Bab 1 | Pertemuan

43.1K 1.3K 26
                                    

Seorang gadis berlari sambil sesekali membenarkan jilbabnya yang sedikit kacau akibat terlalu terburu-buru dan takut akan dosen yang mengajarnya akan datang.

Bagaimana dia tidak terlihat takut dan terburu-buru, dia sungguh sangat telat. Jam mata kuliahnya berlangsung sekitar setengah jam yang lalu dan ia baru menginjakan kakinya di area koridor kampus, masih beberapa koridor lagi yang harus ia lewati untuk sampai ke fakultasnya berada.

Dan yang paling membuatnya takut adalah karena kali ini dosen yang mengajarnya adalah dosen paling killer dan kejam daripada dosen-dosen yang lain.

Kedisiplinan dosen yang saat ini tengah ia rapalkan semoga saja sang dosen tidak berangkat atau telat atau apapun itu yang penting jangan masuk sebelum ia memasuki ruangannya, sangat patut untuk diberikan nilai plus-plus. Jangankan terlambat berjam-jam, satu detik pun terlambat akan diberikan hukuman menulis istighfar sebanyak satu buku penuh apalagi dia yang saat ini terlambat lebih dari tiga puluh menit.

Dia Salsabilla Anandya Putri, biasa dipanggil Asa. Salah satu mahasisiwi semester lima di Universitas Islamiyah yang mengambil jurusan Tarbiyah atau ilmu pendidikan islam.

Keterlambatannya saat ini bukan seperti kebanyakan para gadis lainnya yang asik menonton drakor kesukaannya hingga larut malam dan terlambat bangun pagi, tetapi karena sebelum ia sampai tadi dia tak sengaja melihat korban kecelakaan yang adalah seorang anak laki-laki kisaran tujuh tahun masih menggunakan seragam merah putih yang terlibat tabrak lari. Untungnya nyawanya masih bisa diselamatkan karena ia tepat waktu mengantarkannya kerumah sakit terdekat.

Setelah selesai membayar administrasi dan menghubungi pihak keluarga anak yang ia tolong itu, ia segera pamit kepada suster untuk berangkat kuliah dan mengatakan bahwa ketika ia pulang nanti ia akan menjenguk anak itu.

'BRUKKK.'

Ketika ia hampir sampai didepan ruangannya, ia tak sengaja menabrak seorang laki-laki berperawakan tinggi. Bukannya orang yang ia tabrak terjatuh, malah dirinya sendiri yang terjatuh hingga tubuhnya membentur lantai membuatnya meringis kesakitan.

"a-astaghfirullah." ringisnya sambil mulutnya melafalkan istighfar.

"e-eh sorry saya gak sengaja."

Laki-laki itu mengulurkan tangannya berniat untuk membantu Asa berdiri yang langsung ditolak olehnya.

"eh gak usah saya bisa sendiri." Ucap Asa sambil berdiri dari jatuhnya, lalu membersihkan pakaiannya yang terkena debu akibat insiden jatuh tadi.

"iya gak apa-apa lain kali hati-hati ya kak." ucap laki-laki itu sambil menyunggingkan senyum manisnya kearah Asa.

'kak? berarti dia ini junior gue dong?'

"kak?"

Pria itu melambaikan tangannya tepat didepan wajah Asa ketika melihat Asa memandang lurus kearahnya.

Asa mengerjapkan kedua matanya membuyarkan lamunannya.

"saya tau saya ganteng, tapi gak usah sampai segitunya juga kali kak." dia berucap PD membuat Asa seketika membuyarkan pikiran anehnya ketika mengatakan bahwa si juniornya, 'yang ia ketahui beberapa detik ini' cukup tampan.

"kepedean." ketus Asa lalu segera pergi melangkah menuju ruangannya karena sudah pasti ia tambah telat karena insiden tabrakan tadi.

Laki-laki itu tersenyum penuh arti menatap punggung Asa yang semakin menjauh.

Dia sangat penasaran atau mungkin tertarik dengan sosok Asa karena selama ini gadis yang ditemuinya kebanyakan pura-pura bersikap ataupun berbicara manis didepannya, tidak seperti Asa yang berbicara ketus kepadanya dan langsung meninggalkannya pergi begitu saja.

Dia menggelengkan kepalanya, mengusir semua pemikirannya itu lalu pergi melangkahkan kakinya meninggalkan fakultas Tarbiyah ke tempat fakultasnya berada.

Tadinya ia kemari karena menyelesaikan beberapa urusan dengan salah satu Kakak tingkatnya tapi tanpa disengaja seseorang menabraknya, untungnya ia bisa menyeimbangkan berat tubuhnya alhasil bukan dirinya yang terjatuh malah orang yang menabraknya lah yang terjatuh.

Ketika perempuan itu mendongakkan wajahnya, menatapnya sekilas lalu menundukan pandangannya lagi. ia merasakan getaran aneh yang datang dari hatinya entah apa itu namanya.

Ia menepuk pipinya mencoba mengusir pemikiran aneh yang selalu membayangkan wajah orang yang menabraknya tadi dan kembali melanjutkan langkahnya.

Asa mengintip dari arah jendela ruangannya yan luas, terlihat semua teman-temannya fokus memperhatikan objek didepannya 'sang dosen' yang tengah menjelaskan materi pelajaran Statistika membuatnya meringis ketika do'a yang ia panjatkan tak terkabulkan.

Ia menarik dan menghembuskan nafas pelan sampai ketiga kalinya lalu menguatkan diri untuk masuk ke dalam kelas sang dosen, yang siapa tau hari ini sedang dalam mood baik sehingga tak harus menghukum dirinya.

'tok tok tok.'

Asa memasuki ruang kelas dimana sang dosen killer nan kejam yang sedang menerangakan sebuah materi.

Seketika semua pasang mata yang berada di ruangan ini menoleh kearah pintu, tepatnya tempat ia berada.

Ia mengalihkan pandangannya dari melihat sekeliling mahasiswa/i yang menatap dirinya dengan pandangan was-was kearah seseorang yang sejak tadi menatap dirinya dengan tatapan intimidasi dari arah dekat papan tulis.

"maaf Pak saya terlambat." Asa menundukan wajahnya.

"ini sudah jam berapa?" tanya nya sambil menunjuk jam dinding yang berada di atas papan tulis .

"j-jam 8 lewat P-Pak." gugup Asa.

"terlambat setengah jam lebih, apa alasanmu terlambat?"

"t-tadi waktu saya hendak pergi ke kampus, saya melihat ada kecelakaan tabrak lari. Seorang anak kecil yang menjadi korbannya, lalu saya membawanya kerumah sakit karena itu saya terlambat." jelas Asa panjang lebar.

"saya mentolerir keterlambatanmu karena kamu menolong seseorang, tapi karena kamu sudah terlambat lebih dari setengah jam. Kamu boleh masuk ke dalam kelas..."

Ucapan sang dosen membuatnya mengembangkan senyumnya.

"tapi tidak akan saya absen." lanjutnya membuat senyum Asa luntur seketika.

"baik Pak." Asa berucap lesu lalu melangkahkan kakinya menuju bangkunya yang berada di tengah baris kedua.

Dalam hati Asa menggerutu kesal, untuk apa ia diperbolehkan masuk kalau dia pun tak di absen. Lebih baik ia dipulangkan saja, tapi tidak apa lah dapat ilmu juga.

"baiklah kita lanjutkan minggu depan, jangan lupa tugas yang saya berikan dikerjakan dan dikumpulkan sesuai dengan waktu yang saya tentukan, dan kamu Asa ikut keruangan saya sekarang." ucap Pak Fahri membereskan barang-barangnya lalu menunjuk Asa ketika ia menyebutkan nama Asa, kemudian melangkahkan kakinya keluar kelas.

Faizatun Nafisa, biasa dipanggil Iza. Sahabat seperjuangan Asa menghampirinya, setelah Pak Fahri tak terlihat lagi batang hidungnya.

"Lo beneran tadi telat karena nolongin orang kecelakaan?"

"hmm iya."

"kira-kira lo nanti mau diapain ya sama Pak Fahri? Apa dikasih hukuman?"

"hmm gue juga gak tau liat ajalah nanti, gue kesana sekarang ya nanti Pak Fahri ngomel-ngomel kalau gue gak segera sampai. Do'ain aja semoga gue gak dapat hukuman tambahan."

Iza mengacungakan jari jempolnya tanda 'sip'.

Setelahnya Asa buru-buru melangkahkan kakinya keluar kelas menuju ruangan Pak Fahri yang berada di lantai atas.

Saat hampir sampai ke ruangannya, lagi-lagi ia tak sengaja menabrak seseorang. Untungnya ia tak sampai terjatuh seperti tadi.

Ia membelalakkan matanya saat mengetahui siapa yang ia tabrak.

"k-kamu?"

"kakak?"

Ucap mereka berbarengan.

Kira-kira siapa tuh yang di tabrak Asa?... Pada tau gak?...

Itu yang diatas visualisasi Aby ya menurut kalian cocok gak?...

Imamku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang