Syahirah 2 || BAB 3

262 14 0
                                    

Sejak terakhir kali bertemu Nisya dan Dino dua hari hari yang lalu. Aldo jadi tidak banyak bicara. Yang biasanya bersikap manis ke Syahirah, kini bersikap biasa saja. Hari jadi pernikahannya yang kedua tahun terasa tidak ada. Karena tidak ada perayaan kecil-kecilan atau romantis-romantisan berduaan saja. Tidak ada yang istimewa.

Syahirah tidak tahu mengapa Aldo jadi pendiam. Hadiah pemberian dari mahasiswinya ditaruh di atas meja begitu saja. Setelahnya laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya dan keluar dari dalam kamarnya ketika makan malam tiba. Dan yang biasanya meminta dibuatkan teh atau susu kopi, sudah dua hari ini tidak minta dibuatkan.

Syahirah mengetuk pintu kamar Aldo. "Mas, ini Syahirah. Aku boleh masuk?"

"Iya."

Syahirah masuk ke dalam setelah mendapat izin. Perempuan itu membiarkan pintu kamar Aldo setengah terbuka. Syahirah melihat Aldo sedang membuka baju dan reflek Syahirah langsung menutup wajahnya dan berbalik badan.

"Maaf," katanya. Aldo segera mengambil baju santainya dan memakainya.

"Ada apa?"

"Mas mau makan apa malam ini?" tanya Syahirah masih memunggungi Aldo. Laki-laki itu tersenyum sambil berjalan mendekati Syahirah dan memeluk perempuan itu dari belakang. Syahirah menurunkan tangannya dari wajahnya dan melihat tangan kekar Aldo yang melingkar diperutnya.

Jarang-jarang sekali Aldo memeluk Syahirah. Bisa dihitung dengan jari berapa kali ia memeluk perempuan itu. Untuk mencium kening perempuan itu terakhir kali saat usai ijab kabul. Setelah itu, tidak pernah lagi.

Syahirah merasakan kehangatan dari pelukan Aldo. Pelukan laki-laki itu terasa seperti pelukan kakaknya dan ayahnya. Nyaman dan juga menenangkan. Syahirah juga merasakan pelukan Aldo yang erat seakan tidak ingin melepaskan dirinya.

"Janji ya, jangan tinggalin aku?" kata Aldo yang membuat Syahirah bingung. Laki-laki itu menaruh dagunya dipundak Syahirah.

"Emang aku mau ke mana sampai harus ninggalin kamu, mas? Ada juga kamu yang jangan ninggalin aku."

Aldo berkata seperti itu bukanlah untuk sekedar asal bicara. Ia punya firasat kalau Syahirah akan meninggalkan dirinya dan pergi begitu saja suatu saat nanti. Aldo semakin mengeratkan pelukannya. Ia sangat takut kehilangan Syahirah.

"Jika suatu saat nanti kita dipisahkan dengan jarak yang begitu jauh, bagaimana Sya? Apa kamu akan mencari mas?"

"Kenapa harus aku yang cari? Kan biasanya mas Aldo yang nyariin aku. Dan aku yakin dengan mas Aldo, kalau mas itu yang paling mengingat aku. Jadi mas aja yang cari aku?"

"Kalau suatu saat aku enggak bisa ingat sama kamu dan nggak bisa ngenalin kamu. Dan aku nggak bisa cari kamu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan cari mas dengan semampuku. Aku akan berusaha mengembalikan ingatan mas Aldo tentang aku. Aku, Syahirah Nurmala Fernanda. Istri dari Aldo Fernanda." Aldo tersenyum lebar mendengar perkataan Syahirah yang terdengar begitu manis. Aldo tidak tahu jawaban Syahirah hanya sekedar jawaban atau benar-benar dari lubuk hatinya.

***

"Sya, ini surat Azki yang dulu. Lo aja ya yang simpan?" kata Nisya sambil menyerahkan amplop berwarna biru itu ke Syahirah.

Hari ini Nisya meminta ketiga temannya untuk datang ke sebuah restoran. Katanya, kangen. Padahal dua hari yang lalu Nisya baru bertemu dengan Syahirah. Mungkin saja Nisya kangen dengan Alea dan Viko. Karena tidak enak bila tidak mengajak Syahirah, maka Nisya mengajak perempuan itu untuk bertemu.

Syahirah mengambil amplop itu dan menaruhnya di dalam tas. Awalnya Syahirah ragu, tapi akhirnya ia mau menyimpannya setelah banyak pertimbangan sebelumnya.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang