Bab 6 | Menolak

18.3K 851 5
                                        

Akhirnya bisa up juga nih. Pada nungguin kelanjutannya enggak nih?. Gak apa-apa ya authornya bikin sakit hati Aby dengan penolakan Asa he he. Upsss jangan marah ya. Nanti pasti akan ada manis-manisnya kok kayak le-minerale ha haa. Oke oke auhor mulai melantur nih kayaknya udah dulu ya. Yuk cus dibaca....

Ngena banget ya mungkin Aby kalau dengerin lagu diatas...

* * *

Asa menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia bingung sungguh bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Asa mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara pintu di buka. Terlihatlah sang Bunda yang memasuki kamarnya dengan tatapan lembutnya seorang Ibu.

Suci menghampiri Asa lalu duduk ditepian ranjang membuat Asa mendudukan dirinya dan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.

"Asa"

"ya Bun?"

"boleh Bunda tau kenapa kamu tadi langsung masuk kamar?" Suci menatap putrinya lembut.

"Asa gak suka Bun sama Aby" ketus Asa.

"huss jangan ngomong gitu" tegur Suci.

"apakah itu artinya kamu menolak lamaran Aby?" lanjut Suci.

Asa hanya diam.

"jawablah nak"

"i-iya Bunda" Asa menundukan kepalanya.

Suci menghela nafas "boleh Bunda tau apa alasanmu menolaknya?"

"kan tadi Asa udah bilang kalau Asa gak suka sama Aby"

"jangan begitu nak, cinta bisa datang karena terbiasa. Siapa tau nanti setelah kamu menikah dengan Aby kamu akan sangat mencintainya dan tak akan pernah mau kehilangannya. Kasian Aby sudah memberanikan dirinya menghadap Ayah untuk meminangmu dan kamu dengan mudahnya ingin menolak niat baiknya. Bunda gak pernah ngajarin kamu untuk tidak menghargai usaha orang lain. Ayah juga kelihatannya suka dan cepat akrab dengan Aby, jarang-jarang Ayah bisa cepat akrab begitu dengan seseorang. Pertimbangkan sekali lagi nak. Bunda takut nantinya kamu menyesal." Asa menundukan kepalanya dalam-dalam mendengarkan nasihat dari sang Bunda.

"tapi Bun Aby itu masih kecil, dia adik tingkat Asa di tempat kuliah. Masa Asa nikah sama berondong Bun?. Nanti bukannya Asa yang bermanja-manja sama Aby malah kebalik Aby yang manja-manja sama Asa. Asa mohon jangan terima lamarannya Aby ya Bun?. Asa gak mau nikah sama dia" Asa menatap Suci dengan tatapan memohon.

"maaf nak, Ayah sudah menerima pinangannya Aby. Tinggal jawaban kamu secara resmi yang diperlukannya"

"Bundaaa" rengek Asa.

"jangan selalu menganggap seseorang yang usianya dibawahmu itu masih kecil Asa. Bisa jadi pemikiran Aby lebih dewasa daripada pemikiran kamu nak. Aby sudah berani meminangmu didepan Ayah secara langsung itu membuktikan bahwa pemikirannya sangat dewasa. Harusnya kamu senang Aby meminangmu itu berarti dia benar-benar ingin serius sama kamu. Apa kamu mau kalau Aby mengajakmu berpacaran?" Asa menggelengkan kepalanya cepat.

"apakah Asa masih ingat firman Allah dalam QS. Anisa :1 yang artinya : 'Hai manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhan-mu. Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya dia menciptakan jodohnya, dan mengembangbiakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan, dan bertakwalah kepada Allah swt. Yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu (QS. An- Nisa : 1).' Dan apakah Asa juga masih ingat firman Allah yang lainnya dalam QS. Al-Qiyamah : 39 yang artinya : 'lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan (QS. Al-Qiyamah : 39)'. Didalam islam memang tidak ada ayat yang melarang berpacaran, namun kita tidak boleh berkhalwat atau berdua-duaan dengan yang bukan mahramnya. Maksud ayat diatas tadi Allah menegaskan bahwa dirinya telah menciptakan manusia berpasang-pasangan namun Allah melarang adanya hubungan yang diharamkan dalam islam sama seperti berpacaran. Jika memang sudah mampu untuk menikah baik jasmani maupun rohani dan adanya kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup berumah tangga menikah muda sangatlah dianjurkan. Karena dengan begitu kita akan terhindar yang namanya berbuat dosa. Kalau nanti Asa menikah tidak hanya menghubungkan antara Asa dengan Aby saja, melainkan juga dua keluarga, artinya kita akan mempererat silaturrahmi dan itu sangatlah dianjurkan karena akan memperpanjang umur."

"tapi Bunda Aby itu masih kuliah belum bekerja, mau dikasih makan apa Asa nantinya" Asa kian mencari alasan untuk menolak Aby.

"Asal kamu tau Asa, sebelum Aby kesini untuk meminangmu ia telah memikirkan matang-matang keputusannya ini. Kamu salah besar sayang jika menyangka Aby anak yang manja dan hanya meminta uang kepada kedua orangtuanya. Dia sudah memiliki pekerjaan yang insyaallah bisa mencukupi seluruh kebutuhanmu dan anak-anak kalian nantinya" Asa bungkam mendengar penuturan Suci yang mengatakan bahwa Aby telah bekerja, alasan apalagi yang dapat ia gunakan untuk menolak Aby.

"bekerja apa?" tanpa sadar bibir Asa mengucapkan hal yang membuatnya penasaran.

Suci tersenyum "lebih baik kamu langsung tanya sendiri sama Aby."

Asa diam pikirannya tentang begitu buruknya pernikahan terpatri jelas dibenaknya. Hingga Suci menarik tangannya untuk bangun membuat Asa terlonjak kaget. Suci menuntunnya keluar kamar membuat Asa bingung mau dibawa kemana dirinya oleh sang Bunda. Ternyata Suci membawanya menuju ruang keluarga yang disana masih ada Aby dan Putra kecuali Lyana yang entah menghilang kemana Asa tak tahu.

Aby dan Putra melihat kearah datangnya Asa dan Suci, segaris senyum terbit diwajah tampan Aby yang melihat ada Asa disamping Suci. Suci duduk disamping Putra sambil matanya memberi kode kearah Asa untuk duduk di single sofa. Dengan ogah-ogahan Asa pun duduk di sofa itu, matanya melirik malas kearah Aby yang tersenyum sangat manis kearahnya. Ia tertegun melihat senyum itu tetapi langsung saja ia tepis rasa aneh yang telah hinggap didalam hatinya.

"bagaimana Asa? Nak Aby butuh jawabanmu" Putra menatap Asa dengan tatapan lembutnya.

Asa hanya diam, ia menundukan kepalanya dalam-dalam. Kebimbangan menyergap hatinya kala ia melihat tatapan penuh harap dari sang Ayah maupun Bundanya. Ia ingin menerima tapi selalu terlintas didalam pikirannya tentang begitu buruknya pernikahan. Sedangkan jika ia menolak ia takut akan mengecewakan sang Ayah dan Bunda.

Aby menatap Asa yang menunduk penuh harap. Ia berharap Asa mau menerima lamarannya. Memang mendadak sih cara ia melamar Asa mereka baru mengenal beberapa minggu lalu. Namun rasa cintanya yang begitu besar kepada Asa membuatnya memberanikan diri hari ini juga ia menghadap kearah keluarga Asa. Jantungnya dari tadi terus bermarathon berada dekat dengan Asa ditambah kecemasan dan ketakutan Aby, Asa akan menolaknya.

Asa mendongakkan kepalanya, lalu melirik Aby. Pandangannya seketika bertemu dengan iris mata berwarna coklat tua milik Aby. Asa memalingkan wajahnya menghindari kontak mata yang sempat terjalin. Ia sudah memutuskan semoga keputusannya ini tidak akan menyakiti Aby dan orangtua nya.

"maaf, Asa gak bisa menikah dengan Aby" akhirnya dengan susah payah Asa dapat mengeluarkan suaranya walaupun sedikit tercekat.

Jantung Aby serasa berhenti berdetak. Rasanya sakit sekali ketika mendengar jawaban Asa yang tak diharapkannya.

"k-kenapa?"

Asa hanya menggeleng enggan menjawab. Lalu melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya.

"Asa" Suci memanggil Asa penuh peringatan yang tak digubris oleh Asa. Ia tetap berjalan lurus menuju kamarnya.

"maafkan Asa ya nak, mungkin Asa butuh waktu" Putra melirik Aby yang tertunduk lesu.

"i-iya gak apa-apa kok Yah, Aby ngerti kalau Asa masih kaget dengan lamaran mendadak Aby." Aby mencoba tersenyum menutupi rasa sakit yang mendera hatinya karena penolakan Asa.

"maafin anak Bunda ya Aby, sudah menyakiti hati kamu"

"gak apa-apa Bunda, Aby gak akan nyerah kok untuk dapetin hati Asa" Suci tersenyum menatap Aby. Ia sungguh kagum dengan Aby, masih muda tetapi sudah dapat menghasilkan uang dengan penghasilan sendiri tak meminta kepada orang tua nya. Ditambah dengan kegigihannya yang akan dapat mendapatkan hati Asa. Ia tak menyerah meskipun Asa tadi sempat menolaknya.

"ya udah kalau begitu Aby pamit dulu Ayah, Bunda" Aby menyalami Putra dan Suci.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aby melangkah berat menuju mobilnya. Kakinya terasa berat sekali meninggalkan rumah Asa. Ia melihat kearah jendela kamar Asa. Lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Di mobil, ia menghembuskan nafas berkali-kali mencoba menetralkan rasa sakit di hatinya atas penolakan Asa.

"kenapa kamu menolakku Asa" gumam Aby sedih. Lalu melajukan mobilnya.

Di lain sisi, Asa mengintip dari balik tirai jendela kamarnya kepergian Aby dalam hati ia menggumamkan berkali-kali maaf untuk Aby.

"maaf"

Imamku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang