Bab 10 Bagian 2

10.4K 1.1K 17
                                    

Republish | 05/03/20

Selamat pagi!

Happy Eid Adha Mubarak!

Usai Eid Adha kemarin, Mbak Kissy mengudara kembali. Maaf terlambat update karena weekend sedang bertepatan dengan hari besar keagamaan. Jadi, sedikiy ribet masak-masak di rumah. ^^

Sudah siap bergetar?

Siap menebak perasaan Mbak Kissy?

Happy reading, Dears! ^^

Jangan lupa jejak ....

=================

Kissy menyingkir dari kerumunan yang sibuk memberi ucapan selamat kepada mempelai wanita. Dia mengutus Niar untuk setor muka. Dia merasa tidak akan sanggup jika harus berkerumun layaknya semut mendapati gula. Jadi, dia memilih ke stan minuman, mengambil gelas kesukaannya, dan berdiri di sudut ruangan mengamati jalannya pesta.

Segelas Bellini disesapnya secara perlahan. Segar dan memabukkan langsung mengguyur kerongkongan Kissy. Namun, segelas saja tidak akan cukup membuat Kissy hilang kesadaran. Dia tahu betul batas dirinya sehingga tidak perlu khawatir akan meembuat kekacauan di pesta kliennya.

Pandangan Kissy menyapu seluruh sudut ruangan. Dia berusaha mencari di mana mempelai pria berada. Sejak tiba di gedung respsi, dia sama sekali belum bertemu dengan pria yang sudah kurang ajar mengajaknya melakukan reproduksi beberapa hari lalu itu. Sungguh gila memang. Kissy bahkan tak menyangka Abrisam seberengsek itu menjelang pernikahan yang akan digelarnya dengan wanita lain.

Ketika manik matanya menyasar ke sisi kiri, Kissy akhirnya menemukan apa yang dia cari. Di sana, Abrisam berdiri dalam balutan tuxedo putih. Rambut pria itu disisir rapi ke belakang. Tidak ada lagi jambang tipis di sekitar rahangnya yang tegas. Jelas kalau Abrisam baru mencukurnya, membuat penampilannya terlihat so damn sexy!

Kissy meringis menyadari pemikiran sesatnya beberapa detik lalu. Dia memejamkan mata sambil menggeleng kecil. Sepertinya dia harus benar-benar membunuh sifat jalangnya hingga tak memuja pria yanh sudah menjadi suami wanita lain.

Setelah pikirannya kembali lurus, Kissy membuka matanya. Namun, apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan. Manik hitam pekatnya langsung beradu dengan manik cokelat madu di seberang ruangan. Abrisam sedang menatapnya tajam seolah berusaha memberi Kissy peringatan tegas.

Taak ingin ambil pusing dengan tatapan mengintimidasi Abrisam, Kissy mengarahkan tatapannya ke sudut lain. Dia kembali menyesap Bellininya yang tersisa setengah. Dia memcoba bersikap santai dengan menikmati alunan lagu jazz yang sedang diperdengarkan.

"Apa tidak ada pakaian yang lebih tertutup dari apa yang kamu pakai malam ini?"

Tulang punggung Kissy menengang kala mendengar suara yang dia kenal dari belakang tubuhnya. Untuk memastikan dugaannya, Kissy nelirik tempat di mana Abrisam terakhir kali berdiri, tetapi dia tak menemukan pria itu.

Sejak kapan pria itu menghampirinya?

"Merindukanku?" bisik Abrisam dalam.

Suara itu terdengar sangat dekat, lebih dekat dari sebelumnya. Kissy bisa merasakan embusan napas hangat Abrisam di telinganya.

"Aku tahu kamu luar biasa dalam balutan pakaian ini. Tapi aku tidak suka pria lain menikmatinya," lanjut Abrisam seraya menyampirkan tuxedo putihnya pada pundak Kissy.

Kissy sempat beradu pandang dengan mempelai wanita yang menatap dirinya dengan kening mengerut sebelum kembali tertawa lepas. Merasa canggung dan tidak nyaman, Kissy pun mendengus dan berusaha mengempaskan tangan Abrisam yang masih bertengger di kedua pundaknya. Namun, pria itu semakin mencengkeram pundak Kissy, memperingatkan dalan isyarat tubuh bahwa dia tak mau menerima bantahan atau penolakan.

"Kenapa Anda harus repot-repot mengurusi pakaian saya? Tidak baik bagi pria yang baru saja mengikrarkan janji setia di hadapan Tuhan malah mencoba merayu wanita lain. Apalagi mempelai Anda sempat nelirik tindakan impuksif Anda ini. Saya tidak ingin ada rumor. Jadi, tolong singkirkan tangan Anda dari tubuh saya!" ujar Kissy tegas.

Bukannya mengerti dan nenuruti apa yang Kissy katakan, Abrisam malah terkekeh geli dan lirih. Tanpa tedeng aling-aling, Abrisam merampas gelas Bellini Kissy dan menandaskannya. Dia kemudian menyeret Kissy ke balik pilar gedung yang sepi. Abrisam mengurung tubuh Kissy dengan kedua tangannya.

"Lepaskan!" Kissy memberontak dan mulai was-was. Dia benar-benar tidak ingin mengulang kesalahan masa lalunya.

Abrisam menatap lamat berbagai ekspresi yang mampir di wajah Kissy. Manik mata wanita itu bergerak gelisah seolah mengkhawatirkan sesuatu. Tatapan Abrisam berhenti pada bibir Kissy yang bergetar ketakutan. Sontak dia menurunkan kedua tangannya yang sejak tadi mengurung Kissy agar tetap bersandar pada pilar.

"Apa yang membuatmu ketakutan seperti ini?" tanya Abrisam tenang. Dia melarikan jemarinya pada kancing tuxedo yang menggantung di pundak Kissy.

"Tolong, jangan seret saya dalam masalah. Kembalilah pada pengantin Anda," jawab Kissy serak hampir menangis. Sikap angkuhnya mendadak lebur dalam ketakutan yang mulai menghinggapinya beberapa detik lalu.

"Masalah? Masalah apa? Dan apa katamu? Pengantin?"

Kissy memejamkan mata, mencoba mengatur emosinya. Setelah merasa tenang, Kissy menatap Abrisam tenang dan terselip permohonan.

"Anda menikahi Mbak Cantika. Tidak seharusnya Anda menggoda saya seperti ini. Ini tidak benar, Tuan Abrisam."

Abrisam memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan santai. Kedua alisnya terangkat menunggu Kissy menyelesaikan ucapannya.

Melihat tak ada lagi yang ingin Kissy bicarakan, dia akhirnya tertawa sebelum merangkul bahu Kissy untuk melongok ke balik pilar.

"Maksudmu, Cantika yang itu?" tanya Abrisam geli sembari menunjuk Cantika yang sedang dirangkul seorang pria yang mengenakan tuxedo abu-abu. Pria yang sempat Kissy lihat berbincang dengan Abrisam sebelumnya.

"Cantika bukan pengantinku. Dia pengantin sahabatku, Fabrizio." Abrisam menundukkan wajahnya dan berbisik sededuktif mungkin di telinga kiri Kissy. "Aku belum menikah, Kissy."

Tbc

Update pagi ini masih kurang?

Boleh update lagi kalau rame, ya ...

Yuk, jejak dulu!

Big hug,
Vanilla Hara
12/08/19

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang