Assalamualaikum para reader's nya author semuanya... Masih pada semangat kan ya nungguin kelanjutan Bab nya lagi.... Maaf kalau author sempat update lama kan udah author jelasin alasannya apa, semoga kalian semua harap memaklumi author nya ya..
Jangan lupa vote coment penyemangat buat authornya dong... he..he..he..
* * *
'Keterbukaanmu akan masa lalu mu adalah percayanya kamu terhadapku.'
* * *
Semakin Aby perhatikan sikap Asa semakin berubah, istrinya itu sepertinya sering kali melamun bukan sekali dua kali ia memergoki Asa melamun namun sering. Ia jadi bertanya-tanya apakah gerangan yang terjadi dengan Asa yang ia tak ketahui, mungkin ia harus bertanya kepada sahabat istrinya itu karena semenjak Asa pulang menginap dari rumah Iza ia kebanyakan melamun dan murung. Seperti kali ini Aby menghampiri Asa yang tengah berdiri di balkon kamar mereka, Asa seperti tak menyadari keberadaannya. Raganya memang berada disini namun jiwanya entah pergi kemana, Aby sedih melihat Asa yang seperti ini, ia rindu dengan omelan Asa dan segala perhatian perempuan itu terhadapnya.
"Asa." panggil Aby, namun Asa sepertinya tak mendengarnya.
"Asa." panggil Aby sekali lagi, Aby menghela nafasnya ketika tak mendapatkan respons dari istrinya. Ia mendekati Asa lalu memeluk pinggangnya membuat perempuan itu tersentak kaget dan dengan refleks mendorong Aby menjauh hingga laki-laki itu hampir terjatuh.
"eh Aby, maaf a-aku gak sengaja." Aby tersenyum menanggapinya, ia kembali mendekati Asa lalu merangkul bahu perempuan itu.
"mikirin apa sih sampai aku panggil beberapa kali gak dijawab, terus waktu aku peluk kayaknya kamu kaget gitu." Asa hanya menggeleng membuat Aby menghela nafasnya. Ia membalikkan tubuh Asa agar menghadap kearahnya.
"kamu kalau punya masalah cerita sama aku, jangan pernah dipendam sendirian. Aku sekarang udah jadi suami kamu bukan orang asing lagi, kalaupun kamu belum siap buat cerita gak apa-apa aku siap dengerin kamu sewaktu-waktu kamu udah mau cerita sama aku." Asa hanya diam tak bergeming, ia menatap lurus kebawah, lagi-lagi Aby menghela nafasnya apakah pemandangan dibawah sana lebih indah daripada dirinya sehingga Asa sepertinya tak mau menatap dirinya.
"walaupun kamu ada masalah dan belum mau cerita sama aku, aku mohon jangan jadi Asa yang terus-terusan murung san melamun. Aku gak suka ngeliat kamu yang kayak gini, aku rindu Asa yang selalu ngomel-ngomel ketika aku buat kesalahan." Asa mendongak, menatap manik mata Aby yang menyiratkan kesedihan, ia kembali menunduk.
"maaf." lirihnya.
Aby mengusap kepala Asa lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut.
"yuk masuk udah malem, diluar dingin." Aby merangkul Asa membawanya masuk kedalam.
Aby mendudukan Asa di tepi ranjang, diikuti dirinya yang kini duduk disamping istrinya itu yang kini tengah menatapnya. Asa tengah memikirkan ucapan Iza tadi yang mengatakan bahwa ia harus jujur dan cerita tentang masa lalu dan rasa traumanya kepada Aby mengingat usia pernikahan mereka yang tergolong cukup lama, tapi ia bingung bagaimana ia mulai bercerita. Aby yang melihat Asa seperti akan mengatakan sesuatu tersenyum lembut membuat hati Asa menghangat melihat senyum laki-laki itu.
"berceritalah kalau memang kamu sudah siap, aku siap mendengarkannya." Aby mengelus rambut Asa dengan sayang. Asa menghela nafasnya lalu mulai bercerita, mengalirlah cerita Asa dari awal mereka bertemu dengan laki-laki yang merenggut nyawa Ica dan melakukan perbuatan tak senonoh kepada sahabatnya kemudian membunuhnya tepat dihadapan Asa, Asa bercerita dengan air mata yang berderai. Sesekali Aby mengusap pipi istrinya itu dengan lembut, ia sudah tau semua masa lalu Asa dari Bunda perempuan itu, namun ia ingin Asa bercerita langsung kepadanya. Ia ingin Asa menganggapnya sebagai seorang suami sehingga ia dapat bercerita tentang kejadian tragis yang membuat istrinya itu trauma terhadap laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Berondong
SpiritualSalsabilla Anandya Putri terpaksa harus menikah dengan Abyanata Darmawan, seorang adik tingkat ditempatnya kuliah yang tiba-tiba saja mengejarnya. Ketika laki-laki itu tiba-tiba saja melamarnya didepan keluarganya, akhirnya dengan bujuk rayu dan kar...