Assalamualaikum, masih bersama author di cerita ABYASA, vote comentnya ya he he... soalnya author lagi males ngomong banyak-banyak eh maksudnya nulis he he he..
* * *
'Bagaimana aku bisa menghindar, jika kamu selalu berada di hadapanku.'
* * *
Aby masih menenangkan Raisa yang kini menangis dipelukannya, ia mengelus rambut Raisa lalu mengajak perempuan itu untuk duduk.
"Udah ya, lo jangan nangis lagi. Gue yakin nyokap lo pasti sembuh." Bukannya tangisannya berhenti, Raisa malah semakin terisak.
"Tapi gue takut terjadi apa-apa sama nyokap gue, gue gak punya siapa-siapa lagi selain dia." Raisa melepaskan diri dari Aby menundukan wajahnya dan menutupinya menggunakan tangannya, ia tak sanggup membayangkan hal yang tidak-tidak yang akan terjadi kepada Ibunya.
Aby mengusap punggung Raisa dengan lembut, berusaha memberikan kekuatan kepada gadis yang notabennya adalah sahabatnya.
"Lo gak sendiri, disini masih ada gue sahabat lo yang kapanpun lo butuhin gue pasti akan selalu ada." Raisa tersenyum miris mendengar ucapan Aby yang hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, tak ada kesempatankah untuk dirinya supaya Aby bisa menganggapnya sebagai seorang yang mencintai laki-laki itu?.
Seorang dokter paruh baya keluar dari ruangan tempat dimana Ibu Raisa dirawat, Aby dan Raisa segera menghampiri dokter itu yang tengah memasang raut sedihnya, dan hal itu membuat Raisa berfikir yang tidak-tidak.
"Dok gimana keadaan Ibu saya?, dia baik-baik aja kan dok?." Raisa bertanya penuh harap.
Dokter itu menghela nafas, ia menatap Raisa dan Aby bergantian. "Maaf, Ibu Rima tidak dapat diselamatkan, dikarenakan terjadi penyakit komplikasi yang menyerang kekebalan tubuhnya. Dan beribu kali maaf saya ucapkan kami telah berusaha sekuat tenaga, namun ternyata Allah lebih menyayanginya dengan memanggilnya terlebih dahulu." Raisa langsung menangis histeris mendengar penjelasan dokter itu, ia berlari memasuki ruangan dimana terdapat Ibunya yang pucat dan terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit, seorang perawat hendak menutup wajah Ibu Raisa menggunakan kain putih namun ketika Raisa telah tiba dan melihat apa yang akan suster itu lakukan kepada Ibunya, ia langsung menepis tangan suster itu dengan kasar hingga kain yang semula akan menutupi wajah pucat itu terjatuh ke lantai.
"APA YANG MAU LO LAKUIN KE IBU GUE HAHH?!, DIA MASIH HIDUP, DIA GAK MUNGKIN MENINGGAL." Raisa menangis dengan kencangnya, ia langsung memeluk tubuh Ibunya yang telah tak bernyawa itu.
"IBU JANGAN TINGGALIN RAISA SENDIRIAN, RAISA UDAH GAK PUNYA SIAPA-SIAPA LAGI SELAIN IBU. AYO BU BANGUN, RAISA TAU IBU CUMA NGEBERCANDAIN RAISA KAN?, INI GAK LUCU BU...HIKS..HIKS..." Raisa mengguncang bahu Ibunya dengan kuat agar Ibunya bangun, namun hal yang dilakukannya hanya peebuatan yang sia-sai nyatanya sekuat apapun ia mengguncang tubuh wanita paruh baya yang telah merawat dan melahirkannya itu tak bergeming sedikitpun.
Aby menatap Raisa iba, ia juga seperti merasakan penderitaan yang sahabatnya itu alami, Aby mendekat dan langsung merengkuh tubuh mungil gadis itu yang sekarang tengah meronta-ronta meminta dilepaskan. Namun Aby malah semakin mempererat rengkuhannya, lama- kelamaan tubuh gadis yang semula meronta pun tenang, hanya terdengar isakan kecil didadanya.
"Ssst.. tenang ya, ada gue disini gue selalu ada buat lo. Ikhlasin nyokap lo biar dia tenang disana, insyaallah Allah pasti akan menerima semua amal ibadahnya." Bisik Aby di telinga Raisa.
"Gue udah gak punya siapa-siapa lagi." Lirih Raisa yang masih dapat didengar oleh Aby.
"Ada gue, lo jangan sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Berondong
SpiritualSalsabilla Anandya Putri terpaksa harus menikah dengan Abyanata Darmawan, seorang adik tingkat ditempatnya kuliah yang tiba-tiba saja mengejarnya. Ketika laki-laki itu tiba-tiba saja melamarnya didepan keluarganya, akhirnya dengan bujuk rayu dan kar...