Bab 32 | Tentang Ica

14.1K 556 2
                                    

Assalamualaikum semua, di Bab ini kita akan sedikit mengetahui kilasan masa lalu Asa yang menyebabkan ia trauma dengan laki-laki ya... Tapi cuma sedikit yang artinya tidak banyak.. He..he..
Author gak akan banyak cincong kok cukup tinggalkan jejak berupa vote coment nya ya...

*  *  *

'Meskipun kau telah pergi namun dirimu masih selalu tersimpan di kilasan memoriku.'

*  *  *

Seorang perempuan mengusap batu nisan sebuah gundukan tanah yang telah lama tak ia kunjungi, tetesan air matanya menetes hingga jatuh di atas gundukan itu. Ia mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya seraya masih mengusap batu nisan itu.

"Ica gue kangen lo, maafin gue."

Perempuan itu adalah Asa, ia pergi ke sebuah makam tempat dimana sahabatnya yang meninggal akibat pemerkosaan sekaligus pembunuhan yang ia saksikan tepat di depan matanya sendiri. Asa memejamkan matanya berusaha menghilangkan bayangan-bayangan tentang kepergian Ica, ia merasa gagal menjadi sahabat karena tak mampunya ia dalam menjaga Ica hingga sahabatnya itu harus merenggang nyawa dengan tragisnya. Hal inilah yang membuatnya trauma akan laki-laki, ia mengira laki-laki sama seperti bajingan berengsek yang telah merenggut nyawa Ica, sahabatnya. Kilasan masa lalu terpatri jelas di kepalanya mengenang masa-masa indah kebersamaan ia, Ica dan Iza.

Seorang gadis remaja berlari-lari menghindari kejaran dari temannya yang sepertinya amarahnya tak dapat terbendung lagi, yang di kejar hanya berlari dan memeletkan lidahnya tak peduli ancaman yang sering di lontarkan oleh gadis yang sedang mengejarnya.

"ICAAA AWAS YA LO, SINI." perempuan yang di panggil Ica tak mengindahkan ucapannya ia malah terus berlari.

"Iza tolongin gue dong." pinta perempuan yang sempat mengejar Ica kepada gadis yang sedari tadi hanya duduk diam memperhatikan dua gadis remaja yang saling berkejaran.

Iza hanya menggeleng membuat gadis yang bernama Asa pun mendesah kecewa.

"jahat deh lo, lihat nih dia ngotorin seragam gue." Asa menunjukkan seragam putih abu-abunya yang terkena noda tanah kepada Iza.

"KAN GUE BILANG SENGAJA, YA MAAF." teriak Ica membuat Asa menggeram, ia kembali mengejar Ica.

"AWAS YA LO KALAU KE TANGKEP." Ica terus berlari tanpa tau bahwa dihadapannya ada sebuah pohon, ia yang tak siap pun menabrak pohon itu lalu mengaduh. Asa menghentikan langkahnya lalu menatap Ica yang sekarang tengah mengaduh, ia berjalan mengendap-endap dan 'hap' tertangkap.

"dapet kan lo." Asa menangkap Ica, Ica berusaha melepaskan diri namun Asa semakin memegangnya erat.

Asa memegang lumpur lalu mengarahkannya kearah Ica membuat gadis itu bergidik jijik.

"ASA JANGAN, GUE JIJIK TAU." pekiknya. Asa tak mengindahkan ucapan Ica ia menempelkan lumpur itu ke seragam Ica dan ia tersenyum puas melihat maha karyanya di seragam gadis itu.

"IMPAS." pekik Asa lalu tersenyum senang. Giliran Ica yang menggeram marah menatap Asa, ia mengejar Asa yang sudah menjauh. Melihat Ica yang mengejarnya, Asa berlari menghindari gadis itu. Iza yang melihat hanya geleng-geleng kepala.

"UDAHAN MAIN KEJAR-KEJARANNYA, UDAH SORE. KALIAN GAK MAU PULANG?." teriak Iza. Mereka bertiga memang berada di lapangan sekolah yang keadaannya sepi, jika ramai sudah dipastikan Asa dan Iza akan menanggung malu.

Asa tersenyum mengingat kekonyolan dan kekocakkan mereka dulu, air matanya kembali mengalir. Ia menatap gundukan itu dengan pandangan penuh kerinduannya.

Imamku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang