BAB 16 - ELUSAN RAMBUT

2.4K 256 5
                                    

Kamu itu orang yang baik dan pantas mendapatkan yang terbaik.

***

Di luar cafe, hujan deras disertai petir mengguyur kota. Suara yang bergemuruh serta kilatan cahayanya membuat Meisya beberapa kali menutup mata serta telinganya. Dia takut petir sejak kecil. Biasanya jika hujan beserta petir seperti ini, Meisya akan bersembunyi di balik selimut kemudian telinganya sengaja disumpal oleh earphone, meminimalisir suara petir yang menakutkan.

"Lo masih takut petir, ya?" suara berat cowok yang berada di hadapan Meisya, mengalihkan pandangannya yang tadinya terfokus ke arah luar. Suara itu milik Hito, mantan pacar Meisya di sekolahnya dulu. "Butuh earphone?"

"Gak usah, gue bawa earphone sendiri." jawab Meisya dingin.

Hito dan Meisya berpacaran saat menginjak kelas sepuluh dan mereka putus sejak beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya saat Meisya memutuskan untuk pindah sekolah ke Jakarta. Semenjak itu, Meisya bagaikan tertelan bumi. Hito hanya tahu bahwa akan Meisya pindah sekolah, tetapi tidak tahu kapan dan kemana gadis itu pindah. Alhasil, selama beberapa bulan ini Hito bekerja keras untuk menemukan keberadaan Meisya.

Mulai dari bertanya pada pihak sekolah, pada teman-teman sekelas Meisya namun mereka menjawab tidak tahu apa-apa, Meisya memang sulit untuk bergaul dengan orang. Sewaktu di Bandung, Meisya selalu sendiri, mengasingkan dirinya dengan orang-orang. Muncul lah Hito dalam kehidupan sunyinya. Cowok dengan sejuta pesona yang dapat menyihir siapapun, termasuk Meisya.

"Lo baik-baik aja, kan, selama ini?" tanya Hito memperhatikan Meisya begitu seksama. Lo gak berubah sama sekali.

"Baik, malah lebih baik sekarang dari pada dulu."

"Lo gak nanyain kabar gue?"

Meisya terdiam sebentar, memperhatikan Hito yang terlihat baik-baik saja kemudian berkata, "Gue tau lo baik-baik aja."

"Kata siapa? Selama gak ada lo gue gak baik-baik aja, pernah gue nyari lo sampen gue sakit."

Keadaan rasanya canggung sekarang. Entah hanya Meisya yang merasakan atau Hito juga merasakannya. Menurut Meisya, Hito banyak berubah. Dulu, Hito sangat dingin kepada siapapun tetapi sekarang cowok itu lebih terbuka malah terkesan blak-blakan.

Gadis itu menghela nafasnya pelan, sorot matanya masih menatap mata Hito, "Setelah ketemu gue gimana perasaan lo? Nyesel karena udah nyari gue selama ini? Nyesel udah habis-habisin tenaga lo buat cewek yang mutusin lo gitu aja?" tanya Meisya bertubi-tubi.

Hito menggeleng, "Gak sama sekali."

"Bodoh!" Hito tersenyum mendengarnya. Dahulu Meisya sering mengatakan kata itu jika Hito melakukan hal yang bodoh. "Seharusnya lo nyesel!" Meisya menyeruput lemon tea dinginnya hingga tersisa setengahnya namun terhenti saat Hito melontarkan pertanyaan yang sudah Meisya tebak akan dilontarkan,

"Gue mau tau alasan lo putusin gue, bisa lo jawab?"

"Pengen aja." jawab Meisya enteng. Hito tersenyum pelan, tahu jika Meisya sedang bohong. "Gue cape dimaki-maki sama fans-fans lo, gue cape denger 'ih, kok, mau-maunya aja Hito sama cewek tukang datang ke kelab malam. Mau-maunya aja Hito sama cewek bekas om-om!' setiap hari gue denger itu di kamar mandi cewek, To." sambung Meisya, teringat perkataan siswi-siswi yang sering membicarakannya dulu hingga Meisya jengah dibuatnya.

I'M SORRY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang