PROLOG

16K 711 11
                                    

Februari 2018

Gadis itu menyeret langkahnya pelan. Tongkat infus dipengangnya, luka di bagian kepala dan kaki itu sudah diperban rapih oleh dokter. Keadaannya tidak baik sekarang, bahkan bisa disebut parah. Gadis bernama Meisya itu tetap memaksakan diri untuk menemui laki-laki yang terduduk lemas di lantai. Tatapannya kosong ke depan.

Jarak laki-laki itu tidak jauh, tapi terasa jauh ketika berjalan dengan keadaan seperti ini. Tubuhnya seperti akan remuk sekarang.

"Arion," Meisya memanggil nama laki-laki itu parau. Arion menengok malas, hanya beberapa detik, lalu kemudian kembali menatap ke depan. Meisya tau alasan Arion bersikap seperti itu, dia bisa mengukur rasa benci itu dari berapa lama Arion menatapnya tadi. Mungkin hanya 3 detik? Atau mungkin kurang dari itu. Meisya berjongkok. Kakinya yang terluka membuat rasa sakit itu bertambah 10 kali lipat dari tadi. "Gue mau ngomong sama lo." ujar Meisya.

"Gak ada yang perlu diomongin." Arion bangkit dari duduknya, kakinya siap melangkah pergi. Dengan cepat Meisya menahan tangan Arion.

Tongkat infus itu menjadi penopang Meisya untuk berdiri, dengan susah payah Meisya berusaha agar dapat berdiri kembali. Arion? Dia hanya melihat perjuangan gadis itu berdiri, tanpa ada rasa iba ingin membantu.

"Dengerin gue du-"

"Denger apa?" potong Arion cepat, nada bicaranya sangat dingin. Ditambah dengan sorot matanya yang dingin dan tajam. Meisya menatap mata Arion dalam, tatapannya berbeda jauh dari tatapan Arion dahulu yang teduh. Kini tatapan itu penuh kebencian.

Meisya menunduk dalam, tangannya mencengkeram tongkat infus dengan keras. "Gue..."

"Lo udah bunuh dia Meisya!" lagi-lagi Arion memotong perkataan Meisya. Meisya mengangkat kepalanya, air matanya jatuh tanpa dia sadari.

Seteleh mengatakan itu, Arion pergi meninggalkan Meisya yang masih berdiri mematung di tempat. Air mata gadis itu terus berjatuhan, dadanya sesak mendengar perkataan Arion tadi.

Meisya terduduk lemah. Kaki itu tidak tahan lagi menopang tubuhnya.

Bahu Meisya berguncang. Isak tangisnya menggema di lorong rumah sakit. Meisya memukul dadanya keras, dadanya sangat sesak. Hatinya sangat sakit.

"Maafin gue..." ujar Meisya disela tangisnya yang kian menjadi.

∞∞∞

Welcome back! Haiii guyss bagaimana dengan prolognya? Suka? Kalau kalian suka vote, comment, and share cerita aku ini!

Penasaran gak sama kelanjutannya?

Sampai jumpa di bab 1 nya ya guysss!

Salam : Deasm

I'M SORRY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang