Hari ini, Meisya mulai sekolah kembali setelah hampir satu minggu tidak masuk. Meisya melangkahkan kakinya di lorong pagi ini dengan tangan dimasukkan ke dalam saku hoodienya. Serta mulut sibuk mengunyah permen karet rasa mintnya.
Meisya mendorong pintu kelasnya pelan, sontak semua pasang mata di ruangan itu menoleh ke arahnya. Meisya tidak peduli dengan tatapan mereka yang berbeda-beda lalu berjalan menuju mejanya yang berada di ujung.
Namun ada yang berbeda kali ini, bangku di samping Meisya yang biasanya kosong, kini terisi oleh seorang cowok yang tengah tertidur dengan kepala ditutupi oleh tudung hoodienya.
Meisya mengernyit bingung, tumben sekali ada yang mau mengisi bangku itu. Biasanya selalu kosong karena takut dengan kejutekkan Meisya. Tak mau ambil pusing, dia duduk saja di samping cowok tukang tidur itu.
Guru matematika yang killernya jangan ditanya lagi, Bu Angela namanya, masuk dengan dua buku paket dipelukannya. Namanya saja Angela tapi sikapnya galak dan tegas sekali! Sampai-sampai murid yang nakal sekalipun takut kepada guru satu ini.
"Hari ini kita ulangan,"
What?!! Ulangan dadakan lagi! Biasanya Meisya tidak terlalu kaget dengan ulangan dadakan yang diadakan Bu Angela, namun hari ini dia kaget bukan main karena dia belum belajar sama sekali. Sudah satu minggu ini dia belum belajar matematika lagi dengan Arion.
Meisya menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Dia menoleh kearah cowok yang tertidur pulas itu, masih saja bisa tidur nyenyak dalam keadaan seperti ini. Apalagi status cowok itu adalah anak baru.
Tangan Meisya bergerak menyentuh lengan cowok itu pelan, ingin membangunkan. "Woy, Bu Angela udah dateng, ulangan dadakan katanya." ujar Meisya sedikit berbisik.
Cowok berhoodie hitam itu mengerang pelan. Perlahan dia menegakkan tubuhnya lantas menoleh sambil berkata, "Dari tadi gue nungguin lo bangunin gue,"
Mata Meisya melotot kaget, "HITO?!" teriaknya, tanpa sadar Meisya berdiri dari duduknya saat ini. Kenapa bisa ada Hito di sini??
Semua pasangan mata menatap ke arah Meisya termasuk Bu Angela yang berdiri di depan sana. "Ada apa Meisya?" Bu Angela bertanya dengan nada tegasnya.
"Malu dilihat orang, duduk." ujar Hito pelan sambil mengeluarkan buku-bukunya.
Meisya tersenyum kaku kemudian duduk kembali, "Maaf, Bu."
"Lo ngapain di sini Hito? Jangan bilang lo di sini karena gue?" tanya Meisya to the point.
Hito nampak biasa saja, dia sibuk mencatat sesuatu, entah apa. Tapi Meisya rasa Hito hanya mencari kesibukan. "Salah satunya itu, tapi alasan utamanya bukan itu. Biasalah, bokap gue pindah tugas ke kota ini."
"Tapi kenapa harus pindah ke sekolah ini? Ke kelas ini? Dan duduk di bangku ini?" tanya Meisya bertubi-tubi.
Hito menoleh, "Emang sekolah ini punya bokap lo?"
Mendengar kata 'bokap' Meisya bungkam seketika. Terlintas wajah Papanya yang meninggal minggu lalu, itu membuat kesedihannya yang perlahan memudar, timbul kembali. Tidak! Meisya tidak boleh menangis lagi, apalagi di sini. Meisya menatap ke depan, tak mau memperpanjang pembicaraan ini.
Hito yang melihat air muka Meisya yang tiba-tiba berubah, kebingungan. Dia kenal betul ekspresi Meisya yang seperti ini, Hito sudah mengenal Meisya sejak lama. Pasti ada sesuatu yang Hito tidak tahu.
"Lo kenapa? Gue salah ngomong?" tanya Hito, khawatir.
Meisya tak menjawab. Beriringan dengan itu, soal matematika dibagikan ke seluruh kelas. Ya, hari ini ulangan dadakan jadi diselenggarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...