Bab 43 | We Time

14.3K 554 3
                                    

Assalamualaikum para readers yang author sayangi he..he.. Alhamdulillah author bisa update lagi ya... VOTE COMENT terus ya buat penyemangat author ngelanjut...hi..hi.. okey langsung baca ya.. HAPPY READING..

*  *  *

'Waktu adalah uang, namun saat bersamamu waktuku denganmu adalah segalanya.'

*  *  *

Malam yang sunyi dan dinginnya malam tak mengubah tekad Asa untuk mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat malam, seperti biasanya ia selalu terbangun di sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud dan kemudian tidur kembali setelah berdzikir sebentar dan membaca surah-surah al-quran. Ia tak ingin melewatkan shalat malamnya karena banyaknya keutamaan dan manfaat yang ia dapatkan dengan rajin mengerjakan shalat malam, hatinya terasa lebih tenang. Ia menjadi lebih dekat kepada sang pencipta seluruh alam, Allah SWT. Tak ada nikmat yang tak ia peroleh didunia semata-mata Allah yang melimpahkan kemudahan dan segala rezeki yang ada, diusapnya perutnya setelah melafalkan beberapa bait doa, rezeki yang kemudian ia sangat syukuri. Adanya janin yang tumbuh didalam rahimnya sungguh rezeki yang paling terbaik yang Allah berikan kepada ia dan suaminya, semoga Allah selalu menjaga dirinya dari segala kejahatan dan musibah yang ada. Ia berharap ia dan keluarganya selalu diberikan perlindungan oleh Allah dimanapun ia berada dari kejahatan dan malapetaka sebab manusia ataupun sebab Allah yang menghendakinya, meskipun ia tau bahwa Allah telah berucap kun fa ya kun, maka terjadilah malapetaka maupun kejadian baik yang telah ia kehendaki terhadap umatnya, ia hanya mencoba selalu berusaha dan berdoa kepada-Nya.

Bibirnya bergetar mengucap dzikir dan hamdalah berkali-kali, beritighfar atas semua kesalahan yang pernah ia perbuat. Lelehan air mata menganak membasahi pipinya, betapa Allah sangat baik kepadanya selalu memberikan nikmat yang selalu dapat ia rasakan setiap harinya, dan ditambah kehadiran suami dan anak mereka kelak, alhamdulillahirabbil 'alamin. Terisak kecil di sepertiga malam membuat Asa menjadi lebih tenang, tak ada lagi gundah gulana yang selalu hadir didalam hatinya. Ia harus selalu berprasangka baik kepada-Nya, karena Allah sesuai dengan prasangkan umat-Nya. Akhir-akhir ini ia sedikit merasakan kecemasan dan ketakutan entah karena alasan apa hanya Allah yang maha tau segalanya, Allah semoga engkau hilangkan gundah gulana, kecemasan maupun ketakutan didalam hatiku, ya Allah allahu ya amiiin.

Diusapnya pelan pipinya yang basah karena air mata menggunakan punggung tangannya, dilipatnya mukena lalu ditaruhnya didekat lemari. Ia menghampiri suaminya yang masih tertidur dengan pulas, diusapnya lembut wajah suaminya. Didekatkannya wajahnya dengan perlahan ia mencium kening suaminya dengan lembut, hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

"Entah kapan rasa ini mulai tumbuh, tapi aku merasa nyaman bila berada didekatmu." Lirihnya, ia beranjak lalu membuka pintu balkon kamar mereka.

Hawa dinginnya malam langsung menusuk kedalam kulitnya, namun ia tak memperdulikannya. Ia menatap pemandangan kota yang berkerlap-kerlip dan sunyi, menghirup udara aroma malam yang membuat hatinya sedikit tenang. Ia mendudukan dirinya dikursi yang memang tersedia di balkon, menyandarkan punggungnya lalu menutup matanya perlahan hingga tak terasa ia tertidur dikursi balkon dengan udara malam yang dingin. Namun sepertinya ia merasa sangat nyaman tidur diantara suhu yang dingin.

Aby membuka kedua matanya ketika merasakan tenggorokannya kering, ia menatap disampingnya yang tak ada Asa yang selalu berbaring disampingnya. Dilihatnya jam yang tertera diponsel canggihnya, pukul 04:30 WIB. Apa Asa berada di dapur?. Ia segera beranjak pergi ke dapur untuk mencari keberadaan istrinya namun sesampainya disana ia tak menemukan sama sekali keberadaan Asa, rasa panik mulai menjalar dihatinya. Ia menyusuri setiap ruangan ataupun kamar mandi namun nihil ia tak menemukannya, dilihatnya pintu balkon kamar yang terbuka, ia dapat bernafas lega setelah menemukan Asa yang tertidur di kursi balkon. Aby menahan nafas ketika merasakan tubuh istrinya yang begitu dingin, digendongnya Asa memasuki kamar mereka tak lupa menutup pintu balkon dan dibaringkannya dengan perlahan lalu diselimutinya tubuh istrinya yang begitu dingin.

Imamku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang