BAB 11 - RUMOR

2.4K 228 3
                                    

Meisya mematut dirinya dicermin dengan tatapan nanar. Pakaian ketat nan seksi yang memperlihatkan kaki jenjangnya, serta rambut yang terurai bebas, menambah kesan seksi dirinya malam ini. Pesona Meisya memang tak bisa dipungkiri, dia tidak memakai makeup saja sudah terlihat cantik. Membuat lelaki mana saja pasti akan meliriknya, walaupun hanya sekali.

Meisya mengambil tas dan kunci mobil yang tergeletak di atas nakas, lalu berjalan keluar menuju garasi mobilnya. Mobil merah dipilihnya untuk perjalanan malam ini, dia ingin mencocokan dengan gayanya juga. Jalan kota lengang, mungkin fakor karena ini sudah larut malam. Tak banyak kendaraan yang keluar jam ini.

Mobilnya berhenti ditempat tujuannya, kelab. Meisya masuk dengan percaya diri. Suara ketukan dari sepatu heels hitam miliknya, mengiringi langkah Meisya. Musik yang berdentum mulai terdengar, serta lampu kelap-kelip yang menyilaukan mata. Orang-orang di dalam sana menari-nari mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh seorang dj. Meisya tak tertarik dengan itu, dia memilih duduk dibangku bar seraya matanya memperhatikan sekitar.

"Satu gelas, ya!" Meisya mengangkat tangannya, lalu diberi anggukan oleh sang pelayan. Satu gelas kecil berisi alkohol berada di hadapan Meisya saat ini. Dia hanya menatapnya, tanpa ada rasa ingin meminum. Tak memperdulikan itu, Meisya kembali menatap pada orang-orang yang sibuk berjoget.

Tiba-tiba ada dua orang lelaki yang merangkul bahunya. Meisya tak terkejut, dengan cara dia berpakaian seperti ini saja sudah mengundang para lelaki bajingan untuk datang.

"Sendirian aja," ujarnya semakin dekat dengan Meisya.

Meisya yang tengah fokus memperhatikan ke depan, akhirnya menoleh dengan tatapan sinis. "Kenapa emang kalau gua sendiri?" tanya Meisya sinis.

Kedua lelaki itu tertawa terbahak-bahak. Meisya tak perduli, dia hanya ingin mencari sosok lelaki yang dicarinya. "Jutek nih cantik-cantik," rayunya sambil mencolek dagu Meisya.

Gadis itu dengan cepat menepisnya, tatapannya menangkap sosok lelaki yang sedari tadi dia cari. Ini juga yang menjadi alasannya sering datang ke tempat bejad ini. Meisya berjalan menghampiri lelaki yang sedang asyik berjoget di sana, dia mengabaikan seruan dari dua lelaki tadi.

"Pah, ayo pulang!"

Lelaki yang dipanggil 'Pah' oleh Meisya tadi, tidak menggubris. Dia tetap menari dengan kondisi yang sangat mabuk. Meisya tak menyerah, dia kembali menarik tangan papahnya untuk keluar.

"Papah, ayo pulang!" seru Meisya lagi. Dia menarik tangan papahnya keluar, namun saat sampai di parkiran papahnya ambruk ke tanah. "Pah, bangun, pah! Bentar lagi sampai ke mobil." Meisya menepuk pipi papahnya pelan.

"Kamu siapa?" tanya papahnya parau.

Meisya terdiam, "Aku Sahira, pah. Anak papah." jawab Meisya pelan.

"Oh, kamu nak. Makasih sudah mau jemput papah, maaf papah suka repotin kamu buat jemput papah ke sini." katanya semakin membuat Meisya sakit. Nafasnya sesak, kedua matanya sudah memanas.

"Gapapa, ayo pah!"

Dengan susah payah, Meisya membopong papahnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak lupa dia memakaikan sabuk pengaman agar papahnya terlindungi. Mobil merah Meisya keluar meninggalkan tempat itu, tujuannya saat ini adalah rumah. Saat diperjalanan, papahnya tiba-tiba muntah dan meminta air. Meisya terpaksa harus mengentikan mobilnya dan mencari minimarket terdekat untuk membeli air mineral.

"Papah tunggu di sini sebentar, ya?" ujar Meisya lalu keluar dari mobil. Dia berlari kecil menuju sebuah minimarket. Tak butuh waktu lama, Meisya keluar dari dalam minimarket itu, namun langkah terhenti tiba-tiba.

I'M SORRY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang