Republish | 23/03/20
Sore menjelang malam, Dears! ^^
Terima kasih atas 39K lebih viewersnya dan yang sudah follow Hara. Kalian luar biasa! ❤
Ketemu lagi sama Hara. Hari ini Hara bakal double update. But, harus sampai 40K viewers dulu ya setelah bab ini mengudara.
So here we are ...
Selamat bersenang-senang!
Happy reading! ^^
=========
Kissy memicingkan mata kala mendapati berkas cahaya menyerobot masuk pada pupil matanya tiba-tiba. Sayup-sayup dia bisa melihat punggung tangan kanannya yang tertancap jarum infus. Kepalanya terasa berat dan pening. Perut bagian kanannya juga terasa perih, membuat dia sedikit mual.
Sembari meringis, Kissy mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Entah apa yang terjadi setelah dia menangis meraung-raung pagi tadi. Dia tidak ingat sama sekali selain dirinya yang terakhir kali melakukan panggilan telepon dan mengadu pedih. Kini dia mendapati dirinya berbaring di brankar rumah sakit tanpa ada yang menemani.
Merasakan tubuhnya yang sedang tidak bisa diajak kompromi, Kissy tahu bahwa penyakitnya sedang kambuh, mungkin lebih parah dari sebelumnya mengingat dia yang akhir-akhir ini jarang menyentuh makanan dan sibuk berfrustrasi ria. Diperparah lagi dengan kedatangan Abrisam yang mengantarkan tsunami. Hirap sudah niat dan selera makan yang pagi tadi bangkit sebelum pergi.
Sibuk berpikir dan menahan nyeri di bagian perutnya, tiba-tiba terdengar pintu dibuka dari luar. Seketika dia menoleh dan mendapati pria dalam balutan jas yang masih rapi tanpa dasi, menyisakan kancing teratas kemeja putihnya yang terbuka. Sebelah tangannya menenteng sebuah paper bag berwarna senada.
"Kamu sudah sadar? Syukurlah! Apa ada yang sakit? Sebentar lagi dokter datang untuk visit. Kamu pingsan terlalu lama," sapanya setelah mmeletakkan barang bawaannya di atas nakas. Dia lantas mengambil tempat kosong di sisi kiri brankar.
"Mas ... kamu di sini?"
"Memangnya aku harus ada di mana saat melihat kamu kacau seperti tadi pagi? Dokter juga bilang kalau maag kamu kambuh dan lambung kamu juga luka karena kamu sering melewatkan jam makan. Kurang nutrisi, kurang istirahat, dan terlalu banyak pikiran juga menjadi penyebab kenapa kamu pingsan begitu lama sampai menjelang malam begini. Dan kamu masih tanya kenapa aku di sini?"
Kissy takjub dengan omelan panjang pria di depannya itu. Dia hanya bisa mengerjap dan meringis mendengar betapa buruk kondisi dirinya saat ini. Namun, bukan itu yang menjadi poin utama. Awalnya, dia mengira akan menemukan Bi Narsih saat sadar alih-alih wajah khawatir dan marah pria yang saat ini tak kunjung mengalihkan tatapan lekatnya. Pria itu bahkan enggan bersikap manis seperti biasanya. Dengan begitu, Kissy tahu kalau pria itu benar-benar sedang marah padanya.
"Bi Narsih ke mana?" Kissy mencoba mencari topik lain.
Mengembuskan napas lelah, pria itu menjawab, "Aku suruh pulang untuk mengambil beberapa pakaian kamu. Daripada mementingkan keberadaan Bi Narsih, apa tidak ada yang ingin kamu jelaskan padaku?" Dia meraup wajahnya gusar. "Astaga! Kamu buat aku khawatir dan hampir kena serangan jantung tadi pagi!" geramnya dengan suara tertahan agar tak meninggi dan berubah menjadi bentakan.
Belum sempat Kissy melontarkan jawaban, seorang dokter dan suster tiba-tiba masuk dan menyapanya ramah.
"Selamat sore, Nona Kissy. Sudah merasa baikan?" tanya dokter itu seraya melakukan pemeriksaan umum.
Kissy tersenyum dan mengangguk. "Sedikit lebih baik, Dokter."
"Masih pusing atau mual?"
Lagi-lagi Kissy mengangguk.
"Sementara rawat inap dulu untuk beberapa malam di sini, ya? Untuk meredakan mualnya, tolong obatnya diminum teratur setengah jam sebelum makan. Jangan terlalu banyak pikiran dulu. Jika selama dua hari tidak ada perubahan, kita lakukan tes darah untuk mengetahui gejala lainnya. Punya riwayat tifus?"
"Tidak ada, Dokter. Saya hanya punya maag akut," sahut Kissy.
"Beruntung kamu dibawa ke sini tepat waktu. Maag akut yang terlambat ditangani juga bisa berakibat fatal. Jangan sampai telat makan lagi, ya! Perbanyak istirahat dulu. Semoga lekas sembuh," petuah dokter itu kemudian sembari memeriksa selan infus Kissy sebelum benar-benar pamit dan menghilang di balik pintu.
Tepat saat pintu tertutup, indera pendengaran Kissy menangkap kalimat dengan nada sinis. "Kamu dengar?"
Kissy mengernyit dan bertanya, "Apa?" tanyanya dengan raut tak mengerti.
"Kamu harus banyak istirahat dan makan teratur." Dia menyodorkan sebutir obat untuk Kissy minum. "Minum obatnya dulu! Setelah setengah jam, kamu harus makan. Aku membawaakan bubur kesukaanmu. Kemudian baru istirahat."
Alih-alih membantah, Kissy memilih menurut. Namun, melihat pria yang dia kenal jarang mengenakan jas dalam kesehariannya itu malah betah dalam pakaian formal seperti saat ini, membuatnya bertanya-tanya.
"Mas dari mana?" Kissy tak mampu menahan lagi pertanyaan yang sejak tadi menggantung di ujung lidah.
"Pengadilan."
Tbc
Sila vote dan komentar bagi yang berkenan.
Yang kangen Rama, sebentar lagi dia muncul kok. Sudah cukup dia Hara kekepin. Sudah saatnya dihajar kenyataan juga. Masa iya yang lain menderita, dia malah bersenang-senang ria. Wkwkwkk 😂
Ketemu lagi nanti, ya! ❤
Big hug,
Vanilla Hara
11/01/20
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE BREAK | ✔ | FIN
General FictionKissy sangat menggilai kopi. Baginya, kopi adalah konsumsi wajib sebelum dia bertarung dengan kata-kata yang akan mengudara menemani pendengar setianya. Lewat kejadian mendongkolkan, Kissy akhirnya mengenal dan dekat dengan pemilik kafe di seberang...