat sebelah alisnya, mempertimbangkan.
oOo
Entah bagaimana awalnya, usai melakukan perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki selama berjam-jam, Kissy akhirnya terdampar di sebuah kafe yang semalam menggelayuti benaknya. Tidak, jangan pikir Kissy sengaja mendatangi kafe tersebut. Dia hanya menginginkan segelas vanilla latte dingin. Sebuah kebetulan, salon yang dia kunjungi tak jauh dari Historical Cafe. Ya, hanya karena alasan itu. Tidak lebih.
Namun, lagi-lagi tubuh Kissy seolah-olah mengkhianati otaknya. Rambutnya yang terlihat lebih bervolume dan lebih pendek dari sebelumnya bergerak mengikuti gerakan kepala Kissy menyusuri sekeliling kafe. Manik matanya bergulir mengintai satu per satu pengunjung kafe. Para barista yang tengah sibuk meracik kopi juga di balik meja bar pun tak luput dari pengamatannya.
“Sepertinya dia hanya membual tentang semalam. Lagi pula, untuk apa aku percaya pada pria sepertinya. Ish!” gumam Kissy, mengendikkan bahu sambil memainkan pipet pada gelasnya.
Sembari membunuh waktu, Kissy memutuskan untuk memainkan ponselnya hendak mencari tahu film apa yang sedang hits pekan ini. Ketika dia sibuk memilih genre film yang ingin ditontonnya, seorang waitress menegurnya dengan hati-hati.
“Iya, saya Kissy. Ada apa?” tanya Kissy.
Waitress itu menyodorkan sebuah tisu khas kafe yang terlipat sempurna seraya tersenyum ramah.Ada kerutan sejajar pada glabela Kissy ketika menerima tisu itu. Namun, sebelum sempat bertanya, waitress itu telah lebih dulu menjauh. Penasaran, Kissy pun membuka lipatan tisu itu dan menemukan sebuah pesan tertera di sana.
Upstair on the second floor in this cafe!
I’ve known you’re in here.
I’m waiting for you, Kissy.
Abrisam P.Tbc
Big hug,
Vanilla Hara
02/10/19
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...