Aldo sejak di apartemen maupun sudah berada di dalam mobilnya terus menghubungi Syahirah. Namun, sedari tadi Syahirah tidak menjawab panggilannya. Aldo pun berniat untuk menemui Syahirah yang berada di pondok pesantren. Hanya untuk sekedar menanyakan kata sandi yang berfungsi sebagai kunci pintu apartemennya.
Baik Aldo maupun kedua orang tua Aldo belum mengetahui kondisi Syahirah yang berada di pondok pesantren. Pihak pondok belum menghubunginya karena Azki melarangnya.
Setiap pak Kiyai Gufran ingin menghubungi keluarganya Syahirah, Azki selalu berkata: "Biar Azki saja paman. Lagipula Syahirah ke pondok juga bersama Azki. Jadi kalau terjadi apa-apa dengan Syahirah, maka Azki yang akan bertanggung jawab".
Selesai bertugas dari rumah sakit. Azki langsung ke UKS ditemani Syakira untuk merawat Syahirah. Sudah dari semalam sampai pagi menjelang siang, kondisi Syahirah belum membaik. Syahirah masih dalam keadaan belum menyadarkan diri. Hanya demam tingginya saja yang sudah mulai menurun.
"Ra, saya nggak bisa berlama-lama merawat Syahirah di sini. Karena saya harus balik lagi ke rumah sakit. Jadi, kamu bisa 'kan menjaga Syahirah sendiri? Nanti Hanna ke sini kok, membantu kamu." kata Azki. Syakira mengangguk.
Azki bersiap-siap untuk pergi lagi ke rumah sakit. Ia datang ke pondok hanya untuk memeriksa kondisi Syahirah sebentar. "Oh iya, kalau Syahirah sudah siuman. Jangan lupa untuk hubungi saya ya, Ra?" Azki berpesan sebelum ia pergi keluar dari UKS. Syakira lagi-lagi mengangguk.
"Assalamu'alaikum," Azki memberi salam sembari keluar dari UKS meninggalkan Syakira bersama Syahirah yang masih belum menyadarkan diri sejak semalam.
Syakira mengusap puncak kepala Syahirah yang memakai kerudung. Entah mengapa ia merasa dekat dengan Syahirah dan sayang dengan perempuan itu. Syakira sudah menganggap Syahirah sebagai kakaknya. Kakak kandungnya. Maka dari itu, jika Syahirah kenapa-kenapa, Syakira akan merasa khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan Syahirah.
***
"Kamu sama Syahirah adik-kakak, Ra?" tanya Hanna. Hanna sudah selesai mengajar. Karena dirinya mendapat amanat dari Azki, selesai mengajar ia pun langsung ke UKS untuk menemani sekaligus membantu Syakira.
Syakira menggeleng. "Lalu, kok bisa nama kalian bisa sama? Kalian juga terlihat sangat dekat." kata Hanna.
Syakira menuliskan sesuatu dibuku catatannya. Ditulisannya ia mengatakan: hanya kebetulan saja. Hanna mengangguk paham. Sebenarnya Syakira sedikit merasa canggung dengan Hanna. Sebelumnya, ia dengan Hanna tidak pernah dekat. Bahkan mengobrol seperti sekarang. Meskipun dirinya mengobrol melalui catatan dan hanya Hanna yang berbicara.
Terdengar suara pintu terbuka. Hanna dan Syakira yang sedang berbincang-bincang langsung menoleh ke sumber suara. Aldo memperlihatkan wajahnya sebelum masuk. Aldo tersenyum canggung sekaligus salah tingkah karena ternyata ada Hanna di dalam UKS.
Hanna dan Syakira sama-sama berdiri sambil menatap Aldo dengan penuh tanda tanya.
Pada awalnya Aldo ragu untuk masuk ke dalam. Tapi, karena ada seseorang selain Hanna, Aldo pun mau tidak mau masuk ke dalam dan memberi salam. Hanna menjawab salam Aldo. Sedangkan Syakira menjawabnya melalui gerakan dan bersuara di dalam hati.
"Mas Aldo, ada perlu apa ke mari?" Hanna bertanya. Hanna memanggil Aldo dengan sebutan 'mas' karena yang Hanna tahu Aldo lebih tua darinya.
Hanna tidak mengetahui Aldo lebih tua tiga tahun darinya. Hanna juga tidak mengetahui kalau Syahirah lebih tua dua tahun darinya. Yang Hanna tahu, Syahirah adalah teman Azki. Hanna juga tidak tahu kalau Azki lebih tua darinya karena Azki adalah sepupu jauh dan tidak begitu dekat. Hanya sekedar tahu nama dan hubungan Azki dengan orang tuanya.
"Ingin bertemu dengan Syahirah," jawab Aldo.
"Mas Aldo tahu dari mana kalau Syahirah ada di sini?" Masih Hanna yang bertanya.
"Dari santriwati," jawabnya. Hanna mengangguk.
Tadi saat ia baru saja tiba, ada dua orang Santriwati lewat di hadapannya. Aldo pun segera menghentikan kedua Santriwati itu dengan memberi salam. Kedua Santriwati itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Aldo sambil menjawab salamnya. Tanpa basa-basi lagi, Aldo pun langsung bertanya tentang keberadaan Syahirah.
"Tapi Syahirahnya belum menyadarkan diri," Hanna memberitahu sambil sedikit menggeser tubuhnya ke samping dekat penyangga infusan. Agar Aldo bisa melihatnya. "Semalam Syahirah demam tinggi dan jatuh pingsan." imbuhnya. Aldo mengangguk. Ia pun berjalan mendekat ke ranjang.
Tanpa sadar. Di hadapan kedua perempuan yang kini bertugas menjaga Syahirah. Aldo mengusap puncak kepala Syahirah yang memakai kerudung. Aldo duduk dibangku yang berada di dekat ranjang. Mengusap-usap puncak kepala Syahirah.
Mata Syakira terbelalak. Ia terkejut melihat Aldo yang tiba-tiba menyentuh Syahirah. Bukan Syakira saja, tapi Hanna juga. Bahkan Hanna lebih terkejut. Hanna merasakan adanya rasa cemburu menyelimuti hati dan pikirannya. Calon suaminya yang baru saja melamarnya kemarin, menyentuh perempuan yang bukan mukhrim di hadapannya.
Perlahan mata Syahirah terbuka. Ia merasakan tangan yang sangat hangat mengusap puncak kepalanya. Dan Syahirah mengenali siapa pemilik tangan tersebut. Air mata Syahirah mengalir saat dilihat Aldo berada di sampingnya sedang mengusap puncak kepalanya dengan lembut.
Apakah saat ini ia sedang bermimpi? Atau sekedar halusinasi? Syahirah membatin.
Yang pasti, yang sedang dirasakan Syahirah saat ini adalah kerinduan. Rindu sosok Aldo yang bersikap lembut kepadanya. Seperti yang dilakukan Aldo sekarang.
"Ah, maaf. Maafkan saya, Sya." Aldo menarik lengannya yang sudah menyentuh Syahirah. Lalu Aldo melihat kearah Hanna. "Hanna, saya minta maaf. Saya nggak bermaksud. Saya reflek melakukan itu. Tolong jangan salahpaham," kata Aldo pada Hanna. Hanna mengangguk mengerti. Ia tidak boleh dikuasai oleh rasa cemburunya.
Syakira melihat semuanya. Menjadi saksi atas perbuatan yang dilakukan oleh Aldo ke Syahirah. Menyaksikan air mata Syahirah yang mengalir begitu saja saat melihat Aldo. Air mata yang menggambarkan kerinduan, luka, dan ... entah. Syakira tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Taetapi, Syakira mengerti arti tatapan yang diberikan Syahirah ke Aldo.
***
"Bang, hubungan abang ke bu Syahirah seperti apa? Azra lihat, abang sangat dekat dengan bu Syahirah?" Azra bertanya untuk pertama kalinya. Selama ini ia hanya bisa menyaksikan dan memendam semua pertanyaan yang terlintas dipikirannya.
Azki terdiam. Usai melaksanakan shalat tarawih berjama'ah di masjid. Untuk pertama kalinya tinggal di pondok. Baru kali ini Azki berkumpul dengan saudara kandungnya. Bersama Azra dan Azka.
"Lo suka sama Syahirah?" Kini giliran Azka yang bertanya.
"Ane jawab pertanyaan Azra dulu ya bang?" kata Azki pada Azka. Azka mengangguk.
"Jadi, Syahirah itu teman abang di SMA. Di SMA tempat kamu bersekolah sekarang, Zra. Tempat Syahirah mengajar sekarang. Sebelum abang mulai bersekolah, abang sudah lebih dulu bertemu dengan Syahirah. Di masjid Nurul Iman. Lalu, karena ada sesuatu yang nggak bisa abang jelaskan. Jadi abang nggak bisa lanjut cerita," kata Azki. "Intinya abang deket sama bu Syahirah ya karena kami pernah berteman dan ada suatu kejadian yang hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu." lanjutnya.
"Terus pertanyaan gue, lo harus jawab!" Azka menuntut. Ia takut kembarannya akan melupakan pertanyaan yang ia berikan. Alih-alih menghindar.
Azki memberikan seringaian kecil. Ia tersenyum kecut. Azki merasa tidak bisa menjelaskan tentang perasaannya terhadap Syahirah ke saudara kembarnya. Azki juga tidak tahu mengenai perasaannya ke Syahirah. Terlebih lagi dirinya dengan Syahirah dulunya pernah sama-sama tersakiti.
Syahirah pernah terluka karena Azki. Dan Azki pun terluka karena ulahnya sendiri. Jadi, sekarang ia tidak bisa berharap banyak. Terlebih lagi sudah tidak mungkin dan sudah tidak ada kesempatan baginya untuk mendapatkan Syahirah. Karena cinta Syahirah sudah terlalu besar dan terlalu tulus untuk Aldo. Lagipula Azki sudah menyerahkan segala urusan percintaan terhadap sesama makhluk ciptaan-Nya ke Dia. Ke Allah swt.
"Kenapa bang? Ente suka sama Syahirah?" tanya Azki pada Azka.
Azka tersenyum. "Gue enggak suka sama Syahirah. Lo tenang aja. Gue ada perempuan lain yang gue suka," jawab Azka penuh dengan keyakinan. Azki tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomanceJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...