Republish | 12/03/20
Malam, Dears! ^^
Ada yang masih melek atau sudah pada bobok?
Terima kasih untuk 15,5K viewers dan yang sudah follow Hara. Kalian luar biasa! ❤
Bab selanjutnya akan Hara update setelah 17K viewers atau 850 followers.
Mas Abrisam datang lagi, nih. Kali ini kebanyakan pakai pov 3 Mas Abrisam. Kita bakal tahu apa isi otaknya Mas Abi.
So, here we are ...
Mari bersenang-senang! ^^
Happy reading! ^^
=========================
Abrisam tersentak dan membuka mata ketika Kissy menggerakkan kepala ke sisi kanan sehingga bibir Abrisam bergeser pada salah satu sudut bibir Kissy. Dia segera menarik diri dan menghela napas lega melihat Kissy tetap terlelap. Dia menggaruk tengkuknya sembari tersenyum kikuk, menyadari perbuatan impulsif yang baru saja selesai dia lakukan. Masih bisa Abrisam rasakan bagaimana hasratnya langsung tersulut hanya dengan sentuhan bibir saja. Debaran jantungnya yang mengerikan ditambah rasa takut ketahuan sungguh membuatnya hampir ejakulasi.
Demi dedemit penguasa kegelapan, Abrisam bukanlah bocah yang baru mimpi basah. Dia yakin bisa menjamin berapa lama dia mampu bertahan dalam permainan ranjang. Akan tetapi, menyentuh Kissy sepertinya sebuah pengecualian. Dia tak pernah menyangka tubuhnya memanas dan menimbulkan keinginan untuk menyentuh Kissy lebih jauh.
Sebelum kewarasan Abrisam beralih pada hasrat binatangnya yang sudah lama tertidur, dia bangkit dan berjalan menjauhi kamarnya sendiri. Saat ini otak dan kelelakiannya benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Kissy dan ranjang adalah paduan sempurna yang sukses membuatnya hilang akal. Terlebih ranjang itu tak lain adalah ranjangnya sendiri. Ah, sial! Ingin rasanya Abrisam berbalik dan berada dalam ranjang yang sama dengan Kissy. Saling memeluk, menghangatkan, menyentuh, dan .... Shit! Kali ini Abrisam harus berperang dengan fantasi gila dalam benaknya.
Mengacak rambutnya frustrasi, dia melangkah terburu-buru menuju tangga, berniat untuk tidur di kamar bawah. Namun, tungkainya berhenti bergerak saat ponselnya berbunyi. Masih di ujung tangga, dia merogoh ponsel di saku celananya.
"Ya, Ko. Gimana urusan di sana?"
"Kenapa suara lo serak begitu?"
Abrisam berdeham, tidak menyangka bahwa Jatmiko sejernih itu mendengar suaranya. "Gue baru bangun. Tadi sempat ketiduran jagain Kissy," jawabnya setengah jujur. Jatmiko tidak perlu tahu secara detail bagian mana dari tubuhnya yang baru saja bangun, bukan?
"Gue sudah masukin laporan tentang perampokan butik Kissy. Besok kalau Kissy sudah lebih baik, tolong temani dia ke kantor polisi untuk memberikan keterangan sebagai korban. Lo juga bisa memberikan keterangan sebagai saksi. Gue yang akan pegang kasus ini langsung. Lo tenang saja," jelas Jatmiko.
"Oke. Ada lagi?"
"Lo enggak mau berterima kasih gitu ke gue?"
Abrisam berdecak sebal. "Lo mau apa? Tinggal sebut saja. Asal para begundal itu dapat hukuman yang setimpal. Usahakan Kissy jangan terlalu jauh terseret kasus ini. Gue takut psikisnya terganggu. Dia sepertinya lagi banyak pikiran. Terakhir kali gue dan dia ketemu, kita malah perang dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...