-Digantikan setelah lelah berjuang itu menyakitkan.-
***
Sejak Arion mengajaknya membeli eskrim tadi, Meisya terus mengulum senyumnya sampai-sampai pipinya keram sendiri. Mereka kini sedang dalam perjalanan ke mall. Itu jauh dari bayangan Meisya, dia kira Arion akan mengajaknya ke minimarket yang ada di sebrang sekolah, namun nyatanya tidak. Arion mengajaknya ke mall, katanya dia sekalian ingin membeli buku juga.
Diam-diam ekor mata Meisya melirik ke arah Arion yang sedang fokus menyetir, ini sudah kesekian kalinya Meisya melakukan itu. Matanya ini rasanya terus ingin menatap Arion.
"Ada yang mau lo omongin?" suara Arion memecahkan keheningan yang sempat terjadi.
"Hah?" Meisya berucap kaget.
"Itu, ada yang mau lo omongin gak sama gue? Soalnya lo liatin gue mulu dari tadi."
Mampus! Dia tahu ternyata! Pekik Meisya dalam hati. Meisya tersenyum garing, "Itu gue..."
Sejaka kapan Meisya jadi susah ngomong gini, sih?! Ayolah Meisya!
"Gue apa?"
"Gue... cuma mau bilang makasih lo udah ajarin gue matematika selama ini." tangkas Meisya kembali tersenyum garing.
Arion yang tidak mau ambil pusing hanya mengangguk mengiyakan, "Gue udah bilang, kan, kalau lo itu sebenarnya pinter, cuma lo males aja belajarnya."
Meisya menunduk malu, senyumnya yang sedari tadi dia tahan kini tak tertahankan lagi, "Lo orang pertama yang bilang gue pinter,"
"Iya, kah? Orang tua lo belum pernah muji lo masa."
"Nyokap udah pergi sama cowok lain, bokap gue sekarang lagi sakit juga, jadi gak ada yang muji gue lagi." Meisya menjawab dengan biasa saja, ekspresi wajahnya sulit untuk dibaca.
"Bokap lo sakit?"
"Hm, dia mengidap dimensia. Alhasil dia gak bisa inget gue, anaknya."
Arion melirik Meisya sebentar, beberapa detik kemudian kembali menatap depan, "Lo gak nangis, kan?"
Lagi-lagi Meisya tidak bisa menahan senyumnya. Kenapa sih Arion harus membuatnya tergila-gila seperti ini?
"Enggak, tenang aja."
"Syukur, deh. Soalnya kalau lo nangis gue bingung harus apa." ujar Arion.
"Ya, terus kalau Reina nangis lo ngapain?" tanya Meisya sebenernya sedikit perih hatinya menanyakan hal tentang Reina. Arion tak langsung menjawab, dia tampak berpikir sebentar,
"Gue iming-iming eskrim cokelat kalau enggak gue peluk dia, itu juga kalau memang hati dia benar-benar terluka, gue pasti jadi orang pertama yang jadi sandarannya." Arion tersenyum sekilas.
Perih yang Meisya rasakan kini berubah menjadi sesak di dada. Oksigen seakan direnggut begitu saja hingga hanya menyisakannya sedikit. Dengan senyum yang dipaksakan, Meisya bertanya, "Reina suka eskrim cokelat, ya?"
"Hm, gue juga. Lo suka juga eskrim cokelat?" dia balik bertanya.
"Enggak, gue gak suka eskrim cokelat, lebih suka eskrim strawberry kalau enggak vanila." jawab Meisya, bohong. Jika dia disuruh memilih ketiga rasa eskrim itu, sudah pasti dia akan memilih cokelat. Meisya amat sangat suka eskrim cokelat. Tapi entah kenapa kali ini dia tidak suka eskrim cokelat secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...