Syahirah 2 || BAB 8

214 12 0
                                    

Dari luar kamar inap suaminya. Syahirah mendengar suara orang mengaji dengan merdunya. Suara itu berasal dari dalam kamar tempat suaminya dirawat. Syahirah yang baru saja kembali dari toilet, perlahan berjalan kearah kamar inap.

Syahirah tercenung saat mendapati suaminya-lah yang memiliki suara merdu itu. Dia tidak berani masuk ke dalam, takut suaminya berhenti mengaji sedangkan ia masih ingin mendengar suara itu. Syahirah pun memutuskan untuk berdiri di depan pintu.

Syahirah merasa pernah mendengarnya disuatu tempat. Setelah diingat, Syahirah pernah mendengarnya saat di mushola kampus. Awalnya dia kira itu adalah suara Azki yang sedang mengaji karena suaranya terdengar sama. Ternyata suara merdu itu milik suaminya. Dan jika di dengarkan dengan saksama, suara antara Azki dan Aldo ternyata memiliki perbedaan. Keduanya memiliki ciri khasnya masing-masing.

Bagaimana bisa Syahirah tidak bisa membedakan suara mengaji Aldo dan Azki pada waktu itu? Sedangkan hari ini dia mendengar suara mereka berbeda. Walaupun berbeda ciri khas suara, Syahirah mengakuinya kalau suara keduanya sama ketika mengaji terlebih lagi kalau di dengarnya hanya sekilas atau tidak secara saksama dan dihayati.

Aldo menoleh kearah pintu, lebih tepatnya kaca yang berada di tengahnya. Dan ia melihat ada Syahirah berdiri di depan pintu sedang melamun. Aldo mengakhiri mengajinya. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan menghampiri Syahirah. Aldo membuka pintu kamar, tapi Syahirah tidak menyadarinya. Aldo pun berdehem.

Syahirah tersadar dari lamunannya dan menyadari keberadaan suaminya yang sudah berdiri di dekatnya. "Kenapa kamu nggak masuk? Malah ngelamun di depan pintu?" Aldo memerhatikan wajah istrinya.

Syahirah tersenyum. "Aku jatuh hati sama suara ngaji mas Aldo yang merdu." kata Syahirah yang berhasil membuat Aldo tertawa. "Kok, mas malah ketawa?"

"Kamu lucu. Masa iya jatuh hatinya sama suara merdu aku? Sama akunya enggak?" Aldo menaik-turunkan alisnya. Kedua pipi Syahirah merona merah.

Setelah itu, Syahirah langsung terdiam. Ia menggigit bibir dalamnya. Ia ingin mengatakan sesuatu ke suaminya. Tapi, rasanya sangat susah sekali untuk berbicara. Padahal ia hanya ingin meminta izin ke suaminya. Aldo memerhatikan wajah istrinya yang tampak sedang bingung dan ragu. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan istrinya.

"Ada apa? Ada yang ingin kamu katakan?"

"Hah? Eng- iya, eh enggak." Syahirah menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aldo mengajak istrinya masuk ke dalam kamar agar lebih nyaman berbicaranya. Aldo membawa istrinya duduk di atas bangsal.

"Kalau ada yang ingin kamu omongin ke aku, katakan saja Sya. Insya allah aku nggak apa-apa."

"Aku mau minta izin mas," kata Syahirah dengan cepat. Aldo mengangkat satu alisnya. "Minta izin?" Aldo mengulang perkataan Syahirah.

Syahirah mengangguk. "Azki minta bantuan aku untuk mengajar anak-anak jalanan. Besok, usai mengajar di sekolah, aku langsung pergi sama Azki ke tempat tujuan." Syahirah memberitahu.

Aldo yang semulanya menatap kedua mata istrinya kini menatap ke sembarang arah. Lalu ia menunduk sebelum akhirnya ia menatap kedua mata istrinya lagi. Aldo memberikan jawaban dengan anggukan kepala.

"Mas Aldo ngizinin?" Syahirah bertanya dengan hati-hati. "Kalau mas Aldo nggak ngizinin juga nggak apa-apa kok, aku nggak akan pergi." Syahirah menarik kedua sudut bibirnya membuat sebuah senyuman. Aldo tahu kalau senyuman itu bertujuan untuk membuat dirinya merasa yakin kalau istrinya tidak apa-apa jika tidak pergi. Tapi, bagi Aldo senyuman istrinya itu adalah untuk menutupi rasa kecewa dan membuatnya jadi merasa tidak enak hati. Aldo tahu, kalau ia tidak boleh su'udzan.

"Sya, aku ngizinin kamu pergi dengan laki-laki lain. Tapi, yang harus kamu ingat, kamu sudah punya suami. Jaga diri kamu baik-baik, ya?" Aldo mengatakan itu dengan lembut dan tersenyum. Syahirah mengangguk. Kali ini senyuman istrinya adalah senyuman bahagia. "Terimakasih, mas." kata Syahirah.

***

Besok sorenya.

"Kenapa sih, lo suka banget ngerepotin gue?" Alea mendumel. Ia menenteng tas ransel yang berisikan baju-baju kotor milik Aldo. Sedangkan laki-laki itu hanya menyengir sambil membuka kata sandi pintu.

Hari ini Aldo sudah diperbolehkan pulang. Dia sengaja tidak memberitahu istrinya kalau dia sudah pulang dari rumah sakit. Aldo tidak ingin mengganggu kegiatan positif yang sedang dilakukannya. Maka dari itu, dia menghubungi sepupunya untuk menjemputnya dirumah sakit. Alea adalah sepupu satu-satunya Aldo. Bahkan Aldo sudah menganggap Alea sebagai adik kandungnya sendiri.

Aldo berhasil membuka kata sandi dan membuka pintu. Ia menyuruh Alea untuk masuk duluan. Setelah itu, barulah Aldo yang masuk ke dalam dan kembali menutup pintunya lagi. Alea berjalan kearah kamar mandi. Dia berniat untuk mengeluarkan baju kotor Aldo dan memasukkannya ke dalam keranjang baju.

"Emang istri lo ke mana?" Alea sedikit berteriak. Aldo yang sedang berniat ingin mengganti pakaiannya tidak menghiraukan pertanyaan Alea. Laki-laki itu tetap masuk ke dalam kamarnya dan tidak menjawab pertanyaan sepupunya.

"Heran gue. Udah punya istri masih aja ngerepotin gue." Alea sudah selesai menaruh baju kotor Aldo ke dalam keranjang. Ia keluar sambil membawa tas ransel milik laki-laki yang merupakan sepupunya. Alea sendiri heran, mengapa ia bisa memiliki sepupu macam Aldo?

Aldo keluar selang beberapa menit. Ia sudah mandi dan mengganti pakaiannnya. Ia menghampiri Alea yang sedang duduk di sofa dan Aldo pun duduk di samping sepupunya.

"Masih bagus gue udah nggak ada kerjaan lagi dirumah sakit." Aldo kira Alea sudah berhenti mengomel. Ternyata masih berlanjut. "Tadi gue nanya lo, istri lo ke mana? Belum dijawab," Alea menagih jawaban.

"Mungkin masih di sekolah. Ada rapat guru," Aldo beralibi. Dia tidak ingin kehidupan rumah tangganya diketahui oleh orang lain termasuk anggota keluarganya sendiri. Terlebih lagi Alea. Kalau perempuan itu tahu Syahirah sedang pergi bersama Azki, Alea pasti langsung emosi. Seperti beberapa tahun yang lalu.

"Oh iya, dua hari lagi gue mau ke Sydney, Australia."

Aldo langsung menoleh. Menatap sepupunya dengan tidak percaya. Terkejut mendengar pernyataan Alea.

"Ngapain lo ke sana?"

"Ya lanjut studi gue-lah."

"Kan lo udah kuliah di sini. Terus lo mau ninggalin gue di Indonesia sendirian? Nanti siapa yang bakal gue bikin susah?"

Alea menjetikan jarinya dikening Aldo. Laki-laki itu meringis kesakitan. "Ya kan, ada istri lo. Repotin aja Syahirah," kata Alea sambil terkekeh.

"Bedalah. Terus kapan lo berangkat?"

"Dua hari lagi."

"Kok mendadak banget sih?"

"Itu nggak mendadak, Do. Gue udah berencana kuliah di sana udah dari lama. Bosan gue tinggal di sini. Mau cari suasana dan dunia baru," kata Alea.

"Assalamu'alaikum," Suara seseorang memberi salam terdengar. Suaranya berasal dari luar. Aldo yang sangat mengenali suara Syahirah segera beranjak dari sofa untuk membukakan pintu. Alea berdiri saat melihat Aldo yang segera bergegas membukakan pintu sambil menyampirkan tas selempangnya dipundaknya.

"Wa'alaikum salam," Aldo menjawab sambil membukakan pintu. Padahal pintu bisa terbuka sendiri saat seseorang membuka kata sandinya dari luar.

Syahirah terkejut melihat suaminya yang sudah berada diapartemen. Dia juga melihat ada Alea di dalam. Aldo mempersilakan istrinya masuk ke dalam.

"Mas kapan pulang? Kok, nggak ngasih tau aku?" tanya Syahirah. "Lho, Le, kamu mau ke mana? Aku baru aja sampai. Kamu udah mau pulang?"

"Iya Sya. Soalnya gue masih ada tugas di shift malam." kata Alea berbohong. "Gue pamit pulang dulu, ya?"

"Enggak mau makan malam bareng kami dulu?" Syahirah bertanya lagi. Alea menggeleng. "Enggak usah, makasih. Assalamu'alaikum." Alea memberi salam.

"Wa'alaikum salam." jawab Syahirah dan Aldo.

"Kenapa kamu nggak ngasih tau aku kalau hari ini kamu sudah boleh pulang?" Syahirah mengomeli Aldo ketika Alea sudah benar-benar pergi.

"Sengaja. Kan aku mau kasih kejutan buat kamu. Terkejut, nggak?" tanya Aldo sambil menyengir.

"Iya, terkejut." kata Syahirah. Dia pun terkekeh. Aldo masih menyengir, lalu memeluk istrinya. Syahirah pun membalas pelukan Aldo.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang