Bab 46 | Cinta Atau Obsesi?

11.3K 462 1
                                    

Assalamualaikum para readers, masih semangat menjalani aktivitas?... insyaallah ya... alhamdulillah author masih bisa update ya..
Maafkan author yang updatenya gak bisa pasti.. makluminlah author yang hanya manusia biasa dan memiliki kegiatan lain selain dunia imajinasi ini.. he..he.. langsung baca aja deh biar gak makin ngelantur... HAPPY READING SEMUAAA...

*  *  *

'Itu obsesi bukan cinta, jika itu cinta ia pasti akan merelakan dan bukannya memaksakan kehendak dengan merubah garis yang telah Allah tetapkan.'

*  *  *

Asa membuka kedua matanya dengan perlahan, ia mengernyitkan dahinya ketika menyadari bahwa ia tak lagi diikat dan didudukan dikursi yang berada diruangan yang kotor dan bau melainkan sekarang ia berada disebuah kamar yang luas, bersih dan sangat rapi. Ia melihat pakaiannya yang telah berganti dengan piyama tidur  bermotif bunga-bunga berwarna peach dan sebuah jilbab jadi yang warnanya senada dengan piyama. Siapakah yang mengganti pakaiannya?. Asa langsung menatap kearah pintu bercat putih itu ketika pintu dibuka dengan pelan dan terlihat seorang laki-laki memasuki kamarnya sambil membawa nampan berisi makanan, ia tersenyum sangat manis kearah Asa lalu menghampiri perempuan itu membuat Asa bergidik namun langsung ia tepis semua ketakutan karena ia tak mau membuat laki-laki itu kembali marah dan melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.

"Kamu baru bangun?." Asa mengernyit ketika laki-laki itu ber aku-kamu dan bukannya ber lo-gue lagi.

"Ehmm, i-iya." Asa tersenyum tipis.

Laki-laki itu mendudukan dirinya ditepi ranjang membuat Asa beringsut menjauh, laki-laki itu tersenyum melihat reaksi Asa.

"Tenang aku gak bakalan ngapa-ngapain kamu kecuali..."

"K-kecuali?..."

"Kamu gak mau nurut sama aku." Asa menelan ludahnya mendengar ucapan laki-laki itu yang terdengar sebuah ancaman baginya.

"Sekarang makan." Titahnya, Asa hanya menatap semangkuk bubur ayam itu tanpa minat.

"Atau perlu aku suapin?." Asa dengan segera menggelangkan kepalanya.

"G-gak usah b-biar gue makan sendiri." Asa langsung mengambil mangkuk itu lalu mulai menyendokkan buburnya dan memasukannya kedalam mulutnya dengan perlahan.

Laki-laki itu menatap Asa yang sedang makan dengan segaris senyum diwajah tampannya, tak ada lagi wajah sangar dan menakutkan hanya ada laki-laki berwajah tampan namun berhati iblis. Asa yang merasa terus diperhatikan seperti itu mendadak risih, ia menundukan wajahnya.

"Kenapa menunduk?." Asa langsung mendongak.

"Eh?, ah g-gak apa-apa." Asa kembali memasukkan suapan yang ketiga, namun mendadak perutnya terasa mual. Tak dapat menahan lagi rasa mualnya, Asa langsung berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Ia merasakan tengkuknya dipijit dengan lembut membuat ia menegang, ia langsung beringsut mundur.

"Are you oke?."

"Hmm, i'm oke."

Asa kembali duduk ditepi ranjang diikuti laki-laki itu, laki-laki itu memberikan segelas air putih untuk Asa yang langsung diterimanya karena jujur saja tenggorokannya terasa sangat kering.

"Ayo sekarang makan lagi."

Asa menggeleng.

Laki-laki itu menatap Asa tajam membuat Asa menundukan pandangannya.

"Makan."

"Gak nafsu." Lirih Asa.

"Baiklah, sini aku suapin." Laki-laki itu mengambil mangkuk yang berada diatas nakas, mulai menyendokkan sesuap bubur dan mengarahkannya kebibir Asa. Dengan enggan Asa membuka mulutnya. Laki-laki itu tersenyum melihat Asa yang mau disuapi olehnya, akhirnya bubur itupun telah habis tak tersisa.

Imamku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang