Syahirah 2 || BAB 6

227 12 0
                                    

Handphone milik Syahirah bergetar di dalam tasnya. Syahirah yang sedang ingin pergi ke kelasnya untuk mengajar pun tertunda. Ia keluar dari dalam kantor guru untuk menerima telepon. Sebelum mengangkatnya, Syahirah melihat layarnya terlebih dulu. Di layar handphone-nya tertera sebuah nomor asing yang tidak ada dikontaknya.

Syahirah sempat ragu untuk mengangkatnya. Tapi, takutnya ada hal penting Syahirah pun menggeser panel hijau dan menempelkan handphone-nya di daun telinganya.

[Assalamu'alaikum]

"Iya, wa'laikum salam. Maaf ini nomor siapa, ya?"

[Ini Azki, Sya. Teman SMA-mu. Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu? Apa saya ganggu?]

"Maaf Azki, saya sedang ingin mengajar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, kita bisa ketemuan di kafe yang ada di jalan suka damai saat saya sudah selesai mengajar. Enggak masalah, kan?"

[Oh, maaf saya sudah mengganggu. Baik, nanti saya hubungi kamu lagi ya, Sya? Assalamu'alaikum]

"Wa'alaikum salam." Panggilan telepon berakhir. Syahirah kembali masuk ke dalam kantor guru untuk menaruh kembali handphone-nya di tas. Setelah itu, ia keluar lagi sambil membawa buku-buku dan alat tulisnya menuju kelas XI IPA 3.

Selama menyusuri koridor, Syahirah terus kepikiran dengan Azki yang meneleponnya. Setelah sekian lama tidak bertemu, mengapa sekarang laki-laki itu ingin mengajaknya bicara? Lalu, dari mana Azki mendapatkan nomornya?

Syahirah tersenyum ramah setiap bertemu dengan anak muridnya yang masih berada di luar kelas. Kadang Syahirah membalas sapaan dari setiap anak muridnya jika anak muridnya ada yang menegur-sapa. Dan kadang Syahirah menegur setiap anak muridnya bila ketahuan sedang merokok.

Bukan hanya Aldo saja yang menjadi dosen populer dikampusnya. Tapi, Syahirah juga. Perempuan itu menjadi guru populer di lingkungan sekolah tempat ia mengajar. Bedanya, jika Aldo banyak yang memberikan hadiah secara terang-terangan, kalau Syahirah tidak menerima hadiah secara langsung. Banyak lokernya sering dijadikan tempat peletakan hadiah dari secret admirer. Tapi, hadiah-hadiah itu tidak pernah Syahirah bawa pulang, melainkan Syahirah berikan kepada anak-anak muridnya yang berprestasi maupun non prestasi, supaya mereka termotivasi dan lebih giat belajarnya.

Padahal Syahirah baru saja bekerja sebagai guru disekolahnya. Tapi, kepopulerannya sudah mengalahkan guru-guru senior disekolahnya. Sama seperti Aldo yang banyak disukai, tapi banyak juga yang membenci. Syahirah juga begitu. Ada saja yang tidak suka dengan perempuan itu. Tapi, Syahirah tidak mau ambil pusing. Itukan sudah menjadi hak anak-anak muridnya untuk memilih siapa guru yang mereka idolakan.

***

Sudah beberapa hari ini Aldo merasa kepalanya terus pusing. Padahal dia sudah meminum obat pereda sakit kepala. Rasa sakitnya hilang hanya sementara, hanya bertahan tiga jam. Selebihnya, rasa sakit itu muncul kembali.

Aldo paling tidak suka menunjukan rasa sakit yang dia rasakan dilihat banyak orang, terutama dilihat para mahasiswanya. Aldo menarik rambutnya. Rasa sakit itu benar-benar tidak bisa ditahan lagi. Banyak mahasiswa dikelasnya yang menatap heran sekaligus khawatir.

"Pak, bapak baik-baik saja?" tanya salah satu mahasiswi yang melihatnya dengan raut wajah khawatir sekaligus bingung.

Aldo tidak bisa menjawabnya karena sakit kepalanya yang begitu berlebih. Sampai-sampai Aldo kehilangan kendali dan akhirnya jatuh pingsan. Para mahasiswanya langsung berhambur menghampiri Aldo. Laki-laki itu tidak menyadarkan diri dan pada akhirnya dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang