Republish | 05/03/20
Selamat membaca yang manis-manis dulu dari kisahnya Mbak Kissy. ^^
Happy reading!
-------------
Aku sudah pulang.
Sebuah pesan mengalihkan seluruh atensi Kissy. Dia bahkan sudah meletakkan pensil gambarnya sembarangan sembari mendesah keras. Jari lentiknya segera mencari kontak seseorang yang baru saja mengiriminya pesan.
Dia menumpukan kedua sikunya di atas meja kerja. Ponselnya sudah menempel di telinga kiri, menunggu panggilannya tersambung. Sementara tangan kanannya sibuk memijit pelipis.
"Ya, Cy?"
"Kenapa enggak ngabarin aku kalau pulang, Mas? Aku kam bisa jemput," semprot Kissy tanpa mengindahkan sapaan sebelumnya.
Tidak ada sahutan balasan untuk sesaat. Kissy mengerutkan kening dan menjauhkan ponselnya untuk mengecek apakah panggilannya masih tersaambung atau tidak.
"Mas masih di situ, 'kan?" tanyanya kemudian usai menempelkan kembali ponselnya di telinga.
"Hm?"
"Mas Rama, aku lagi enggak mau bercanda, ya! Aku beneran marah sekarang."
Rama tertawa ringan. "Hm. Aku tahu, makanya aku nunggu kamu selesai marah. Aku tahu masih banyak yang bakal kamu omelin kalau lagi marah. Lanjutkan aja! Aku dengerin kok, Cy."
"Mas Rama enggak lucu!" sungut Kissy sebal. Dia merasa kekhawatirannya tidak dihargai. Parahnya, Rama malah menganggapnya sebagai lelucon bagi pria itu.
Rama berusaha meredakan tawanya. Dia berdeham sejenak sebelum berkata, "Maaf. Aku enggak bermaksud bikin kamu marah." Rama berdeham sekali lagi sebelum berbicara dengan nada serius. "Tadi sebelum pulang dari rumah sakit, aku sudah menelepon Niar. Dia bilang kamu belum keluar dari ruang kerjamu. Aku tahu kamu lagi sibuk ngedesain gaun baru. Lagi banyak klien, 'kan?"
"Tapi tetap aja-"
"Cy, sudah. Aku baik-baik aja sekarang. Itu poin utamanya. Jangan mendadak posesif gitu, ah! Aku jadi ngerasa punya istri lagi deh," tutur Rama dengan menyelipkan sedikit guyonan.
Kissy mengulas senyum. "Bukannya aku posesif, Mas. Masalahnya, kalau Mas Rama tumbang lagi, itu nyusahin aku tahu, enggak! Aku ogah kalau harus siaran gabungan lagi bareng Rima. Kemarin aja banyaak komentar pendengar yang kecewa karena topik siaranku enggak kayak biasanya."
"Waaah ... padahal aku udah berbunga-bunga nih, Cy, sama perhatianmu." Rama masih belum mengubah nada bicaranya.
"Ish!" Kissy mencebikkan bibir agak keras. "Makanya, nikah lagi sana! Betah banget jadi duda. Biar ada yang ngasih perhatian tiaap hari."
Tawa Rama pecah mendengar sindiran Kissy. "Seenggaknya, aku udah tahu enaknya nikah. Kamu kan belum. Kamu dong yang mestinya harus nikah. Udah tua juga. Inget umur!"
"Enggak usah bawa-bawa umur deh, Mas!" Kissy memanyunkan bibirnya. Dia kesal kalau ada yang menganggap dirinya tua hanya dengan melihat angka selisih dari tahun saat ini dengan tahun lahirnya.
"Umur itu bukti otentik bahwa kamu enggak bisa ngeles dari penuaan. Nikah itu enak lho, Cy. Kamu enggak mau tahu enaknya nikah?"
"Ish! Memangnya apa sih enaknya nikah?"
"Kalau kamu mau tahu, nikah sama aku dulu, dong! Nanti aku kasih tahu. Gimana, mau enggak?"
Tbc
Hayoloooh Rama ngomong apa itu sama Kissy?
Apakah cerita ini bakalan ending saat Kissy bilang iya?
Hhohoho tidak semudah itu, Ferguso!
Kasih jejak ya, Dears!
Vote dan komen kalian bener-bener berarti buat cerita ini.
Bakal di next kalau banyak yang baca. Hihihi
Big hug,
VANILLA HARA
26/07/19
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...